Namaku Ify. Aku berasal dari keluarga yang berada. Aku
hidup bahagia dengan keluargaku. Ibuku seorang guru TK yang tidak pernah
menelantarkan anak-anaknya. Ia selalu tahu bagaimana cara memanjakan
anaknya yang merassa kesepian dengan seorang Ayah. Dan Ayahku seorang
direktur utama di sebuah perusahaan industry yang sangat terkenal.
Hidupku berkecukupan.
Namun, aku mempunyai seorang adik
yang cacat. Dia adalah Ray. Aku malu dengan kondisi fisiknya. Setiap ada
temanku yang meminta bermain di rumahku. Selalu aku tolak. Aku tak mau
mereka tahu bahwa aku mempunyai seorang adik yang cacat. Aku malu.
Apa
lagi, Angel, dia adalah musuhku di sekolah. Aku tak tahu bagaimana asal
mula aku dengannya bisa bermusuhan. Dulu dia pernah mengatakan, bahwa
aku ini adalah perebut apa yang dia inginkan menjadi miliku. Dia selalu
saja mencari-cari kejelekanku untuk di sebarkan ke seluruh sekolah. Aku
benci dia. Dan aku tak mau Angel tahu bahwa aku mempunyai adik yang
cacat.
Dan orang yang pertama yang tidak inging dia
mengetahui aku mempunyai saudara cacat adalah Rio. Dia adalah ketua OSIS
sekaligus Basket. Aku sudah lama menyukainya. Dan sepertinya dia juga
menyukaiku. Dan karena hal itulah Angel makin membenciku karena aku
dekat dengan Rio. Bukankah itu adalah hak setiap orang?
Satu lagi.
Aku tidak ingin sahabat-sahabatku tahu tentang ini. Sivia dan Agni.
Bisa-bisa mereka menjauhiku karena aku mempunyai saudara yang cacat, dan
idiot.
Bruukk..
Ray menabrakku. Aku hampir
saja terjungkal ke belakang kalau saja tidak berpegang tangan pada sofa.
Sementara Ray sudah duduk manis di lantai. Dia menundukkan kepalanya.
“Di
sini itu rumah! Bukan panti asuhan yang biasa kamu lari-larian sesuka
hati kamu!” aku hanya membentaknya sedikit. Aku tidak suka kekerasan.
Walau aku membencinya. Tapi aku sama sekali belum pernah mengeluarkan
kekerasan padanya.
Aku ingat betul. Ray suka main ke panti
asuhan kasih bunda. Di sana ada salah satu temannya yang tidak di
sengajanya bertemu di lampu merah. Terkadang aku merasa heran kenapa
teman-temannya tidak malu berteman dengan Ray? Aku yang kakanya saja
malu mempunyai adik sepertinya.
TOK… TOK…
Pintu
kamarku diketuk seseorang. Aku bangkit dari tidurku dan membukanya
perlahan. Terlihatlah wajah Ibuku yang lelah karena mengajar anak TK.
“Kamu apain Ray sih?” tanyanya to the point.
Aku
menghela napas. Anak itu pasti mengadu. Walau Ray tidak bisa berbicara
dengan lancar dan benar. Tapi Ibuku dan Ayahku mengerti apa yang di
maksud.
“Aku Cuma bilang ke dia kalau di rumah jangan lari-larian, di sini bukan panti asuhan”
“Bohong! Kamu pasti membentaknya lagi kan?”
Aku
merengut kesal. Selalu saja aku yang salah. Bahkan saat Ray jatuh pun
aku yang di salahkan. Mereka mengira aku yang mendorong Ray. Padahal,
menyentuh ujung kukunya saja aku tidak pernah.
“Kalau Ibu
nggak percaya ya udah! Yang jelas, aku udah ngomong jujur!” nadaku
sedikit meninggi. Aku menutup pintu kamar dengan kasar. Sehingga
menimbulkan suara yang keras. Mungkin diluar sana Ibu terkaget-kaget.
~~
Aku
menuruni anak tangga satu-persatu. Aku merasa senang jika bersekolah.
Itu membuat aku melupakan wajah Ray yang menyebalkan dan bebas dari
tuduhan mencelakai Ray.
“Ify, nanti Ayah antar ya?”
“Hah? Serius Yah? Asyiiiik…. Udah lama nggak diantar Ayah” aku berseru girang. Ayah hanya tersenyum melihat tingkahku.
Kemudian
Ibu menyerahkanku segelas air susu yang hangat sambil berujar, “Iya,
nanti Ray ikut, dia kan belum pernah pergi sama kamu Fy”
Mendadak
keceriaan itu lenyap saat mendengar kata Ray. Aku melirik Ray tajam.
Ini bisa gawat. Ray akan ikut mengantarkanku sekolah. Dan itu berarti
teman-temanku akan tahu bahwa Ray adikku cacat? Gimana kalau Rio sampai
tahu tentang ini? Dia pasti akan menjauhiku.
“Ngapain sih Ray itu ikut? Aku nggak mau kalau dia ikut aku ke sekolah!”
“Ify!” ibu membentaku. Aku cukup kaget mendengarnya. “Kamu ini kenapa sih?”
“Aku malu bu.. aku malu sama temen-temen kalau aku punya adik cacat kayak dia!”
“Ify!”
kini Ayahku yang membentak. Aku heran. Aku selalu diperlakukan berbeda
dengan Ray. Padahal aku itu normal. Aku cantik. Sementara Ray? Apa aku
ini anak angkat?
Akhirnya. Aku berangkat sekolah bersama
Ayah dan juga Ray. Aku lebih banyak diam. Sementara Ray. Dia lebih
banyak buka mulut. Aku duduk di belakang sendirian. Ray dan Ayah duduk
di depan.
“Ayah, udah sampai sini aja” pintaku. Namun Ayah
sama sekali tidak mendengar pintaanku. Ayah terus melajukan mobilnya
hingga tepat berada di gerbang sekolah. Aku merengut kesal.
Aku turun dari mobil dan mencium tangan Ayah. Aku melirik sekelilingku.
“Ify, sama Raynya..” seruan Ayah membuat langkahku berhenti. Aku berbalik dan mendekat ke arah Ayah.
“Ayah mau buat aku malu? Aku nggak mau!” aku bergegas meninggalkan mobil itu. aku takut Rio melihatnya tadi.
Dan kali ini aku selamat.
~~
“Ify, nanti pulang sekolah ada acara nggak?” Rio menghampiri dan duduk disebelahku. Aku gugup dibuatnya.
“Ng.. nggak ada Yo, kenapa emangnya?” jantungku berdentum-dentum layaknya drum yang dipukul keras.
“Kita jalan yuk!”
Ya
Tuhan. Mimpi apa aku semalam? Aku tak menyangka akan mendapat
keberuntungan di pagi-pagi ini. Aku merasa ada yang menatapku tajam. Aku
tahu itu Angel. Dia pasti iri. Selama inikan Rio sama sekali belum
pernah dekat dengannya. Aku tersenyum menang ke arahnya.
“Fy, mau yah?” aku mengangguk pasti. Rio tersenyum senang.
~~
“Heh!
Maksud lo apa ajak Rio jalan?” Angel mendorong bahuku. Sivia melotot
mendengarnya. Sementara Agni sepertinya ingin meninjunya. Tapi aku sudah
menahannya lebih dulu.
“Rio yang ngajak gue jalan! Kenapa, lo nggak terima?” aku maju selangkaj menghadapnya.
Angel
tersenyum licik, “Gue selalu nerima takdir ya, emangnya elo! Yang nggak
menerima takdir kalau punya adik cacat! Ckckck!” kedua teman Angel
tertawa.
Wajahku memucat. Jantungku berdebar kencang. Apa yang dia bilang? Bagaiman dia tahu kalau aku mempunyai adik yang cacat.
Sivia menyentuh pundakku, “Fy, apa bener?”
Aku
seakan tidak mendengar pertanyaan Sivia. Aku malah berlari menjauh dari
orang-orang itu. aku malu. Aku tak tahu harus bersikap seperti apa? Aku
tak tahu harus menjawab apa ketika mereka menanyakan hal itu.
“Ini
semua gara-gara kamu ya!! Kalau kamu tadi nggak ikut Kakak, temen-temen
Kakak pasti nggak bakal tau kalau kakak punya adik kayak kamu!” aku
membentak Ray yang sedang bermain mobil-mobilan.
“A.. a… ma… lu…??” tanyanya terbata-bata, dan aku tak mengerti apa yang dibicarakannya.
“Kakak nggak ngerti apa yang kamu omongin!”
Aku
malu. Aku benci dengan kehidupan ini. Kehidupan yang sebenarnya
membuatku bahagia dan sempurna harus pecah gara-gara adikku yang CACAT!
Aku
bahkan membatalkan janjiku dengan Rio. Aku tidak sanggup jika Rio
ikut-ikutan bertanya tentang adikku. Aku yakin berita itu pasti sampai
di telinga Rio.
“Jadi bener, adik lo cacat?” Agni seakan
tidak percaya dengan pengakuanku. Aku tahu. Lama-kelamaan aku tidak bisa
lagi menyembunyikan hal ini pada sahabt-sahabatku. Aku akan terima jika
mereka menjauhiku. Aku terima.
Sivia menyentuh pundakku perlahan, “Gue salut sama elo Fy, lo masih mau ngakuin adik lo itu”
Aku kaget dengan pengakuannya. Aku pikir… mereka….
Agni
menyentuh pundakku yang satunya lagi, “Iya Fy, walau pun adik lo cacat,
elo sama sekali nggak berbuat kasar sama dia, gue bangga punya sahabat
kayak lo” ucapnya lalu memeluku. Aku balik memeluk mereka.
“Tapi, Rio kira-kira bakal nerima adik lo itu nggak ya?” Agni bertanya.
Aku terdiam.
~~
Kejadian
kemarin tidak membuatku merasa iba terhadap Ray. Malah aku semakin
kesal dengan sikapnya. Aku mencoba berbaik hati dengannya. Tapi,
sikapnya yang manja membuatku merasa tidak nyaman dengannya. Aku belum
bisa.
PRANG
“Ray!” aku berjalan ke arahnya.
Ray baru saja menjatuhkan kotak music yang diberikan oleh Rio. Beginilah
sikapnya yang membuatku menjadi kembali kesal. Baru aku lemah lembut
terhadapnya. Tapi dia sudah berani masuk ke kamarku dan mengacak-acak
semuanya.
“M….a…. af…..”
“Kamu itu nggak
akan berubah! Kamu itu cacat! Kakak benci sama kamu!” aku
membentak-bentaknya. Aku sudah sebal dengan kelakuannya.
Aku
berjongkok dan membersihkan kotak music yang hancur tak berbentuk itu.
sekilas aku menatap Ray, matanya berair. Aku tak peduli dengannya.
~~
“Ify, ada Rio di ruang tamu tuh” Ibu memberitahukan. Rio? Gawat! Bagaiman kalau Rio melihat Ray?
Ya
Tuhan. Benar saja. Aku melihat Rio yang sedang asyik mengobrol dengan
Ray. Aku malu. Aku panggil Ray dan membawanya menjauh dari Rio, dari
Ibu, dari rumah. Aku menuju ke taman belakang rumah.
“Mau
kamu itu apa sih Ray?! Kamu nggak cukup buat kakak kamu malu?!! Kamu itu
cacat! Kamu itu idiot! Kakak malu punya adik kayak kamu!” setelah
membentaknya. Aku meninggalkannya.
Aku menemui Rio yang duduk di sofa sambil memandangku aneh.
“Kamu kenapa sih ke sini nggak bilang aku dulu?” tanyanya ketus.
“Loh, kenapa emangnya?” tanyanya balik, aku mendengus kesal, “Itu, adik kamu ya??” Rio melanjutkan.
“Udahlah, ayo kita berangkat!”
~~
Dalam
perjalanan. Aku maupun Rio sama-sama bungkam. Tak ada pembicaraan yang
keluar dari mulut kami setelah keluar dari rumahku. Tiba-tiba saja, Rio
menepikan mobilnya.
“Ray itu adik kamu?”
Kenapa sih, dia masih bertanya tentang itu padaku? Aku lebih memilih diam. Aku menatap keluar jendela.
“Fy…
dulu, aku itu punya kakak cacat, aku sayang banget sama dia, aku bangga
sama dia, dengan keadaanya yang tidak normal, dia malah lebih jago
bermain basket ketimbang aku” Rio berhenti sejenak. Aku menatapnya. Aku
melihat mata Rio mulai berkaca-kaca.
“Dan, perlu kamu tahu, dialah yang ngajarin aku main basket”
Aku tidak percaya dengan apa yang barusan Rio katakana. Aku mengakui, Ray lebih cerdas dibandingkan aku.
“Dia yang memberikan aku semangat hidup Fy,, dia yang selalu buat aku nggak merasa kesepian kalau sedang di rumah”
Aku menatap Rio. Aku juga harus mengakui, bahwa aku merasa kesepian jika Ray sedang pergi ke panti asuhan temannya itu. aku………..
“Tapi….
Dia mengorbankan hidupnya demi aku Fy” Rio menghela napas panjang
“Ginjalku sebenarnya bermasalah, dan harus dioperasi, dan dengan baiknya
Kakakku itu mendonorkan ginjalnya untukku”
“Jika aku
tahu, bahwa ginjal satunya bermasalah, aku pasti akan menolak pemberian
itu Fy…” Rio membenamkan wajahnya pada kedua tangan yang melipat di
stir. Tubuhnya bergetar.
“Terus, sekarang dia?” ragu-ragu, aku bertanya.
“Dia…. Dia meninggal Fy, aku sedih banget waktu itu, dan saat aku liat Ray tadi, aku merasa kakakku kembali Fy,”
Aku
tertegun. Aku tidak menyangkan bahwa Rio, seorang yang sangat sempurna
di mata para perempuan ternyata mempunyai seorang kakak yang cacat tapi
dia tidak pernah malu untuk mengakuinya. Aku malu pada diriku sendiri.
Aku malu pada dunia. Aku telah menyia-nyiakan seseorang yang berarti dalam hidupku.
Perlahan.
Aku merasakan air mataku jatuh. Dan aku merasakan Rio menggengam
tanganku erat. Aku menatapnya. Dia pun menatapku lembut.
~~
“Raaaaaaaaaaay……” aku berhambur memeluknya. Mungkin Ray merasa kaget dengan perlakuanku.
Tiba-tiba saja Ray melepaskan pelukannya. Aku kaget.
“K…..a……i……fy…..ai….tu….c…a….ca….t….ai…tu..u…ma……bi….ki…n….ka…….fy…ma….l…u…”
ujar Ray. Aku tak mengerti apa yang diucapkannya. Tapi, aku tahu apa
maksudnya.
Aku kembali memeluknya erat.
“Nggak
Ray, kamu itu nggak cacat, hati kak Ify yang cacat sampai-sampai kak
Ify malu punya adik kayak kamu. Kak Ify sadar, kak Ify salah, Ray mau
kan maafin Kak Ify?”
Ray menatapku tak percaya. Ia mengangguk perlahan. Aku memeluknya lagi. Dan kali ini Ray membalas pelukanku.
Kulihat Ibu dan Ayah tersenyum dari lantai dua. Aku membalas senyumannya.
Tuhan,
maafkan aku jika selama ini aku selalu merendahkan ciptaan-Mu. Maafkan
aku jika selama ini aku tak bersyukur atas nikmat-Mu. Maafkan aku jika
aku merasa akulah yang paling sempurna di dunia ini. Maafkan aku jika
selama ini aku menjelek-jelekan ciptaan-Mu.
Tuhan, aku
bersyukur karena Kau telah memberikan anugerah yang paling indah dalam
hidupku. Aku kini sadar, tak ada yang sempurna di dunia ini selain
Engkau. Aku tidak mau mencoba untuk menjadi sempurna. Tapi, aku akan
mencoba untuk menjadi yang lebih baik dari pada kemarin, untuk semua
orang. Terutama untukmu Adikku, Ray
Selasa, 25 September 2012
Tertunda,.. #karya : Nurul Lisa
Ku rasakan pahit manis kehidupan cinta,
Diwarnai oleh jutaan warna dibumi ini.
Ketika harus menghadapi ujian cinta yang rumit.
Apakah aku bisa melakukannya ?
“Kita putuuss titik”Mencakku kepada kekasihku Alvin.
“Segampang itu kamu minta putus ?”Dia sepertinya sudah kehilangan kesabaran.
“Iya,aku capek harus ngertiin kamu karena kamu sama sekali gak pernah ngertiin aku.”Kataku sedikit nyolot , Alvin tak berkutat lagi sepertinya dia sudah menyerah.Suasana hening diantara kita Alvin masih fokus dengan menyetir,matanya sudah tak kuat menahan angin yang selalu ingin menyerang mata indahnya.Lalu apa mungkin Alvin menambah kelajuan mobilnya.
“Alvin jangan ngebut nanti kecelakaan”Kataku sambil menarik bajunya.
“Aku lebih baik mati.ngerti ?”Jawabnya membuatku tergun dan…
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA #CEEESSSSSSSSSSSS
Kubuka mataku , ya aku kaget kini aku sedang terbaring lemah dikasur pasien.
“Akhirnya kamu sadar Shilla”Ujar sahabatku yaitu Ify.
“Mana Alvin Fy ?”Desahku sambil meraba kepalaku.
“Dia sedang dirawat Shill”Jawabnya sambil tertunduk.
“Aku harus ketemu sama Alvin”Tekadku kuat lalu mencoba bangkit tetapi..
“Aaawwww”Rintihku ,aku bingung apa yang terjadi dengan kakiku.
“Kenapa kakiku Fy kok gak bisa jalan?”Tanyaku masih kebingungan.
“Sebenarnya kamu itu..”Kata Ify terpotong.
“IIFFYYYY”Cegat seseorang.Ify dan Shilla mengalihkan pandangan.a kesumber asal suara.
“VIA”Kata Shilla dan Ify serentak.
“Shill loe gak kenapa napa kan.??”Tanya Via smbil mmbantu Ify memopong tubuh Shilla ke kasur
“Gue gak kenapa napa Vi”Jawab Shilla.Via memegang erat tangan Ify.
“Shill gue pinjem Ify sebentar”Ujar Via,lalu Via menarik tangan Ify dan pergi meninggalkan Shilla.
“Ada apa ya dgn Via sama Ify.?”Batin Shilla,lalu Shilla mengalihkan pandangannya kearah sebuah kertas hasil pemeriksaan.lalu Shilla mengambil kertas itu dan membacanya.
>>>>
“Fy sebaik.a dalam waktu beberapa hari ini loe gak usah kasih tau tentang kelumpuhan Shilla dan kerusakan ginjalnya”Ujar Via duduk diruang pasien.
“Oke gue khilaf. Dan gemana keadaan Alvin.?”Tanya Ify.Via tertunduk lesu.
“Alvin dalam masa kritis Fy.akibat benturan keras dikepalanya,yang menyebabkan Alvin mengalami pendarahan yg cukup parah”Jawab Via lirih.Ify tertegun dan duduk disamping Via.
“Gue gag bisa bayangin kalo Shilla tau semua ini”Desis Ify.
“Gue juga Fy.o iya kita samperin Shilla yuk”Ajak Via.Ify mengangguk dan menuju kekamar Shilla.
>>>>
Kejadian apa lagi yang akan dijalani .?
Oleh jiwa yang lemah tak berdaya.
Akankah Sang Bidadara memberikan tulus keberkatannya.
Memberikan sedikit celah kebahagiaan.
Walau harus rela sebagai manusia yang tak berguna.
Jika Sang Cinta penyelamat hidup tak berada disisi.
Pergi untuk sementara atau selamanya.
Akankah ada arti dari kehidupan.?
Cinta dan Tulus hati yang dibutuhkan dalam hati yang terpuruk
Via dan Ify sampai di kamar Shilla ,mereka melihat Shilla menatap nanar kertas yang ia pegang.
“Shilla”Sapa Ify dan Via.Shilla menoleh kearah mereka.sambil menghapus air matanya yang jatuh
“Kertas ini untuk gue khan.? Yang menvonis Ashilla Zahrantiara mengalami lumpuh dan kerusakan ginjal”Tanya Shilla sambil mengukir senyum pahitnya.Ify dan Via sontak kaget dengan pertanyaan Shilla.
“Shill maafin gue ,gue gak bermaksud”Kata Via terpotong oleh omongan Shilla.
“Loe gak perlu minta maaf Via..ini sudah karma buat gue yang membohongi perasaan gue sendiri..yang penting bagi gue adalah Alvin dan tanpa Alvin ndak ada arti sebuah kehidupan buat gue”Ucap Shilla , Via dan Ify hanya diam .
“Sekarang bgaimana keadaan Alvin ..?”Tanya Shilla,Via dan Ify hanya bungkam beribu bahasa ,mungkin didalam pikirannya adalah dua kata yaitu ‘GAK TEGA’.
“Alvin sedang dirawat ..dia baik baik aja kok Shill”Jawab Ify dgn gugup karena telah membohongi sahabatnya dari kecil yaitu Shilla.
“Kalo gitu,gue mohon antarin gue ke Alvin.”Pinta Shilla.Via langsung menggeleng cepat.
“Gag bisa Shill sekarang.Alvin lagi diperiksa sama dokter”Kata Via dgn gugup.yang ada dalam benak Shilla adalah ‘CURIGA’.
“Tapi hati gue berkata lain Via..gue yakin Alvin kenapa napa.”Kata Shilla dgn nada sedikit tinggi.refleks tangan Shilla ia rentangkan dan …
CEEESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS…..
Tangan Shilla mengenai vas bunga yang ada dimeja itu dan vas bunga jatuh berkeping keeping.Ada rasa aneh dibenak Shilla.
>>>>>
“Dok…detak jantung pasien lemah dan keadaannya memburuk dok”Ujar suster dgn nada khawatir.
“Segera ambil tindakan..”Jawab dokter dgn bergegas melakukan tindakan ke Alvin.
Apakah sang mentari akan berhenti melawan badai .?
Merelakan yang indah akan pergi tanpa pamit.
Menyusuri kehidupan yang lebih indah.
Tanpa ada sebuah petunjuk jalan kehidupan yang baru.
Akankah sang jiwa yang lemah menemukannya .?
“Dok keadaan pasien sedikit membaik”Ujar suster sambil bernafas lega.
>>>>
“ALVIN”Gumam Shilla yang telah sadar dari alam pikirannya.
“Mana Ify sama Via .?’’Gumam Shilla sambil melihat ruangan kamarnya tak ada Via dan Ify. Ckleekkk suara pintu terbuka …
“Ify loe darimana aja ..??”Tanya Shilla ,Ify menuju tempat tidur Shilla ditemani Suster.
“Shill loe sudah sadar ,Sus tolong perbanin tangannya karena tangan Shilla berdarah terkenal beling vas bunga.”Kata Ify sambil menunjukkan tangan Shilla yang berdarah.Dengan cekatan suster memperbanin tangan Shilla.
“Fy..mana Via.? Terus keadaan Alvin bagaimana .?”Tanya Shilla.
“Via lagi lihat keadaan Alvin.katanya Alvin sudah siuman.”Jawab Ify tersenyum.Shilla mencoba bangkit padahal perbanan tangan Shilla belum selesai.
“Shill loe gak usah bergerak dulu”Cegah Ify.Shilla menggeleng cepat.
“Gue mau lihat Alvin Fy,”Ujar Shilla mencoba bangkit dari tempat tidur.
“Iya gue anter,tapi perbanin tangan loe dulu.oke”Kata Ify mencoba mengheandle keadaan.Shilla hanya mengangguk lesu.
>>>>>>>
“C ci ci la mana Vi.?”Tanya Alvin yang selesai siuman.
“Dia ada dikamarnya.o iya nanti aku suruh Shilla kesini kok.aku pergi dulu yach soalnya sudah malam aku dipanggil bunda disuruh pulang”Pamit Via.
“Thanks Vi dah bawain tape recorder dan cincinnya”Desah Alvin karena suara Alvin kurang berfungsi dgn baik.Via hanya membalas dgn senyuman dan segera meninggalkan kamar Alvin.
Akankah cinta memberikan detik terakhir.
Untuk para insan yang akan terpisah.
Yang akan menjadi saksi perjuangan cinta.
Diabadikan dalam album kenangan yang penuh dgn darah biru
Shilla menaiki kursi rodanya,Ify membantu untuk mendorong kursi roda Shilla..,”Terima kasih ya Fy,aku gak akan lupa’in kamu dan Via jika aku dipanggil sama Tuhan suatu saat nanti”Ujar Shilla mengukir sebuah tersenyum.Ify mengerutkan keningnya.”Shilla,jangan gitu donk.aku yakin kamu akan hidup panjang”Kata Ify dgn nada ketakutan.”Aku rasa separuh jiwa ini sudah lemah Fy.terasa sakit separuhnya lagii.”Ujar Shilla sambil meraba daerah ginjal yang sangat nyeri.Ify hanya diam dan mendorong kursi roda Shilla menuju kamar Alvin.
>>>>
Ify dan Shilla sudah sampai didepan pintu kamar Alvin.Ify dengan segera membuka pintunya dengan pelan.Tanpa masuk.
“Shilla sudah aku bukain pintunya.kesana sendiri yach.aku disuruh pulang sama ayah.”Pamit Ify.Shilla mengangguk dan Shilla mendorong kursi rodanya menuju kamar Alvin.Pada saat masuk raga Shilla melemah air matanya mengalir lembut dipipinya karena yang didepannya kini adalah Alvin yang berbaring tak berdaya di tempat tidurnya.
Demi waktu mengizinkanku.
Menciptakan suasana yang pilu.
Dapatkah diukir oleh senyuman dan tawa
Terlukis oleh pesan dan kesan yang menyentuh.
Jika semua itu terjadi.Akankah memory itu terlukis dengan sebening air mata yang mengalir karena semua itu.
Apakah ini adalah awal dari kehilangan.
“Cila,kamu datang juga”Sambut Alvin sambil mengulas senyumnya.Air mata Shilla tak terbendung lagi mengalir deras dipipinya.
“Cila .?kau masih ingat panggilan itu .?sudah beberapa tahun kau tak pernah menyebutnya ,sungguh jahatnya hati ini telah membuatmu menderita.”Shilla menyebutkan kata kata itu dengan penuh penyesalan.Senyuman Alvin yang ia ukir telah luntur.
“Cila kenapa nangis .? Apin jadi sedih.Apin gak akan lupa kok sama Cila”Kata Alvin ,kini sifat Alvin terulang pada 13 Tahun yang lalu.
FlashBack On…..
@Taman Doa
“Cilaaaa ….Apiinn bawain pelmen stlonbeli {permen cokelat tapi Alvin bilang strobery alias bohong} ..Apin beli ini buat Cilaa..”Kata Alvin sambil memberikan sebatang cokelat ke Shilla.
“Iiiicchh Apiinn..nanti kalo gigi Ciila belobang terus ompong kayak nenek2 gemana.?”Geregetan Shilla.Alvin hanya cekikikan.
“Baguuss donk..nanti Cila kan jelek.terus gak ada yang mau ama Cila.biar Apin bisa ama Cila teluuss”Gombal Alvin *ckckck kecil2 pinter gombal*
“Iiicchh Apin.Cila gak mau ompong kayak Apin celing makan yupy teluuss”Kata Shilla sambil manyun.
“Wleekkk Cila ompong Cila ompong”Ejek Alvin.Shilla mengejar Alvin berlari lari serasa dunia milik mereka berdua.
FlashBack Off……
“Maafin aku Vin,gara gara aku semua jadi seperti ini.aku bodoh Vin dan aku mohon maafin aku dan jangan pernah tinggalin aku didunia yang sudah pudar.aku memang egois Vin dan aku jahat .tolong maafin aku”Ujar Shilla dgn suara terisak.Alvin tertunduk air matanya jatuh dgn lembut dipipinya.
“Aku yang salah Shilla.aku memang egois dan gak pernah sedikitpun memberikan waktuku untuk perhatian sama kamu.Aku selalu sibuk dengan pekerjaan aku.aku ngerasa sangat bersalah dan jangan sedikitpun kamu merasa bersalah karena aku yang salah”Kata Alvin lalu memejamkan matanya.karena air matanya ingin mengalir deras.Alvin menggenggam tangan Shilla.Shilla kini dalam keadaan terpuruk dan penyesalan yang luar biasa.
“Dan aku janji jika aku sudah dipanggil sama Tuhan suatu saat nanti.aku akan setia menunggu kamu ,aku dan kamu akan membangun bahtera yang baru di Surga.Menciptakan keindahan yang sempat terukir oleh pilu dan Aku gak akan egoiiss lagii.aku janji Cila”Sambung Alvin dengan mata berkaca kaca. Shilla yang mendengarnya sangat terpukul karena satu hal ‘TAK SANGGUP HIDUP TANPA ALVIN’.
“Kamuu gak boleh ngomong begitu.aku belum siap menerima semua itu.apakah Sang Dewa Cinta setega itu pada aku dan kamu .?Jika kau pergi ,aku harus pergi.aku akan terpuruk dan tertekan jika kau tak ada sebagai pengarah hidup aku Vin karena aku sudah tak kuat dgn cobaan yang selalu datang dgn segampangnya menyakiti jiwa dan ragaku”Kata Shilla kini membuat raga Alvin melemah.
“Jika Sang Dewa Cinta menyimpan Rahasia diBalik Rahasia yang kita gak tau semua itu berakhir dengan indah.aku yakin Ia tidak setega itu pada kita.kamu harus yakin Cila.”Kata Alvin meyakinkan menggenggam tangan Shilla dgn erat.Shilla lalu mengukir senyumnya.
“Gitu donk Cila yang jelek”Ejek Alvin.Shilla manyun.
“Iiicchh Apin..”Geregetan Shilla.Alvin mengalihkan pandangannya ke sebuah tape recorder dan cincin tunangan yang dibawa Via tadi.
“Maafin aku ya Shilla..aku gak bisa nepatin janji aku utk tunangan sama kamu dan memasangkan cincin itu dgn resmi dijari manis kamu.Tapi aku janji akan menjadikan kau sebagai permaisuri diSurga nanti..”Kata Alvin mengulas senyum sambil berusaha meraih benda kecil berwarna merah berbentuk cinta. tetapi tangan Alvin tak kuat.
“Biar aku yang ambilkan benda itu”Shilla mengambil benda itu.Lalu Shilla membukanya dgn hati hati.
“Cincin .? Inikan..”Belum Shilla melanjutkan omongannya Alvin sudah memberikan isyarat dgn mendekatkan jari telunjuknya didekat mulut Shillla yang bertanda diam.
“Aku tau,pada saat kita ke Mall kamu melihat cincin itu dan kau ingin cincin itu menjadi cincin pertunangan kita tetapi aku malah tidak setuju dan membuat kamu kecewa .maafin aku ya.aku sadar cincin itu sangat indah,seindah hatimu Shilla”Jelas Alvin.Shilla ngerasa berbeda banget dengan Alvin sekarang.menjadi lebih baik.Shilla mengambil cincin itu dan menaruh dijari manis Alvin.
“Tak perlu dengan resmi Vin.sekarang kita tunangan walaupun Badai dan angin kencang selalu ingin merobohkan hati kita yang lemah”Ujar Shilla sambil mengelus punggung tangan Alvin.
“Mana cincin yang satu lagii ..??”Tanya Alvin.Shilla memberikan cincin itu ke Alvin.Lalu Alvin menaruh cincin itu dijari manis Shilla.
“Sayang sekalii,di hari pertunangan kita ini diselimuti oleh kepahitan.Karena lagi sebentar kita terpisahkan oleh maut”Mendengar kata kata itu Shilla tertunduk.
“Apa mungkin aku bisa bertahan tanpa kamu Vin.?”Tanya Shilla dgn suara serak akibat menangis.
“Aku akan meminta mohon kepada Tuhan .agar Ia memberikan kemudahan untuk kau menjalani hidup”Jawab Alvin,Shilla terlihat galau dan lemah.
Izinkan aku menyusul separuh jiwaku yang akan pergi.
Izinkan aku untuk menemukan sebuah pengakuan yang belum terungkap.
Izinkan aku tersenyum dihari yang akan membuatku terpuruk dalam penyesalan.
“Apa Tuhan mengizinkan aku untuk menemani kamu jika kau terpanggil oleh Tuhan .?”Tanya Shilla.Alvin hanya tersenyum.
“Aku tidak tau ,aku sekarang hanyalah manusia yang lemah tak berdaya bukan sesosok Malaikat yang tau akan masa depan”Jawab Alvin kini membuat Shilla merasa miris.
“Satu lagi Shill ,sebelum aku dipanggil aku ingin minta maaf sama kamu karena ciptaan laguku takkan mengiringi pernikahan kita nanti.Tapi aku janji akan menciptakan lagu yang terindah yang diiringi oleh instrument yang tak pernah kamu dengar didunia yang sekarang pudar”Sambung Alvin.Shilla bingung dgn omongan Alvin.
“Kau menciptakan lagu untukku Vin .?”Tanya Shilla.Alvin mengangguk pelan.
“Kau ingin mendengarnya Shilla .?aku ambilkan tape recorder itu”Ujar Alvin mengambil tape recorder itu.Lalu dimulailah lagu yang diciptakan Alvin.
Iringan nada mengawali sebuah perasaan
Menghilangkan suasana pilu bagaikan angin lalu.
Berakhir sudah pencarian cintaku.
Jiwa ini tak lagi sepi.
Hati ini telah ada yang memiliki (Alvin)
Tiba diriku dipenghujung mencari cinta
Diri ini tak lagi sepi
Kini aku tak sendiri (Shilla)
Alunan nada semakin merasuk jiwa.
Menyisipkan sebuah emosi yang mewakili hati.
Aku akan menikahimu
Aku akan menjagamu
Ku kan selalu disisimu seumur hidupmu (Alvin)
Aku akan menyayangi
Ku kan setia kepadamu
Ku kan selalu disisimu seumur hidupmu (Shilla)
Alunan nada selalu mewakili perasaan
Mengulang semua yang pernah dilalui.
Terasa menyentuh hati dgn selembut sutra.
Terasa mengangkat semua emosi dalam benak.
Na..Na…Na…Na..
Na…Na..Na…Na..
Na…Na…Na…Na…
Na..Na..Na..
Ku kan selalu disisimu seumur hidupku
Seumur hidupku
Seumur hidupku
Seumur hidupku
Se….u..mur..hi dup ku..
(Song by :Penghujung Cintaku Pasha ‘Ungu feat Adelia)
Iringan tuts piano mengalun sangat indah.
Alunan sebuah simpony yang indah
Menciptakan sebuah harmoni.
Dihiasi berbagai 1001 kupu kupu yang akan mengubahnya ..janji yach Shill .?”Ucap Alvin dgn suara lemah.Shilla mengangguk dan memeluk Alvin dengan erat.
“Aku sayang kamu Vin”Ucap Shilla dgn terisak.
“Aku juga sayaang kamu ..S s s H Sila’’Desah Alvin.
Tetaplah seperti ini ,menghentikan alur cerita.
Berharap takkan sedikitpun celah untuk merusaknya.
Tetapi mengapa Sang Penentu Takdir berkata lain.
Dengan tega membuat hati terasa tergores oleh pisau berdarah.
Tiiittttttttttt ttttiiiiiiiiiittttttttttttt ..
“Hah ah ah aarrgh sakiit”Erang Alvin.
“Vin kamu kenapa .??”Tanya Shilla ketakutan.
“S s Shilla a a aku t t tunggu k ka kamu di Su surga .selamat tinggal Cc Cila”Kata terakhir Alvin..
RTiiiiittttttttttttttt tiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttt …..
“AALLVIVIINN AKU BELLUUMM SIIAAAPPPPPP”Teriak Shilla dgn suara terisak.Shilla menangis sejadi jadinya.Shilla tetap memeluk tubuh Alvin yang kini telah tersenyum tenang.
Skip>>>>>
Sudah seminggu kepergian Alvin.Shilla kini tak sama sekali mempunyai semangat untuk hidup karena dalam keterpurukan.Memory selalu terulang dipikirannya dan alunan shimpony yang selalu mengenang didalam separuh jiwanya yang tak berdaya,
“Tuhan bagaimana Alvin sekarang.?apa dia tenang disana .?Tuhan sampaikan pesanku kalo aku kangen sekali dgn Alvin dan aku akan segara menyusulnya karena aku sudah tak kuat disini”Gumam Shilla sambil menatap nanar langit yang dihiasi bintang yang gelimang.
Sejak dia pergi dari hidupku aku merasa sepi.Dia tinggalkan ku sendiri disini tanpa satu yang pasti.Aku tak tau harus bagaimana.Aku merasa tiada bernyawa selain dirimu selain cintamu.Kirim aku malaikatmu biar jadi kawan hidupku dan tunjukan jalan yang memang kau pilihkan untukku.Kirim aku malaikatmu karena ku sepi berada disini dan dunia ini aku tak mau sendiri.
Tiba-tibaa…ginjal Shilla sangat nyeri dan sakiitt.air matanya jatuh karena kesakitan ..matanya sembab lalu pengeliahatan Shilla menjadi gelap gulitaa..
>>>>>>
“Aku ada dimana ..?? mengapa aku bisa berdiri”Gumam Shilla ..kini Shilla seperti bukan dirumah sakit sepenuhnya,kini Shilla tepat diantara dua dunia yaitu dunia hitam yang terlihat seperti rumah sakit dan dunia putih yang terlihat seperti Surga.
“Ify , Via”Kaget Shilla karena didunia hitam ia melihat Ify dan Via menangis karena dirinya ,terasa sakit sekali jika Shilla melihat dunia hitam ,
“Waaww indah sekalii..”Decak kagum Shilla.Melihat didunia putih terdapat seekor kuda putih terbang seperti ada sang pangeran yang sangat tampan.
“Wahaii Peri Cintaku ,aku akan melaksanakan janjiku didunia”Ujar sang pangeran yaitu Alvin.Alvin mengulurkan tangannya mengajak Shilla untuk menaiki kuda itu bersama.Namun dorongan apa Shilla menerima uluran tangan Alvin dan menaiki kuda putih terbang menuju Singgasana.
>>>>
“SHHHHIILLAAA JANGAN TINGGALIN KITAAA”Teriak Via dan Ify histeris menangiiiisssssssssss …Tubuh Shilla hanya mengisaratkan senyuman yang berarti sudah tenang diSurga.
Terima Kasih Wahai Pemuja Cinta.
Kini kertepurukan telah menjadi indah.
Terasa damai dalam hati
Terasa tenang dalam Jiwa.
Takkan terjadi sebuah pertengkaran.
Takkan mengulangi sebuah kecerobohan.
Sungguh bersyukur pada Tuhan.
Kau menyimpan rahasia dibalik rahasia.
Karena ini lebih dari indah.
Tamat .
Diwarnai oleh jutaan warna dibumi ini.
Ketika harus menghadapi ujian cinta yang rumit.
Apakah aku bisa melakukannya ?
“Kita putuuss titik”Mencakku kepada kekasihku Alvin.
“Segampang itu kamu minta putus ?”Dia sepertinya sudah kehilangan kesabaran.
“Iya,aku capek harus ngertiin kamu karena kamu sama sekali gak pernah ngertiin aku.”Kataku sedikit nyolot , Alvin tak berkutat lagi sepertinya dia sudah menyerah.Suasana hening diantara kita Alvin masih fokus dengan menyetir,matanya sudah tak kuat menahan angin yang selalu ingin menyerang mata indahnya.Lalu apa mungkin Alvin menambah kelajuan mobilnya.
“Alvin jangan ngebut nanti kecelakaan”Kataku sambil menarik bajunya.
“Aku lebih baik mati.ngerti ?”Jawabnya membuatku tergun dan…
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA #CEEESSSSSSSSSSSS
Kubuka mataku , ya aku kaget kini aku sedang terbaring lemah dikasur pasien.
“Akhirnya kamu sadar Shilla”Ujar sahabatku yaitu Ify.
“Mana Alvin Fy ?”Desahku sambil meraba kepalaku.
“Dia sedang dirawat Shill”Jawabnya sambil tertunduk.
“Aku harus ketemu sama Alvin”Tekadku kuat lalu mencoba bangkit tetapi..
“Aaawwww”Rintihku ,aku bingung apa yang terjadi dengan kakiku.
“Kenapa kakiku Fy kok gak bisa jalan?”Tanyaku masih kebingungan.
“Sebenarnya kamu itu..”Kata Ify terpotong.
“IIFFYYYY”Cegat seseorang.Ify dan Shilla mengalihkan pandangan.a kesumber asal suara.
“VIA”Kata Shilla dan Ify serentak.
“Shill loe gak kenapa napa kan.??”Tanya Via smbil mmbantu Ify memopong tubuh Shilla ke kasur
“Gue gak kenapa napa Vi”Jawab Shilla.Via memegang erat tangan Ify.
“Shill gue pinjem Ify sebentar”Ujar Via,lalu Via menarik tangan Ify dan pergi meninggalkan Shilla.
“Ada apa ya dgn Via sama Ify.?”Batin Shilla,lalu Shilla mengalihkan pandangannya kearah sebuah kertas hasil pemeriksaan.lalu Shilla mengambil kertas itu dan membacanya.
>>>>
“Fy sebaik.a dalam waktu beberapa hari ini loe gak usah kasih tau tentang kelumpuhan Shilla dan kerusakan ginjalnya”Ujar Via duduk diruang pasien.
“Oke gue khilaf. Dan gemana keadaan Alvin.?”Tanya Ify.Via tertunduk lesu.
“Alvin dalam masa kritis Fy.akibat benturan keras dikepalanya,yang menyebabkan Alvin mengalami pendarahan yg cukup parah”Jawab Via lirih.Ify tertegun dan duduk disamping Via.
“Gue gag bisa bayangin kalo Shilla tau semua ini”Desis Ify.
“Gue juga Fy.o iya kita samperin Shilla yuk”Ajak Via.Ify mengangguk dan menuju kekamar Shilla.
>>>>
Kejadian apa lagi yang akan dijalani .?
Oleh jiwa yang lemah tak berdaya.
Akankah Sang Bidadara memberikan tulus keberkatannya.
Memberikan sedikit celah kebahagiaan.
Walau harus rela sebagai manusia yang tak berguna.
Jika Sang Cinta penyelamat hidup tak berada disisi.
Pergi untuk sementara atau selamanya.
Akankah ada arti dari kehidupan.?
Cinta dan Tulus hati yang dibutuhkan dalam hati yang terpuruk
Via dan Ify sampai di kamar Shilla ,mereka melihat Shilla menatap nanar kertas yang ia pegang.
“Shilla”Sapa Ify dan Via.Shilla menoleh kearah mereka.sambil menghapus air matanya yang jatuh
“Kertas ini untuk gue khan.? Yang menvonis Ashilla Zahrantiara mengalami lumpuh dan kerusakan ginjal”Tanya Shilla sambil mengukir senyum pahitnya.Ify dan Via sontak kaget dengan pertanyaan Shilla.
“Shill maafin gue ,gue gak bermaksud”Kata Via terpotong oleh omongan Shilla.
“Loe gak perlu minta maaf Via..ini sudah karma buat gue yang membohongi perasaan gue sendiri..yang penting bagi gue adalah Alvin dan tanpa Alvin ndak ada arti sebuah kehidupan buat gue”Ucap Shilla , Via dan Ify hanya diam .
“Sekarang bgaimana keadaan Alvin ..?”Tanya Shilla,Via dan Ify hanya bungkam beribu bahasa ,mungkin didalam pikirannya adalah dua kata yaitu ‘GAK TEGA’.
“Alvin sedang dirawat ..dia baik baik aja kok Shill”Jawab Ify dgn gugup karena telah membohongi sahabatnya dari kecil yaitu Shilla.
“Kalo gitu,gue mohon antarin gue ke Alvin.”Pinta Shilla.Via langsung menggeleng cepat.
“Gag bisa Shill sekarang.Alvin lagi diperiksa sama dokter”Kata Via dgn gugup.yang ada dalam benak Shilla adalah ‘CURIGA’.
“Tapi hati gue berkata lain Via..gue yakin Alvin kenapa napa.”Kata Shilla dgn nada sedikit tinggi.refleks tangan Shilla ia rentangkan dan …
CEEESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS…..
Tangan Shilla mengenai vas bunga yang ada dimeja itu dan vas bunga jatuh berkeping keeping.Ada rasa aneh dibenak Shilla.
>>>>>
“Dok…detak jantung pasien lemah dan keadaannya memburuk dok”Ujar suster dgn nada khawatir.
“Segera ambil tindakan..”Jawab dokter dgn bergegas melakukan tindakan ke Alvin.
Apakah sang mentari akan berhenti melawan badai .?
Merelakan yang indah akan pergi tanpa pamit.
Menyusuri kehidupan yang lebih indah.
Tanpa ada sebuah petunjuk jalan kehidupan yang baru.
Akankah sang jiwa yang lemah menemukannya .?
“Dok keadaan pasien sedikit membaik”Ujar suster sambil bernafas lega.
>>>>
“ALVIN”Gumam Shilla yang telah sadar dari alam pikirannya.
“Mana Ify sama Via .?’’Gumam Shilla sambil melihat ruangan kamarnya tak ada Via dan Ify. Ckleekkk suara pintu terbuka …
“Ify loe darimana aja ..??”Tanya Shilla ,Ify menuju tempat tidur Shilla ditemani Suster.
“Shill loe sudah sadar ,Sus tolong perbanin tangannya karena tangan Shilla berdarah terkenal beling vas bunga.”Kata Ify sambil menunjukkan tangan Shilla yang berdarah.Dengan cekatan suster memperbanin tangan Shilla.
“Fy..mana Via.? Terus keadaan Alvin bagaimana .?”Tanya Shilla.
“Via lagi lihat keadaan Alvin.katanya Alvin sudah siuman.”Jawab Ify tersenyum.Shilla mencoba bangkit padahal perbanan tangan Shilla belum selesai.
“Shill loe gak usah bergerak dulu”Cegah Ify.Shilla menggeleng cepat.
“Gue mau lihat Alvin Fy,”Ujar Shilla mencoba bangkit dari tempat tidur.
“Iya gue anter,tapi perbanin tangan loe dulu.oke”Kata Ify mencoba mengheandle keadaan.Shilla hanya mengangguk lesu.
>>>>>>>
“C ci ci la mana Vi.?”Tanya Alvin yang selesai siuman.
“Dia ada dikamarnya.o iya nanti aku suruh Shilla kesini kok.aku pergi dulu yach soalnya sudah malam aku dipanggil bunda disuruh pulang”Pamit Via.
“Thanks Vi dah bawain tape recorder dan cincinnya”Desah Alvin karena suara Alvin kurang berfungsi dgn baik.Via hanya membalas dgn senyuman dan segera meninggalkan kamar Alvin.
Akankah cinta memberikan detik terakhir.
Untuk para insan yang akan terpisah.
Yang akan menjadi saksi perjuangan cinta.
Diabadikan dalam album kenangan yang penuh dgn darah biru
Shilla menaiki kursi rodanya,Ify membantu untuk mendorong kursi roda Shilla..,”Terima kasih ya Fy,aku gak akan lupa’in kamu dan Via jika aku dipanggil sama Tuhan suatu saat nanti”Ujar Shilla mengukir sebuah tersenyum.Ify mengerutkan keningnya.”Shilla,jangan gitu donk.aku yakin kamu akan hidup panjang”Kata Ify dgn nada ketakutan.”Aku rasa separuh jiwa ini sudah lemah Fy.terasa sakit separuhnya lagii.”Ujar Shilla sambil meraba daerah ginjal yang sangat nyeri.Ify hanya diam dan mendorong kursi roda Shilla menuju kamar Alvin.
>>>>
Ify dan Shilla sudah sampai didepan pintu kamar Alvin.Ify dengan segera membuka pintunya dengan pelan.Tanpa masuk.
“Shilla sudah aku bukain pintunya.kesana sendiri yach.aku disuruh pulang sama ayah.”Pamit Ify.Shilla mengangguk dan Shilla mendorong kursi rodanya menuju kamar Alvin.Pada saat masuk raga Shilla melemah air matanya mengalir lembut dipipinya karena yang didepannya kini adalah Alvin yang berbaring tak berdaya di tempat tidurnya.
Demi waktu mengizinkanku.
Menciptakan suasana yang pilu.
Dapatkah diukir oleh senyuman dan tawa
Terlukis oleh pesan dan kesan yang menyentuh.
Jika semua itu terjadi.Akankah memory itu terlukis dengan sebening air mata yang mengalir karena semua itu.
Apakah ini adalah awal dari kehilangan.
“Cila,kamu datang juga”Sambut Alvin sambil mengulas senyumnya.Air mata Shilla tak terbendung lagi mengalir deras dipipinya.
“Cila .?kau masih ingat panggilan itu .?sudah beberapa tahun kau tak pernah menyebutnya ,sungguh jahatnya hati ini telah membuatmu menderita.”Shilla menyebutkan kata kata itu dengan penuh penyesalan.Senyuman Alvin yang ia ukir telah luntur.
“Cila kenapa nangis .? Apin jadi sedih.Apin gak akan lupa kok sama Cila”Kata Alvin ,kini sifat Alvin terulang pada 13 Tahun yang lalu.
FlashBack On…..
@Taman Doa
“Cilaaaa ….Apiinn bawain pelmen stlonbeli {permen cokelat tapi Alvin bilang strobery alias bohong} ..Apin beli ini buat Cilaa..”Kata Alvin sambil memberikan sebatang cokelat ke Shilla.
“Iiiicchh Apiinn..nanti kalo gigi Ciila belobang terus ompong kayak nenek2 gemana.?”Geregetan Shilla.Alvin hanya cekikikan.
“Baguuss donk..nanti Cila kan jelek.terus gak ada yang mau ama Cila.biar Apin bisa ama Cila teluuss”Gombal Alvin *ckckck kecil2 pinter gombal*
“Iiicchh Apin.Cila gak mau ompong kayak Apin celing makan yupy teluuss”Kata Shilla sambil manyun.
“Wleekkk Cila ompong Cila ompong”Ejek Alvin.Shilla mengejar Alvin berlari lari serasa dunia milik mereka berdua.
FlashBack Off……
“Maafin aku Vin,gara gara aku semua jadi seperti ini.aku bodoh Vin dan aku mohon maafin aku dan jangan pernah tinggalin aku didunia yang sudah pudar.aku memang egois Vin dan aku jahat .tolong maafin aku”Ujar Shilla dgn suara terisak.Alvin tertunduk air matanya jatuh dgn lembut dipipinya.
“Aku yang salah Shilla.aku memang egois dan gak pernah sedikitpun memberikan waktuku untuk perhatian sama kamu.Aku selalu sibuk dengan pekerjaan aku.aku ngerasa sangat bersalah dan jangan sedikitpun kamu merasa bersalah karena aku yang salah”Kata Alvin lalu memejamkan matanya.karena air matanya ingin mengalir deras.Alvin menggenggam tangan Shilla.Shilla kini dalam keadaan terpuruk dan penyesalan yang luar biasa.
“Dan aku janji jika aku sudah dipanggil sama Tuhan suatu saat nanti.aku akan setia menunggu kamu ,aku dan kamu akan membangun bahtera yang baru di Surga.Menciptakan keindahan yang sempat terukir oleh pilu dan Aku gak akan egoiiss lagii.aku janji Cila”Sambung Alvin dengan mata berkaca kaca. Shilla yang mendengarnya sangat terpukul karena satu hal ‘TAK SANGGUP HIDUP TANPA ALVIN’.
“Kamuu gak boleh ngomong begitu.aku belum siap menerima semua itu.apakah Sang Dewa Cinta setega itu pada aku dan kamu .?Jika kau pergi ,aku harus pergi.aku akan terpuruk dan tertekan jika kau tak ada sebagai pengarah hidup aku Vin karena aku sudah tak kuat dgn cobaan yang selalu datang dgn segampangnya menyakiti jiwa dan ragaku”Kata Shilla kini membuat raga Alvin melemah.
“Jika Sang Dewa Cinta menyimpan Rahasia diBalik Rahasia yang kita gak tau semua itu berakhir dengan indah.aku yakin Ia tidak setega itu pada kita.kamu harus yakin Cila.”Kata Alvin meyakinkan menggenggam tangan Shilla dgn erat.Shilla lalu mengukir senyumnya.
“Gitu donk Cila yang jelek”Ejek Alvin.Shilla manyun.
“Iiicchh Apin..”Geregetan Shilla.Alvin mengalihkan pandangannya ke sebuah tape recorder dan cincin tunangan yang dibawa Via tadi.
“Maafin aku ya Shilla..aku gak bisa nepatin janji aku utk tunangan sama kamu dan memasangkan cincin itu dgn resmi dijari manis kamu.Tapi aku janji akan menjadikan kau sebagai permaisuri diSurga nanti..”Kata Alvin mengulas senyum sambil berusaha meraih benda kecil berwarna merah berbentuk cinta. tetapi tangan Alvin tak kuat.
“Biar aku yang ambilkan benda itu”Shilla mengambil benda itu.Lalu Shilla membukanya dgn hati hati.
“Cincin .? Inikan..”Belum Shilla melanjutkan omongannya Alvin sudah memberikan isyarat dgn mendekatkan jari telunjuknya didekat mulut Shillla yang bertanda diam.
“Aku tau,pada saat kita ke Mall kamu melihat cincin itu dan kau ingin cincin itu menjadi cincin pertunangan kita tetapi aku malah tidak setuju dan membuat kamu kecewa .maafin aku ya.aku sadar cincin itu sangat indah,seindah hatimu Shilla”Jelas Alvin.Shilla ngerasa berbeda banget dengan Alvin sekarang.menjadi lebih baik.Shilla mengambil cincin itu dan menaruh dijari manis Alvin.
“Tak perlu dengan resmi Vin.sekarang kita tunangan walaupun Badai dan angin kencang selalu ingin merobohkan hati kita yang lemah”Ujar Shilla sambil mengelus punggung tangan Alvin.
“Mana cincin yang satu lagii ..??”Tanya Alvin.Shilla memberikan cincin itu ke Alvin.Lalu Alvin menaruh cincin itu dijari manis Shilla.
“Sayang sekalii,di hari pertunangan kita ini diselimuti oleh kepahitan.Karena lagi sebentar kita terpisahkan oleh maut”Mendengar kata kata itu Shilla tertunduk.
“Apa mungkin aku bisa bertahan tanpa kamu Vin.?”Tanya Shilla dgn suara serak akibat menangis.
“Aku akan meminta mohon kepada Tuhan .agar Ia memberikan kemudahan untuk kau menjalani hidup”Jawab Alvin,Shilla terlihat galau dan lemah.
Izinkan aku menyusul separuh jiwaku yang akan pergi.
Izinkan aku untuk menemukan sebuah pengakuan yang belum terungkap.
Izinkan aku tersenyum dihari yang akan membuatku terpuruk dalam penyesalan.
“Apa Tuhan mengizinkan aku untuk menemani kamu jika kau terpanggil oleh Tuhan .?”Tanya Shilla.Alvin hanya tersenyum.
“Aku tidak tau ,aku sekarang hanyalah manusia yang lemah tak berdaya bukan sesosok Malaikat yang tau akan masa depan”Jawab Alvin kini membuat Shilla merasa miris.
“Satu lagi Shill ,sebelum aku dipanggil aku ingin minta maaf sama kamu karena ciptaan laguku takkan mengiringi pernikahan kita nanti.Tapi aku janji akan menciptakan lagu yang terindah yang diiringi oleh instrument yang tak pernah kamu dengar didunia yang sekarang pudar”Sambung Alvin.Shilla bingung dgn omongan Alvin.
“Kau menciptakan lagu untukku Vin .?”Tanya Shilla.Alvin mengangguk pelan.
“Kau ingin mendengarnya Shilla .?aku ambilkan tape recorder itu”Ujar Alvin mengambil tape recorder itu.Lalu dimulailah lagu yang diciptakan Alvin.
Iringan nada mengawali sebuah perasaan
Menghilangkan suasana pilu bagaikan angin lalu.
Berakhir sudah pencarian cintaku.
Jiwa ini tak lagi sepi.
Hati ini telah ada yang memiliki (Alvin)
Tiba diriku dipenghujung mencari cinta
Diri ini tak lagi sepi
Kini aku tak sendiri (Shilla)
Alunan nada semakin merasuk jiwa.
Menyisipkan sebuah emosi yang mewakili hati.
Aku akan menikahimu
Aku akan menjagamu
Ku kan selalu disisimu seumur hidupmu (Alvin)
Aku akan menyayangi
Ku kan setia kepadamu
Ku kan selalu disisimu seumur hidupmu (Shilla)
Alunan nada selalu mewakili perasaan
Mengulang semua yang pernah dilalui.
Terasa menyentuh hati dgn selembut sutra.
Terasa mengangkat semua emosi dalam benak.
Na..Na…Na…Na..
Na…Na..Na…Na..
Na…Na…Na…Na…
Na..Na..Na..
Ku kan selalu disisimu seumur hidupku
Seumur hidupku
Seumur hidupku
Seumur hidupku
Se….u..mur..hi dup ku..
(Song by :Penghujung Cintaku Pasha ‘Ungu feat Adelia)
Iringan tuts piano mengalun sangat indah.
Alunan sebuah simpony yang indah
Menciptakan sebuah harmoni.
Dihiasi berbagai 1001 kupu kupu yang akan mengubahnya ..janji yach Shill .?”Ucap Alvin dgn suara lemah.Shilla mengangguk dan memeluk Alvin dengan erat.
“Aku sayang kamu Vin”Ucap Shilla dgn terisak.
“Aku juga sayaang kamu ..S s s H Sila’’Desah Alvin.
Tetaplah seperti ini ,menghentikan alur cerita.
Berharap takkan sedikitpun celah untuk merusaknya.
Tetapi mengapa Sang Penentu Takdir berkata lain.
Dengan tega membuat hati terasa tergores oleh pisau berdarah.
Tiiittttttttttt ttttiiiiiiiiiittttttttttttt ..
“Hah ah ah aarrgh sakiit”Erang Alvin.
“Vin kamu kenapa .??”Tanya Shilla ketakutan.
“S s Shilla a a aku t t tunggu k ka kamu di Su surga .selamat tinggal Cc Cila”Kata terakhir Alvin..
RTiiiiittttttttttttttt tiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttt …..
“AALLVIVIINN AKU BELLUUMM SIIAAAPPPPPP”Teriak Shilla dgn suara terisak.Shilla menangis sejadi jadinya.Shilla tetap memeluk tubuh Alvin yang kini telah tersenyum tenang.
Skip>>>>>
Sudah seminggu kepergian Alvin.Shilla kini tak sama sekali mempunyai semangat untuk hidup karena dalam keterpurukan.Memory selalu terulang dipikirannya dan alunan shimpony yang selalu mengenang didalam separuh jiwanya yang tak berdaya,
“Tuhan bagaimana Alvin sekarang.?apa dia tenang disana .?Tuhan sampaikan pesanku kalo aku kangen sekali dgn Alvin dan aku akan segara menyusulnya karena aku sudah tak kuat disini”Gumam Shilla sambil menatap nanar langit yang dihiasi bintang yang gelimang.
Sejak dia pergi dari hidupku aku merasa sepi.Dia tinggalkan ku sendiri disini tanpa satu yang pasti.Aku tak tau harus bagaimana.Aku merasa tiada bernyawa selain dirimu selain cintamu.Kirim aku malaikatmu biar jadi kawan hidupku dan tunjukan jalan yang memang kau pilihkan untukku.Kirim aku malaikatmu karena ku sepi berada disini dan dunia ini aku tak mau sendiri.
Tiba-tibaa…ginjal Shilla sangat nyeri dan sakiitt.air matanya jatuh karena kesakitan ..matanya sembab lalu pengeliahatan Shilla menjadi gelap gulitaa..
>>>>>>
“Aku ada dimana ..?? mengapa aku bisa berdiri”Gumam Shilla ..kini Shilla seperti bukan dirumah sakit sepenuhnya,kini Shilla tepat diantara dua dunia yaitu dunia hitam yang terlihat seperti rumah sakit dan dunia putih yang terlihat seperti Surga.
“Ify , Via”Kaget Shilla karena didunia hitam ia melihat Ify dan Via menangis karena dirinya ,terasa sakit sekali jika Shilla melihat dunia hitam ,
“Waaww indah sekalii..”Decak kagum Shilla.Melihat didunia putih terdapat seekor kuda putih terbang seperti ada sang pangeran yang sangat tampan.
“Wahaii Peri Cintaku ,aku akan melaksanakan janjiku didunia”Ujar sang pangeran yaitu Alvin.Alvin mengulurkan tangannya mengajak Shilla untuk menaiki kuda itu bersama.Namun dorongan apa Shilla menerima uluran tangan Alvin dan menaiki kuda putih terbang menuju Singgasana.
>>>>
“SHHHHIILLAAA JANGAN TINGGALIN KITAAA”Teriak Via dan Ify histeris menangiiiisssssssssss …Tubuh Shilla hanya mengisaratkan senyuman yang berarti sudah tenang diSurga.
Terima Kasih Wahai Pemuja Cinta.
Kini kertepurukan telah menjadi indah.
Terasa damai dalam hati
Terasa tenang dalam Jiwa.
Takkan terjadi sebuah pertengkaran.
Takkan mengulangi sebuah kecerobohan.
Sungguh bersyukur pada Tuhan.
Kau menyimpan rahasia dibalik rahasia.
Karena ini lebih dari indah.
Tamat .
wwwaawwwwwwwwwwwww
Jam pasir itu sedikit demi sedikit pasirnya mulai menipis. Pertanda, sebentar lagi waktunya akan tiba. Aku akan meninggalkan semuanya. Semuanya. Termasuk.. dia.
^^
Blam!!
Kertas-kertas yang berada di meja belajar yang tak jauh dari pintu itu bertebaran di penjuru kamar. Lelaki berumur 16 tahun itu menelungkupkan wajahnya di bantal. Tak memperdulikan panggilan kekasihnya yang berteriak akan memberikan penjelasan atas perbuatannya tadi. Ia terlalu lelah dijejali penjelasan palsu.
“Kka! Buka pintunya, gue bisa jelasin!” Teriak gadis itu sambil menggedor pintu kamar lelaki itu.
“Kka! Cakka!! Arrgghh!!” Erang gadis itu. Setelah erangan itu, tak terdengar lagi suara teriakan. Yang terdengar langkah kasar yang bergegas meninggalkan pintu kamar itu. Lelaki itu menghela nafas lega.
^^
Lelaki itu asyik memantulkan bola basket ke kerasnya semen lapangan basket. Sesekali mengeshootnya ke ring dan hasilnya sama saja seperti tadi, bolanya selalu melesat. Ia sendiri tak tahu kenapa konsentrasinya buyar seperti ini.
“Main model apaan tuh,” kritik seseorang dibelakangnya. Lelaki itu menoleh ke belakang, lalu kembali mendrible bolanya. Mengeshootnya dan.. tetap saja tidak melewati ring. Gadis berkuncir kuda itu mengambil alih bola dari tangan lelaki itu. Ia mendrible bola berwarna oranye tersebut, memincingkan matanya dan..
‘hup’
Bola tersebut menembus ring dengan mulus. Lelaki itu menatap gadis itu kagum, sementara si gadis tersenyum puas.
“Makanya, main basket tuh jangan cuma dijadiin pelampiasan emosi,” ucap gadis itu. Ia duduk di bawah pohon akasia. Nafasnya naik turun.
“Siapa yang ngelampiasin emosi? Kurang konsentrasi, tau!” Tepis lelaki itu. Ia duduk di samping gadis itu. Lalu menatap wajah gadis yang tengah menatap lurus ke lapangan.
“Gue tau kok cara main lo, lo lagi marah, kesel, bahagia, seneng, gue bisa baca semua.” Ucap gadis itu.
“Cakka, lo?” Lelaki itu menyodorkan tangan kanannya. Gadis itu menepisnya, lalu tersenyum miring.
“Udah tau, gue Agni,”
Cakka terjaga dari tidurnya. Ia menatap jam yang ada di sebelah lampu tidurnya. Pukul 1 malam. Cakka menguap lebar-lebar. Ia bermimpi tentang pertemuan awalnya dengan Agni, sahabatnya. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Buru-buru diambilnya smartphone-nya dari saku celana, lalu mengetik sebuah nomor yang sudah dihapalnya di luar kepala.
Tut.. Tut.. Tut.. Tut..
“Hmm, ngapa Kka?” Tanya gadis diseberang sana. Cakka tersenyum sumringah lalu menghela nafas.
“Ke lapangan basket yok!” Ajak Cakka, terdengar gadis itu beranjak dari tempat tidurnya.
“Gila lo, broo! Jam 1 malem nih, engga ah. Lo aja maen sama kunti!” Jawabnya dengan suara parau. Cakka cekikikan sendiri.
“Lo kan biasa ngalong. Lagian ortu lo kan lagi di Singapure juga. Ayolah, Ag. Gue jemput ya, yaudah gue otw dulu,” Cakka tak mengubris lagi kata tidak setuju yang akan disemprotnya ke Cakka. Ia tersenyum kecil lalu mengambil kunci motornya di atas meja belajar.
^^
Agni dan Cakka duduk di bawah pohon akasia. Angin malam menusuk ke kulit, membuat Agni merapatkan jaket hitam yang dipakainya. Mereka berdua dilanda keheningan. Hanya terdengar desauan angin atau bunyi jangkrik.
“Ada masalah lagi ya sama Oik?” Tanya Agni tanpa memandang ke Cakka. Cakka hanya mengganguk lalu memajukan bibirnya.
“Gue capek kalo terus diduain,” Keluh Cakka. Ada senyum miris yang tercipta di bibir mungil Agni, “Tapi gue masih sayang banget, Ag, sama Oik. Gimana dong?”
“Oik sayang gak sama lo?” Tanya Agni, Cakka menggidikkan bahunya, lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia mengambil bola yang diletakkan Agni di tengah lapangan.
‘Duk! Duk! Duk!’
“Itu yang jadi masalahnya, Ag, gue merasa Oik mulai gak sayang lagi sama gue,”
Agni tak beranjak dari duduknya, ia memandang lurus ke depan. “Kalo gitu, lo harus nguji sayangnya Oik.”
“Nguji sayangnya Oik?” Tanya Cakka heran, Agni menggangguk polos.
“Yaaa, misalnya lo jangan mutusin dia dulu, terus lo pura-pura pacaran sama siapa gitu. Shilla kek, Sivia kek, terus liat apa reaksi Oik.” Saran Agni sambil memamerkan gigi putihnya. Cakka terdiam ditempat, lalu senyum cerahnya terpajang di wajahnya.
“Okedah! Ide lo keren banget! Emang gasalah gue punya sahabat kaya lo, Ag! Eh, eh, tapi.. yang jadi pacar boongan gue jangan kawan-kawan lo deh. Lo aja gimana?”
Agni menatap Cakka dengan tatapan ‘kenapa-harus-gue-sih-?’. Sementara Cakka cuma nyengir gaje.
“Gapapa dong, Ag. Ya ya ya? Plis! Plis!!!” Cakka menyatukan kedua tangannya, lalu memandang Agni penuh harap. Agni memutar otaknya, lalu menatap Cakka penuh penyesalan.
“Tiap hari es krim.” Ucap Agni datar. Cakka menggangguk mantap lalu jejingkrakan gak karuan.
“Yeay! Oke, Ag, gampang bisa diatur.” Ucap Cakka. Ia memeluk tubuh mungil Agni dengan semangat 45.
“Iya, iya, iya, udah dong mati kecekek baru tau nih gue,” Cakka nyengir, lalu mengacak rambut Agni pelan.
“Makasih ya,” Lirih Cakka, Agni menggangguk lalu tersenyum kecil.
“Noprob, Kka.”
“Pulang?”
Agni menggangguk.
^^
Inilah saat terakhirku melihat kamu jatuh air mataku,,menangis pilu,..
hanya mampu ucapkan.. selamat tinggal kasihh..
“Agni!! Kita cariin dimana, ternyata disini!” Tepukan di pundak Agni membuat Agni berhenti memainkan tangannya di gitar cokelat milik sekolah.
“Ini kan emang markas Agni kalau istirahat. Gak kekantin gapapa, asalkan bisa main gitar,” ucap Shilla sambil menaikkan alisnya. Agni tersenyum tipis.
“Eh ya, Ag. Denger-denger gossip, lo jadian sama Cakka ya?” Tanya Sivia, ia duduk di depan grand piano berwarna hitam yang terletak di atas panggung kecil setinggi 25 cm. Agni memainkan jarinya disenar gitarnya, lalu tersenyum.
“Kan cuma gossip.”
Shilla ikut-ikutan duduk di depan drum, “Sahabat jadi cinta nih, peje peje.”
“Apaan sih? Engga kok. Gue tuh pacar pura-puraan Cakka. Gue bantuin dia buat Oik jealous. Itu doang kok.” Jawab Agni. Kali ini Agni memainkan intro lagu Saat Terakhir milik ST12
“Emang kenapa lagi sih sama Oik? Hobby banget sama Cakka putus-nyambung.” Komen Shilla. Agni tersenyum miris.
Satu jam saja ku telah bisa...
Cintai kamu,.. dihatiku..
Namun bagiku lupakanmu butuh waktuku seumur hidup..
Suara lembut Agni membuat kedua sahabatnya ini terdiam. Ia memandang Agni yang sibuk dengan gitarnya.
“Ag, gimana perkembangan terakhir?” Tanya Sivia. Agni berhenti memetik gitarnya, lalu tersenyum kecil.
“Gak ada harapan, Vi. Kecil kemungkinan, katanya.” Jawab Agni, Shilla dan Sivia menatap Agni.
“Dan lo udah kasih tau dia?” Tanya Shilla, Agni menggeleng, “Kenapa?”
“Gue gak mau dia benci gue. Dan ngejauhin gue. Udah gausah dibahas. Ke kelas yuk, udah mau masuk.” Ajak Agni. Shilla dan Sivia beranjak dari tempatnya duduk, lalu mengekor Agni yang sudah terlebih dahulu keluar dari ruang musik.
^^
From: Cakka^^
Jalan, yuk?
—
To: Cakka^^
Gak bisa, sorry.
—
From: Cakka^^
Yah. Oke, next time, ya.
—
Agni menyimpan handphonenya di saku celana. Lalu menghempaskan tubuhnya di tempat tidurnya. Ia memejamkan matanya, mencoba mencari ketenangan.
--
“Menurut diagnosa terakhir, penyakitnya telah merambah ke ginjal yang sebelah kanan. Membuat harapan untuk sembuh semakin kecil.”
“Tapi masih bisa selamat kan, dok?”
“Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan putri ibu,”
--
Kata-kata itu terngiang di kepala Agni. Perlahan, butiran-butiran itu menyeruak keluar dari matanya. Pertahanannya jebol. Tak ada lagi harapan. Tak ada lagi harapan. Yang ada hanya pengharapan akan keajaiban. Agni menghapus air matanya kasar begitu mendengar suara deru motor di bawah. Agni mengintip melalui jendela kamarnya. Dilihatnya Cakka tengah membawa laju motornya ke arah lapangan basket yang tak jauh dari rumahnya. Agni tersenyum kecil.
Itulah keajaibanku untuk bertahan hidup. Hanya dialah yang bisa membuat hidupku lebih berarti sebelum aku merasakan kehidupan di dunia lain. Ya, dia, Cakka.
^^
Hujan. Lima huruf yang berbeda itu bisa membuat orang mengeluh kecewa. Terutama Shilla dan Sivia yang sepertinya ada janji dengan pangeran-pangerannya.
“Masa hujan sih? Gimana gue jalan sama Gabriel?” Keluh Shilla kesal. Sivia pun ikut-ikut mengeluh.
“Bisa batal gue jalan-jalan sama Apin nih. Aaah, hujan! Bete deh.”
Sementara kedua sahabatnya itu mengeluh, Agni lebih memilih diam dan memandang lurus kedepan. Memikirkan kata-kata Dokter tentang nasib umurnya dan keajaiban yang hampir tak akan ada.
“Ag, lo kok gak ngeluh sih? Emang lo ga jalan apa sama Cakka?” Tanya Shilla sambil menunjuk lelaki yang duduk dua baris dari mereka dengan dagu. Agni menggeleng kecil, lalu menatap jendela kelasnya yang basah karena hujan.
“Ah, gak asyik ya cara pacaran lo sama Cakka. Kayak gak ada perubahan status gitu. Masih aja kayak sahabatan,” Komen Sivia yang diilhami anggukan Shilla.
“Emang pacaran wajib pergi sama pasangan gitu? Basi menurut gue, lagian ini cuma sandiwara. Gue juga males keluar rumah.” Jawab Agni datar. Shilla dan Sivia berpandangan, lalu menaikkan bahunya.
‘Teng! Teng! Teng!’
Bunyi bel yang menurut anak-anak panggilan ‘dari surga’ itu membuat seluruh isi kelas XI IPA-2 berbondong-bondong meninggalkan kelas. Namun tidak untuk Agni, ia masih duduk di tempatnya. Dengan tatapan kosong ke depan.
“Agni,” sapa seseorang. Agni mendongak lalu melihat ‘keajaiban’ nya berdiri sambil menatapnya heran.
“Lo sakit? Kok pucet gitu? Mau gue anter pulang?” Tanya Cakka, si keajaiban Agni. Agni menghela nafas, lalu menggangguk. Cakka tersenyum, lalu menggandeng tangan Agni keluar kelas. Agni mendongak. Menahan agar air matanya tak terjatuh dari pelupuk matanya.
—
Mereka berdua berhenti tepat di depan sekolah. Cakka mengadahkan tangannya ke luar. Ia mengeluh seperti yang dilakukan kedua sahabat Agni, memarahi kedatangan hujan.
“Kenapa jadi pada marahin hujan sih?” Tanya Agni heran, Cakka menatap Agni, lalu mendengus lagi.
“Hujan selalu aja ganggu gue. Males tau kalo udah hujan.” Jawab Cakka, Agni menggeleng lemah.
“Hujan itu anugerah, karunia Tuhan. Patut disyukuri. Lo harusnya bersyukur, karena masih bisa menikmati karunia-Nya,” Ucap Agni.
‘Lo harusnya bersyukur karena masih di kasih kesempatan untuk bernafas lebih lama dibanding gue,’ Batin Agni. Cakka tersenyum.
“Bener kata lo, Ag! Okedeh, gue bakal berusaha mensyukuri nikmat Tuhan,” Ucap Cakka semangat.
‘Tuhan, izinkan aku membahagiakannya. Sekali saja. Aku menyayanginya. Sangat menyayanginya,’ Batin Agni perih.
^^
Sivia memandang semangat ke kertas yang dipegang Shilla. Ia sudah bercuap-cuap mengenai lagu yang harus dibawakan Agni nanti. Sementara Agni hanya tersenyum atau menggangguk kecil mendengar judul-judul lagu yang disarankan oleh Sivia. Pikirannya justru memusat pada satu kenyataan: Apakah ia masih diberi umur sampai 2 bulan lagi?
Melihat Agni yang menggubrisnya dengan datar, Sivia terdiam. Shilla pun ikut berhenti tertawa. Mereka menatap Agni khawatir.
“Ag, lo kenapa?” Tanya Shilla. Agni menggeleng.
“Apa Tuhan masih mau berbaik hati, Shill, Vi? Apa Tuhan masih mau memberikan sedikit kemurahan-Nya untuk gue?” Tanya Agni, Shilla dan Sivia berpandangan.
“Maksud lo, Ag?”
Agni tersenyum getir, “Apa Tuhan masih ngizinin gue untuk tetap bernafas di hari Pentas Seni nanti?”
Shilla dan Sivia terdiam. Kata-kata Agni tadi sangat amat menusuk. Pertanyaan itu, pertanyaan paling putus asa yang pernah mereka dengar dari mulut Agni. Perlahan, mata mereka mulai berair. Mereka kompak memeluk Agni yang masih diam tak bergeming. Senyumnya hanya mengembang begitu Shilla dan Sivia memeluknya.
“Tuhan akan selalu memberi keajaiban untuk umat-Nya yang tak pernah putus asa seperti lo, Ag.” Ucap Sivia, Shilla menggangguk.
“Keajaiban itu pasti ada, Ag,”
Agni menggangguk pelan. Keajaiban itu memang ada. Keajaiban itu sebentar lagi pergi dan membiarkan Agni menunggu waktu yang tepat itu sendirian.
^^
Cakka hendak mengeluarkan motornya dari garasi sebelum telefon rumahnya berdering. Cakka mengangkat gagang telefon rumahnya, lalu berusaha sehalus mungkin.
“Halo, dengan kediaman Nuraga disini. Oh, iya bun, ada apa? Oh. Apa? Tu,, tunangan bun? Sama Oik? Serius, bun?!! Kapan? Oh. Iya deh, bye bunda. Smlekum,”
Cakka meletakkan lagi gagang telefon di tempatnya. Ia melompat-lompat girang. Ia harus memberi tahu ini pada Agni. Ya, harus. Cakka berlari kecil ke garasi lalu menstarter motornya.
^^
Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi..Hanya untuk bersamanya ..
ku mencintainya ,.. sungguh mencintainyaa..
‘Drrrtt.. Drrrtt..’
Agni menghentikan aktivitasnya bermain gitar. Lalu mengambil handphonenya yang ia letakkan di atas meja belajar.
1 new messages.
Agni membuka pesan tersebut.
From: Cakka^^
Gue dibawah, kebawah cpt.
—
To: Cakka^^
Engga ah, mau ngapain?
Ini mau hujan. Mendung.
—
From: Cakka^^
Ada yg mau gue omongin.
Gpp dong.
—
Agni mengalah. Ia mengantongi handphonenya, lalu berlari kecil ke bawah.
“Mau ngomong apa sih?” Tanya Agni to the point, Cakka menepuk-nepuk jok motor belakangnya.
“Naik, deh. Kita ke labas sekarang.” Ajak Cakka, tanpa babibu, Agni naik ke atas motornya, lalu melingkarkan tangannya pada pinggang Cakka.
^^
“Tunangan? Kok,, kok,, kok,, bisa?” Tanya Agni, Cakka tersenyum kecil. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut Agni yang tak dikuncir.
“Sebenernya udah lama. Gue waktu itu setuju, terus Oik bilang dia masih mau mikir-mikir. Dan kemaren, dia nerima tawaran itu. Happy banget gue Ag, huwa huwa..” Cakka melompat-lompat kecil di tempatnya duduk. Agni tersenyum. Berusaha menyembunyikan air matanya,
“Baru 1 minggu kita pura pura jadian aja, udah cemburu ya, dia. Artinya.. Dia sayang banget sama lo,” Ucap Agni bergetar. Cakka yang mendengar suara Agni yang bergetar perlahan menatap Agni. Tapi Agni menampakkan wajah santainya. Membuat Cakka kembali menatap lurus ke depan.
“Akhirnya, ya, Ag. Gue lega banget.”
“Artinya hari ini kita gak sandiwara lagi, kan?” Tanya Agni. Cakka menggangguk santai.
“Yup! Tapi kita tetep sahabat selamanya kan?” Cakka menyodorkan kelingkingnya pada Agni. Agni berusaha menahan air matanya, ia tersenyum lalu mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Cakka.
“Kapan acara pertunangan lo?” Tanya Agni, Cakka memutar-mutar matanya.
“Kata bunda tadi sih, 22 Juni nanti.”
“Pas pensi, ya?” Ada rasa kecewa di hati Agni. Itu berarti, Cakka tak akan melihat ‘penampilan terakhir’ nya nanti?
“Iya. Kayaknya terpaksa gue gak ikut pensi nih. Lo pasti datang kan, Ag?”
Kata-kata ‘pasti’ itu membuat dada Agni sesak. Pasti? Pasti Kka? Lo gak tau gimana perihnya hati gue denger berita ini? Dan lo bilang gue pasti dateng? Agni hanya memamerkan seulas senyum kecil pada Cakka. Cakka menghela nafas lega.
“Syukurlah, makasih ya, Ag,” Cakka memeluk Agni. Agni membalas dekapan hangat itu. Mungkin dekapan terakhir. Mungkin setelah ini, tak akan ada lagi dekapan ini. Mungkin. Hanya mungkin.
Agni dan Cakka melepas pelukan mereka. Lalu duduk tanpa bersuara. Menikmati titik-titik hujan yang satu persatu mulai membasahi mereka.
^^
Dan mulai hari itu, hubungan Agni dan Cakka agak merenggang. Bahkan menjauh. Setelah Oik dan Cakka berbaikan, tak ada sedikitpun celah untuk Agni. Cakka pun sepertinya tidak masalah tanpa kehadiran Agni. Mungkin menurut Cakka, Agni hanyalah seorang ‘teman’ yang bermetamorfosis menjadi seorang ‘sahabat sejati’. Agni sendiri sudah merasa puas. Dan akhirnya, Agni pun menyibukkan dirinya dengan belajar menghadapi ujian kenaikan kelas dan berlatih untuk Pentas Seni nanti. Sedikit melupakan masalahnya, dan penyakitnya.
^^
“Agni, hari ini kita ke rumah sakit ya, kita liat barangkali ada yang berbaik hati mendonorkan ginjalnya ke kamu.”
Agni yang tengah sibuk dengan buku IPA nya menggeleng dan membenarkan letak kacamata tipis yang selalu dipakainya ketika membaca, belajar, atau berhadapan dengan komputer.
“Buat apa?” Tanya Agni.
“Buat kesembuhan kamu, sayang.”
“Gaperlu, mah. Agni udah siap kok. Agni gak mau ngabisin waktu terakhir Agni untuk berhadapan dengan alat-alat kimia. Agni mau ngabisinnya dengan hal-hal yang menurut Agni bermanfaat.” Jawab Agni. Mamanya menunduk. Ia tak kuasa membendung air matanya.
“Agni, mama sayang kamu sayang. Sekarang kita kerumah sakit ya, sayang.” Pinta mamanya, Agni berjalan menuju mamanya yang terduduk lesu di samping tempat tidurnya.
“Mama.. Agni gak mau. Agni mau ngabisin sisa hidup Agni untuk membahagiakan orang-orang yang Agni sayang. Walaupun Tuhan cuma ngasih Agni waktu Satu Jam.”
Mama Agni merengkuh tubuh Agni. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan Agni. Agni hanya meneteskan air matanya. Ia terlalu lelah menangis. Toh, memangnya dengan menangis akan menyembuhkan ginjalnya?
^^
Cakka memandang frame foto berwarna hijau yang ada di meja belajarnya. Foto seorang gadis dan seorang lelaki yang tengah tersenyum ceria disana. Tak ada tanda-tanda kesedihan di foto itu. Rasa rindu perlahan menyeruak di dalam hatinya. Ia sangat merindukan sosok di poto itu. Amat sangat rindu. Gadis yang dahulu pernah membuatnya jatuh cinta setengah mati. Sampai sang gadis bilang, bahwa ia tengah mengagumi seseorang. Ia mencoba melupakan cintanya untuk sang gadis, sampai-sampai, ia menerima cinta gadis tercantik disekolah, Oik. Ya, gadis di dalam foto itu Agni. Bersama dirinya.
Dua minggu lagi pertunangan antara Cakka dan Oik dilangsungkan. Tapi entah kenapa, Cakka tak merasa senang dengan segala sesuatu yang sudah siap itu. Ia merasa sebagian relung jiwanya kosong.
Cakka mengambil smartphone nya di saku celananya. Ia mengetikkan beberapa nomor, lalu menunggu sambungan telepon.
“Halo, Kka?” Suara itu membuat seluruh isi hati Cakka bergemuruh. Cakka ingin memeluk gadis itu lagi. Sekali lagi. Tapi tak mungkin. Oik pasti akan memakannya hidup-hidup.
“Apa kabar?” Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Cakka. Sudah hampir 1 setengah bulan mereka tidak berkomunikasi atau sekedar say hello di sekolah. Cakka terlalu sibuk dengan Oik.
“Aku baik, kamu?” Tanya Agni. Hey, sejak kapan Agni mengganti kata sapaannya menjadi ‘aku-kamu’ seperti ini? Apa sudah terlalu lama kami tidak kontakan?
“Baik. Mungkin baik,”
Cakka mendengar suara tawa kecil Agni, “Oh ya, Kka. Kayaknya, tanggal 22 aku gak bisa deh ke pesta pertunanganmu,”
“Yah, kok gitu?” Tanya Cakka. Ada rasa kecewa Cakka rasakan.
“Sorry. Aku tampil di pensi. Penampilan terakhir.”
“Oh. Yaudah. Kalau sempet, aku pasti kesana, ya.”
“Iya, yaudah ya, Kka. Aku mau latihan dulu. Bye.”
Sambungan telepon di matikan. Cakka meletakkan smartphone nya di atas meja belajar. Lalu menjambak rambutnya erat-erat. Kenapa ia merasa kehilangan Agni? Kenapa?
^^
“Kamu yakin mau tampil, Ag?” Tanya Mama Agni ketika Agni tengah sibuk membenarkan posisi dress nya.
“Yakin, ma. Mama doain yang terbaik buat Agni ya, ma. Nanti mama dateng ya, jam 8 malem Agni tampil. Ma..” Agni menatap mamanya yang berlinang air mata, “Maafin Agni ya, mah. Selama ini, Agni selalu buat mama kecewa. Agni gak pernah jadi anak yang baik, selalu buat mama nangis. Selalu buat mama marah. Tapi, Agni sangat menyayangi mama. Agni gak tega ninggalin mama. Agni.. Agni sayang mama, Agni sayang papa.”
“Agni, kamu ngomong apasih? Mama gak mau denger kamu ngomong begini, ngerti?” Bentak mamanya pada Agni. Agni tersenyum.
“Ngomong tentang fakta. Tentang kenyataan hidup. Tentang waktu yang sebentar lagi habis. Waktu Agni gak banyak, Agni pergi dulu ya, Ma. Jaga diri mama baik-baik,” Agni menghadiahi satu kecupan di pipi mamanya. Membuat dada seorang ibu sesak. Apalagi Agni sama sekali tak memiliki tampang bersedih. Ia tersenyum tenang.
“Pah!” Panggil Agni pada papanya yang tengah membaca koran.
“Eh, udah cantik anak papa. Kenapa sayang?” Tanya Papanya. Agni tersenyum. Ia memeluk tubuh ayahnya, lalu berbisik.
“Papa, jagain mama ya. Jangan biarin mama nangisin Agni terus. Agni sayang papa. Agni pergi dulu ya, pa.” Agni menghadiahi papanya sebuah kecupan di pipi kanan. Sementara papanya hanya tersenyum.
“Rayyyy!!!” Teriak Agni begitu melihat kembarannya itu tengah memanasi mobil. Ray berdecak, lalu menatap Agni dari atas ke bawah.
“Oh, mak lampir udah cantik toh,”
Agni mencibir, “Buruan deh, Ray. Lo kan ngisi acara juga.”
“Iya, iya. Bawel idup lo.” Agni duduk di jok penumpang. Ray menyalakan mesin mobil, lalu mulai melesat di padatnya jalanan.
“Eh, Ray.” Panggil Agni,
“Hmm?”
“Gue minta maaf ya selama ini kalo gue punya salah sama lo. Gue jahat sama lo. Gue manggil lo Jamur Kuping, abis rambut kok kayak jamur. Tapi sebenernya, gue sayang kok sama lo. Lo saudara gue yang paling the best! Jagain papa sama mama ya. Jangan biarin mereka kecewa sama lo, seperti mereka kecewa sama gue.”
Ray menatap Agni yang tengah berkaca-kaca. Ray pun ikut berkaca-kaca. Rasanya, tak tega ia melihat saudaranya itu menangis.
“Agni. Jangan ngomong gitu. Gak ada yang tahu batas umur manusia. Gue gak mau lo ninggalin gue! Gue sayang lo. Walaupun lo kadang nyebelin, ngebetein, jelek, dsb lah. Tapi gue sayang lo. Karena lo adalah separuh jiwa gue, Ag.”
Agni merasa bulir-bulir hangat itu telah membasahi pipinya. Ia menyekanya pelan, lalu tersenyum.
“Ray, lo mau ngabulin permintaan gue, gak?” Tanya Agni, Ray menatap Agni dengan tatapan: ‘apaan-permintaan-lo-?’
“Gue mau, orang terakhir yang gue liat sebelum gue tidur dengan tenang itu Cakka. Karena dia, gue bisa semangat hidup, semangat buat ngelanjutin hidup gue yang ngga ada artinya ini. Plis..”
“Iya, mudah mudahan gue kabulin, ya, Ag.”
Agni menggangguk lalu tersenyum tenang.
^^
Cakka memandang jam yang ada di pergelangan tangannya dengan gelisah. Sudah 1 jam setelah ia dan Oik resmi bertunangan. Tapi, entah kenapa ia risau sendiri. Para tamu satu persatu berpamitan pulang. Sementara Cakka, ia sibuk mondar-mandir di kamarnya sambil terus menatap frame di atas meja belajar.
‘Drrrtt.. Drrrtt..’
From: Agni ^^
Ini gue Ray.
Agni bntr lagi mau tampil.
Lo mau ninggalin penampilan terakhir dia?
Gue udh siapin tempat khusus buat lo.
Buruan kesini.
—
To: Agni ^^
Penampilan terakhir?
Maksud lo?
Oke, gue ksn skrg.
—
Tanpa babibu, Cakka menyambar kunci motor yang ada di meja belajarnya. Jas hitam dipadukan dengan kemeja merah maroon belum terlepas dari badan Cakka.
“Kka, mau kemana?” Tanya Oik begitu Cakka berjalan melewatinya.
“Ke sekolah. Bentar aja kok.”
Oik menggangguk. Cakka tersenyum, ia berlari menuju garasi dengan sejuta pertanyaan bergelayut di dalam hatinya.
^^
“Hadirin sekalian, kita sambut penampilan istimewa kita. Agni Tri Nubuwati dari kelas XI IPA-1!”
Tepuk tangan membahana begitu sang pembawa acara menyebut nama Agni. Agni, dengan dress hitam yang dipadukan dengan bando berwarna putih di atas kepalanya duduk di kursi yang telah disediakan. Ia menggendong sebuah gitar. Senyum manisnya terpancar di wajah pucatnya.
“Selamat malam, semua. Lagu ini Agni persembahin buat semua orang yang selama hidup Agni selalu membuat Agni bahagia. Selalu mewarnai hari-hari Agni yang suram karena penyakit mematikan. Gagal Ginjal.”
Orang-orang disana tak percaya mendengarnya. Terlebih seorang lelaki yang sudah hadir sejak beberapa menit yang lalu. Ia menatap ke arah Ray yang tengah duduk santai.
“Baru tau lo sahabat lo itu mengidap penyakit separah itu? Kemana aja, mas?”
Lelaki itu menelan ludah. Ia kembali menatap ke Agni.
“Pertama, Agni ucapin makasih untuk kedua orang tua Agni, Papa dan Mama. Maaf ya, mah, pah, selama ini Agni pasti selalu buat kecewa ya? Hehe. Yang kedua, untuk saudara kembar sial gue, hehe Muhammad Raynald Prasetya, Ray. Walau lo kadang ngebetein, nyebelin, minta dilempar panci, dsb, tapi lo tetep saudara gue yang the best. I love you, bro! Yang ketiga.. 2 sahabat gue yang cantik-cantik.. Ashilla Zahrantiara dan Sivia Azizah. Yang hari ini bawa pasangan masing-masing. Shilla sama Gabriel, dan Sivia sama Alvin. Gue ngucapin makasih banyak buat kalian. Karena kalianlah yang ngajarin gue arti sahabat, arti berbagi, gue sayang kalian berdua!”
Agni menghela nafas, tak sengaja, matanya bertemu dengan lelaki yang tengah menatapnya dengan sejuta pertanyaan. Agni mengembangkan senyumnya lebar.
“Dan yang terspecial.. Sangat special. Terima kasih buat si kalong lapangan basket. Hehe maksud gue Cakka Kawekas Nuraga. Best Friend gue selamanya. BFF gue. Dia yang ngajarin gue apa itu artinya cinta, artinya berkorban, artinya ikhlas, dan apa rasanya patah hati. Semua deh. Lengkap dia kayak martabak. Special pokoknya. Lagu ini, gue nyanyiin. Just for you, Cakka.”
Intro lagu Cinta Terlarang ~ The Virgin memanjakan telinga para penonton malam itu. Agni memejamkan matanya, lalu tersenyum.
Mengapa cinta ini terlarang..
Saat ku yakini kaulah milikku ..
mengapa cinta kita bisa menyatu..
saat ku yakin tak ada cinta selain dirimu..
Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi hanya untuk bersamanya..
ku mencintainya,,sungguh mencintai nya,,.
Rasa ini sungguh ta
saat k
^^
Semua bermunajat memanjatkan doa untuk keajaiban. Kejaiban demi gadis yang berjuang antara hidup dan mati. Lelaki itu memejamkan matanya, seluruh kenangannya bersama gadis itu berputar dikepalanya.
Pintu ruang UGD terbuka. Dokter berkacamata tipis itu menatap kedelapan orang yang tengah menunggu kabar darinya. Orang tua dari Agni lansung berdiri. Ia menatap orang tuanya dengan lesu.
“Sepertinya ia sudah mengetahui. Sudah saatnya.” Ucap dokter itu lemah.
“Sebaiknya, anda berdua mengunjungi Agni terlebih dahulu,”
Mama dan Papa Cakka memasuki ruang UGD. Entah apa yang diucapkan Agni, ketika keluar dari sana, Mama Agni menangis histeris dan tak sadarkan diri. Setelah Orang tua Agni, giliran Sivia dan Alvin yang masuk. Sama halnya dengan Mama Agni, Sivia menangis histeris. Memecahkan keheningan koridor rumah sakit pukul 11 malam. Shilla demikian, begitu keluar dari sana, ia menangis tersedu. Tak histeris seperti Sivia. Sepertinya Gabriel lebih mudah menenangkan Shilla. Tinggal Cakka dan Ray. Ray yang masuk terlebih dahulu. 1 jam sebelum jam 12, Ray keluar. Ia menyuruh Cakka untuk masuk ke dalam.
Dengan langkah gontai, Cakka memasuki ruang bercat putih dengan bau khas rumah sakit yang menusuk hidung. Cakka menatap gadis yang terbaring lemas dengan beberapa selang di tubuhnya.
“Kka..” Panggil Agni. Cakka merasakan seluruh tubuhnya panas dingin.
“Ya, Ag..” Jawab Cakka.
“Sini.. Duduk sini,” suruh Agni. Cakka duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Agni.
“Kka, aku mau duduk,” Pinta Agni. Cakka menggeleng.
“Kamu masih lemah.”
“Gamau. Aku mau duduk, Cakka..” Cakka mengalah. Ia menuntun Agni untuk duduk di tempat tidurnya. Agni menghela nafas. Wajahnya yang ceria hari itu terlihat sangat pucat.
“Sebelumnya.. Aku minta maaf. Maaf. Aku gak ngasih tau kamu tentang penyakitku. Aku gak mau kamu benci aku karena penyakitku,” Lirih Agni. Bulir-bulir itu membasahi pipi Agni. Cakka beranjak dari tempatnya duduk, lalu menghapus air mata itu.
“Gak akan aku benci kamu karena penyakitmu. Aku menyayangimu, Ag. Jauh sebelum aku mengenal Oik. Maaf. Maaf karena aku gak jujur sama perasaanku. Aku takut kamu marah. Apalagi kamu bilang, kamu lagi kagum sama seseorang.” Aku Cakka. Agni menampakkan senyum manisnya. Ia meraih tangan Cakka, lalu dielusnya tangan gembul itu.
“Aku menyayangimu, jauh sebelum kamu mengenalku. Aku menyayangimu. Kamu tau? Aku selalu ngeliatin kamu kalo kamu lagi main basket. Gayamu yang cool dan seksi haha makanya aku suka kamu,” Cakka tersenyum manis.
“Aku suka gayamu yang sok dewasa tapi childish.” Ucap Cakka, Agni tersenyum kecil. Ada jeda di obrolan mereka. Agni menatap jam yang ada di pergelangan tangan Cakka. Pukul 11.30.
“Kka, peluk aku. Plis...” Pinta Agni. Cakka tanpa babibu lansung memeluk tubuh mungil itu. Agni merasakan sejuta perasaan damai memenuhi syaraf di tubuhnya. Agni mulai merasakan tubuhnya meringan. Ia mengeratkan pelukannya pada Cakka. Cakka terus mengeratkan pelukan itu pada Agni. Agni tersenyum damai. Ia menikmati pelukan terakhirnya bersama Cakka.
“Kka..” Lirih Agni.
“Yah?”
“Jagain Oik. Cintai dia.. Seperti kamu mencintaiku. Aku sayang kamu. Sangat.”
“Jangan tinggalin aku, Ag. Aku yakin kamu pasti selamat! Kamu pasti bertahan!.”
“Kka, nyanyi satu bait aja untuk aku. Plis.”
Cakka mendekatkan bibirnya ke telinga Agni, “Kembalilah. Kembali padaku, hanya itu yang membuat aku tenang. Kembalilah, kembali padaku. Aku takkan pernah bisa, hidup.. tanpa Agni.”
Arah jarum jam mulai mendekati angka 10. Agni dapat merasakan jantungnya mulai berdegup pelan. Tak secepat biasanya. Cakka makin mengeratkan pelukannya. Detik demi detik bergulir. Agni mulai merasa semuanya akan berakhir beberapa menit lagi. Ia mulai mendekati telinga Cakka.
“Cakka.. Aku cinta kamu. Sangat.. Men.. Cin.. Tai.. Mu..” Bisik Agni tepat ditelinga Cakka. Cakka mengeratkan pelukannya.
“Aku juga sangat mencintaimu.”
Tek!
Jarum jam panjang telah berhenti di angka 12. Perlahan, tubuh Agni semakin lemas. Cakka dapat merasakannya. Detak jantung Agni tak ia rasakan lagi. Deru nafas Agni pun tak terdengar lagi. Bunyi ‘tiiiiitt’ panjang mengakhiri semuanya. Perlahan, Cakka meletakkan tubuh itu di ranjangnya. Seulas senyum terukir di wajah Agni. Agni pergi dengan tenang. Cakka mengelus rambut Agni untuk yang terakhir kali. Dipasatinya wajah manis itu. Yang tak akan bisa di pandanginya lagi.
“Selamat jalan, Agni. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu.”
Cup. Cakka mencium pipi Agni yang dingin itu. Cakka menggenggam erat jemari Agni. Agni memang telah pergi. Tapi jauh di dasar hatinya, Agni masih hidup.
Cakka keluar dari ruang UGD tersebut. Semua mata memandangnya. Mereka dengar bunyi pendeteksi jantung yang menandakan nafas Agni terhenti. Mereka tersenyum karena melihat Cakka tak menangis. Yang ditemukan mereka hanya seulas senyum.
“Agni telah pergi,”
^^
26 June 2011..
3 hari setelah kematian manisku. Semua menerima kepergiannya dengan lapang dada. Walau ku tahu, semua pasti bersedih karena kematian peri baik hati. Agni Tri Nubuwati.
Hari ini genap ia berusia 17 tahun. Usia remaja yang sudah menuju dewasa. Aku memanjatkan doa untukmu hari ini. Dan seusai ini, kami akan merayakan ulang tahunmu. Aku yakin, kamu pasti masih diantara kami. Aku tunggu di pesta ulangtahunmu. Jam 7 malam nanti.
Happy Birthday Agni. Aku selalu mencintaimu.
- With Love -
Cakka Nuraga
Cakka meletakkan bunga mawar putih di atas gundukan tanah merah itu. Ia mengelus nisan bertuliskan nama gadis yang selalu mengisi relung hatinya. Ia sudah tenang disana. Dan Cakka yakin. Suatu saat nanti, mereka akan dipertemukan kembali. Di dunia yang lain.
^^
Maaf, kutelah menyakitimu.
Kutelah kecewakanmu.
Bahkan, kusia-siakan hidupmu.
Dan kubawa kau seperti diriku.
Walau, memang ini yang terbaik.
Untuk diriku dan dirinya.
Tapi kulakukan semua demi cinta.
Akhirnya juga harus kurelakan.
Kehilangan cinta sejatiku.
Segalanya tlah kuberikan.
Juga semua kekuranganku.
Jika, hanya ini yang terbaik.
Untuk diriku dan dirinya.
Kan kuterima semua demi cinta.
Jujur, aku tak kuasa.
Saat terakhir ku genggam tanganmu.
Namun yang pasti terjadi.
Kita mungkin kan bersama lagi.
Bila nanti esok hari.
Kutemukan dirimu bahagia.
Izinkan aku titipkan.
Kisah cinta kita, selamanya..
Tepuk tangan mengakhiri penampilan Cakka malam itu. Cakka tersenyum sambil membungkukkan badannya. Begitu ia menghadap ke kanan, dari tangga, ia melihat gadis manis berambut sebahu lebih, dengan pakaian serba putih. Senyumnya manis. Ia seperti membentuk sebuah kata dari tangannya. Cakka mengerti maksudnya. Cakka tersenyum lalu mengucapkan kata “love your forever too” tanpa suara. Agni tersenyum, lalu menghilang ketika Cakka menatap ke arah kawan-kawannya.
Aku menunggumu. Menunggu kau hadir kembali di sisiku. Dan menggenggam tanganku erat.
- Agni -
Tunggulah aku. Aku akan menjagamu kelak. Di dunia yang lain. Dunia yang kekal abadi.
- Cakka -
# The End #
^^
Blam!!
Kertas-kertas yang berada di meja belajar yang tak jauh dari pintu itu bertebaran di penjuru kamar. Lelaki berumur 16 tahun itu menelungkupkan wajahnya di bantal. Tak memperdulikan panggilan kekasihnya yang berteriak akan memberikan penjelasan atas perbuatannya tadi. Ia terlalu lelah dijejali penjelasan palsu.
“Kka! Buka pintunya, gue bisa jelasin!” Teriak gadis itu sambil menggedor pintu kamar lelaki itu.
“Kka! Cakka!! Arrgghh!!” Erang gadis itu. Setelah erangan itu, tak terdengar lagi suara teriakan. Yang terdengar langkah kasar yang bergegas meninggalkan pintu kamar itu. Lelaki itu menghela nafas lega.
^^
Lelaki itu asyik memantulkan bola basket ke kerasnya semen lapangan basket. Sesekali mengeshootnya ke ring dan hasilnya sama saja seperti tadi, bolanya selalu melesat. Ia sendiri tak tahu kenapa konsentrasinya buyar seperti ini.
“Main model apaan tuh,” kritik seseorang dibelakangnya. Lelaki itu menoleh ke belakang, lalu kembali mendrible bolanya. Mengeshootnya dan.. tetap saja tidak melewati ring. Gadis berkuncir kuda itu mengambil alih bola dari tangan lelaki itu. Ia mendrible bola berwarna oranye tersebut, memincingkan matanya dan..
‘hup’
Bola tersebut menembus ring dengan mulus. Lelaki itu menatap gadis itu kagum, sementara si gadis tersenyum puas.
“Makanya, main basket tuh jangan cuma dijadiin pelampiasan emosi,” ucap gadis itu. Ia duduk di bawah pohon akasia. Nafasnya naik turun.
“Siapa yang ngelampiasin emosi? Kurang konsentrasi, tau!” Tepis lelaki itu. Ia duduk di samping gadis itu. Lalu menatap wajah gadis yang tengah menatap lurus ke lapangan.
“Gue tau kok cara main lo, lo lagi marah, kesel, bahagia, seneng, gue bisa baca semua.” Ucap gadis itu.
“Cakka, lo?” Lelaki itu menyodorkan tangan kanannya. Gadis itu menepisnya, lalu tersenyum miring.
“Udah tau, gue Agni,”
Cakka terjaga dari tidurnya. Ia menatap jam yang ada di sebelah lampu tidurnya. Pukul 1 malam. Cakka menguap lebar-lebar. Ia bermimpi tentang pertemuan awalnya dengan Agni, sahabatnya. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Buru-buru diambilnya smartphone-nya dari saku celana, lalu mengetik sebuah nomor yang sudah dihapalnya di luar kepala.
Tut.. Tut.. Tut.. Tut..
“Hmm, ngapa Kka?” Tanya gadis diseberang sana. Cakka tersenyum sumringah lalu menghela nafas.
“Ke lapangan basket yok!” Ajak Cakka, terdengar gadis itu beranjak dari tempat tidurnya.
“Gila lo, broo! Jam 1 malem nih, engga ah. Lo aja maen sama kunti!” Jawabnya dengan suara parau. Cakka cekikikan sendiri.
“Lo kan biasa ngalong. Lagian ortu lo kan lagi di Singapure juga. Ayolah, Ag. Gue jemput ya, yaudah gue otw dulu,” Cakka tak mengubris lagi kata tidak setuju yang akan disemprotnya ke Cakka. Ia tersenyum kecil lalu mengambil kunci motornya di atas meja belajar.
^^
Agni dan Cakka duduk di bawah pohon akasia. Angin malam menusuk ke kulit, membuat Agni merapatkan jaket hitam yang dipakainya. Mereka berdua dilanda keheningan. Hanya terdengar desauan angin atau bunyi jangkrik.
“Ada masalah lagi ya sama Oik?” Tanya Agni tanpa memandang ke Cakka. Cakka hanya mengganguk lalu memajukan bibirnya.
“Gue capek kalo terus diduain,” Keluh Cakka. Ada senyum miris yang tercipta di bibir mungil Agni, “Tapi gue masih sayang banget, Ag, sama Oik. Gimana dong?”
“Oik sayang gak sama lo?” Tanya Agni, Cakka menggidikkan bahunya, lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia mengambil bola yang diletakkan Agni di tengah lapangan.
‘Duk! Duk! Duk!’
“Itu yang jadi masalahnya, Ag, gue merasa Oik mulai gak sayang lagi sama gue,”
Agni tak beranjak dari duduknya, ia memandang lurus ke depan. “Kalo gitu, lo harus nguji sayangnya Oik.”
“Nguji sayangnya Oik?” Tanya Cakka heran, Agni menggangguk polos.
“Yaaa, misalnya lo jangan mutusin dia dulu, terus lo pura-pura pacaran sama siapa gitu. Shilla kek, Sivia kek, terus liat apa reaksi Oik.” Saran Agni sambil memamerkan gigi putihnya. Cakka terdiam ditempat, lalu senyum cerahnya terpajang di wajahnya.
“Okedah! Ide lo keren banget! Emang gasalah gue punya sahabat kaya lo, Ag! Eh, eh, tapi.. yang jadi pacar boongan gue jangan kawan-kawan lo deh. Lo aja gimana?”
Agni menatap Cakka dengan tatapan ‘kenapa-harus-gue-sih-?’. Sementara Cakka cuma nyengir gaje.
“Gapapa dong, Ag. Ya ya ya? Plis! Plis!!!” Cakka menyatukan kedua tangannya, lalu memandang Agni penuh harap. Agni memutar otaknya, lalu menatap Cakka penuh penyesalan.
“Tiap hari es krim.” Ucap Agni datar. Cakka menggangguk mantap lalu jejingkrakan gak karuan.
“Yeay! Oke, Ag, gampang bisa diatur.” Ucap Cakka. Ia memeluk tubuh mungil Agni dengan semangat 45.
“Iya, iya, iya, udah dong mati kecekek baru tau nih gue,” Cakka nyengir, lalu mengacak rambut Agni pelan.
“Makasih ya,” Lirih Cakka, Agni menggangguk lalu tersenyum kecil.
“Noprob, Kka.”
“Pulang?”
Agni menggangguk.
^^
Inilah saat terakhirku melihat kamu jatuh air mataku,,menangis pilu,..
hanya mampu ucapkan.. selamat tinggal kasihh..
“Agni!! Kita cariin dimana, ternyata disini!” Tepukan di pundak Agni membuat Agni berhenti memainkan tangannya di gitar cokelat milik sekolah.
“Ini kan emang markas Agni kalau istirahat. Gak kekantin gapapa, asalkan bisa main gitar,” ucap Shilla sambil menaikkan alisnya. Agni tersenyum tipis.
“Eh ya, Ag. Denger-denger gossip, lo jadian sama Cakka ya?” Tanya Sivia, ia duduk di depan grand piano berwarna hitam yang terletak di atas panggung kecil setinggi 25 cm. Agni memainkan jarinya disenar gitarnya, lalu tersenyum.
“Kan cuma gossip.”
Shilla ikut-ikutan duduk di depan drum, “Sahabat jadi cinta nih, peje peje.”
“Apaan sih? Engga kok. Gue tuh pacar pura-puraan Cakka. Gue bantuin dia buat Oik jealous. Itu doang kok.” Jawab Agni. Kali ini Agni memainkan intro lagu Saat Terakhir milik ST12
“Emang kenapa lagi sih sama Oik? Hobby banget sama Cakka putus-nyambung.” Komen Shilla. Agni tersenyum miris.
Satu jam saja ku telah bisa...
Cintai kamu,.. dihatiku..
Namun bagiku lupakanmu butuh waktuku seumur hidup..
Suara lembut Agni membuat kedua sahabatnya ini terdiam. Ia memandang Agni yang sibuk dengan gitarnya.
“Ag, gimana perkembangan terakhir?” Tanya Sivia. Agni berhenti memetik gitarnya, lalu tersenyum kecil.
“Gak ada harapan, Vi. Kecil kemungkinan, katanya.” Jawab Agni, Shilla dan Sivia menatap Agni.
“Dan lo udah kasih tau dia?” Tanya Shilla, Agni menggeleng, “Kenapa?”
“Gue gak mau dia benci gue. Dan ngejauhin gue. Udah gausah dibahas. Ke kelas yuk, udah mau masuk.” Ajak Agni. Shilla dan Sivia beranjak dari tempatnya duduk, lalu mengekor Agni yang sudah terlebih dahulu keluar dari ruang musik.
^^
From: Cakka^^
Jalan, yuk?
—
To: Cakka^^
Gak bisa, sorry.
—
From: Cakka^^
Yah. Oke, next time, ya.
—
Agni menyimpan handphonenya di saku celana. Lalu menghempaskan tubuhnya di tempat tidurnya. Ia memejamkan matanya, mencoba mencari ketenangan.
--
“Menurut diagnosa terakhir, penyakitnya telah merambah ke ginjal yang sebelah kanan. Membuat harapan untuk sembuh semakin kecil.”
“Tapi masih bisa selamat kan, dok?”
“Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan putri ibu,”
--
Kata-kata itu terngiang di kepala Agni. Perlahan, butiran-butiran itu menyeruak keluar dari matanya. Pertahanannya jebol. Tak ada lagi harapan. Tak ada lagi harapan. Yang ada hanya pengharapan akan keajaiban. Agni menghapus air matanya kasar begitu mendengar suara deru motor di bawah. Agni mengintip melalui jendela kamarnya. Dilihatnya Cakka tengah membawa laju motornya ke arah lapangan basket yang tak jauh dari rumahnya. Agni tersenyum kecil.
Itulah keajaibanku untuk bertahan hidup. Hanya dialah yang bisa membuat hidupku lebih berarti sebelum aku merasakan kehidupan di dunia lain. Ya, dia, Cakka.
^^
Hujan. Lima huruf yang berbeda itu bisa membuat orang mengeluh kecewa. Terutama Shilla dan Sivia yang sepertinya ada janji dengan pangeran-pangerannya.
“Masa hujan sih? Gimana gue jalan sama Gabriel?” Keluh Shilla kesal. Sivia pun ikut-ikut mengeluh.
“Bisa batal gue jalan-jalan sama Apin nih. Aaah, hujan! Bete deh.”
Sementara kedua sahabatnya itu mengeluh, Agni lebih memilih diam dan memandang lurus kedepan. Memikirkan kata-kata Dokter tentang nasib umurnya dan keajaiban yang hampir tak akan ada.
“Ag, lo kok gak ngeluh sih? Emang lo ga jalan apa sama Cakka?” Tanya Shilla sambil menunjuk lelaki yang duduk dua baris dari mereka dengan dagu. Agni menggeleng kecil, lalu menatap jendela kelasnya yang basah karena hujan.
“Ah, gak asyik ya cara pacaran lo sama Cakka. Kayak gak ada perubahan status gitu. Masih aja kayak sahabatan,” Komen Sivia yang diilhami anggukan Shilla.
“Emang pacaran wajib pergi sama pasangan gitu? Basi menurut gue, lagian ini cuma sandiwara. Gue juga males keluar rumah.” Jawab Agni datar. Shilla dan Sivia berpandangan, lalu menaikkan bahunya.
‘Teng! Teng! Teng!’
Bunyi bel yang menurut anak-anak panggilan ‘dari surga’ itu membuat seluruh isi kelas XI IPA-2 berbondong-bondong meninggalkan kelas. Namun tidak untuk Agni, ia masih duduk di tempatnya. Dengan tatapan kosong ke depan.
“Agni,” sapa seseorang. Agni mendongak lalu melihat ‘keajaiban’ nya berdiri sambil menatapnya heran.
“Lo sakit? Kok pucet gitu? Mau gue anter pulang?” Tanya Cakka, si keajaiban Agni. Agni menghela nafas, lalu menggangguk. Cakka tersenyum, lalu menggandeng tangan Agni keluar kelas. Agni mendongak. Menahan agar air matanya tak terjatuh dari pelupuk matanya.
—
Mereka berdua berhenti tepat di depan sekolah. Cakka mengadahkan tangannya ke luar. Ia mengeluh seperti yang dilakukan kedua sahabat Agni, memarahi kedatangan hujan.
“Kenapa jadi pada marahin hujan sih?” Tanya Agni heran, Cakka menatap Agni, lalu mendengus lagi.
“Hujan selalu aja ganggu gue. Males tau kalo udah hujan.” Jawab Cakka, Agni menggeleng lemah.
“Hujan itu anugerah, karunia Tuhan. Patut disyukuri. Lo harusnya bersyukur, karena masih bisa menikmati karunia-Nya,” Ucap Agni.
‘Lo harusnya bersyukur karena masih di kasih kesempatan untuk bernafas lebih lama dibanding gue,’ Batin Agni. Cakka tersenyum.
“Bener kata lo, Ag! Okedeh, gue bakal berusaha mensyukuri nikmat Tuhan,” Ucap Cakka semangat.
‘Tuhan, izinkan aku membahagiakannya. Sekali saja. Aku menyayanginya. Sangat menyayanginya,’ Batin Agni perih.
^^
Sivia memandang semangat ke kertas yang dipegang Shilla. Ia sudah bercuap-cuap mengenai lagu yang harus dibawakan Agni nanti. Sementara Agni hanya tersenyum atau menggangguk kecil mendengar judul-judul lagu yang disarankan oleh Sivia. Pikirannya justru memusat pada satu kenyataan: Apakah ia masih diberi umur sampai 2 bulan lagi?
Melihat Agni yang menggubrisnya dengan datar, Sivia terdiam. Shilla pun ikut berhenti tertawa. Mereka menatap Agni khawatir.
“Ag, lo kenapa?” Tanya Shilla. Agni menggeleng.
“Apa Tuhan masih mau berbaik hati, Shill, Vi? Apa Tuhan masih mau memberikan sedikit kemurahan-Nya untuk gue?” Tanya Agni, Shilla dan Sivia berpandangan.
“Maksud lo, Ag?”
Agni tersenyum getir, “Apa Tuhan masih ngizinin gue untuk tetap bernafas di hari Pentas Seni nanti?”
Shilla dan Sivia terdiam. Kata-kata Agni tadi sangat amat menusuk. Pertanyaan itu, pertanyaan paling putus asa yang pernah mereka dengar dari mulut Agni. Perlahan, mata mereka mulai berair. Mereka kompak memeluk Agni yang masih diam tak bergeming. Senyumnya hanya mengembang begitu Shilla dan Sivia memeluknya.
“Tuhan akan selalu memberi keajaiban untuk umat-Nya yang tak pernah putus asa seperti lo, Ag.” Ucap Sivia, Shilla menggangguk.
“Keajaiban itu pasti ada, Ag,”
Agni menggangguk pelan. Keajaiban itu memang ada. Keajaiban itu sebentar lagi pergi dan membiarkan Agni menunggu waktu yang tepat itu sendirian.
^^
Cakka hendak mengeluarkan motornya dari garasi sebelum telefon rumahnya berdering. Cakka mengangkat gagang telefon rumahnya, lalu berusaha sehalus mungkin.
“Halo, dengan kediaman Nuraga disini. Oh, iya bun, ada apa? Oh. Apa? Tu,, tunangan bun? Sama Oik? Serius, bun?!! Kapan? Oh. Iya deh, bye bunda. Smlekum,”
Cakka meletakkan lagi gagang telefon di tempatnya. Ia melompat-lompat girang. Ia harus memberi tahu ini pada Agni. Ya, harus. Cakka berlari kecil ke garasi lalu menstarter motornya.
^^
Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi..Hanya untuk bersamanya ..
ku mencintainya ,.. sungguh mencintainyaa..
‘Drrrtt.. Drrrtt..’
Agni menghentikan aktivitasnya bermain gitar. Lalu mengambil handphonenya yang ia letakkan di atas meja belajar.
1 new messages.
Agni membuka pesan tersebut.
From: Cakka^^
Gue dibawah, kebawah cpt.
—
To: Cakka^^
Engga ah, mau ngapain?
Ini mau hujan. Mendung.
—
From: Cakka^^
Ada yg mau gue omongin.
Gpp dong.
—
Agni mengalah. Ia mengantongi handphonenya, lalu berlari kecil ke bawah.
“Mau ngomong apa sih?” Tanya Agni to the point, Cakka menepuk-nepuk jok motor belakangnya.
“Naik, deh. Kita ke labas sekarang.” Ajak Cakka, tanpa babibu, Agni naik ke atas motornya, lalu melingkarkan tangannya pada pinggang Cakka.
^^
“Tunangan? Kok,, kok,, kok,, bisa?” Tanya Agni, Cakka tersenyum kecil. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut Agni yang tak dikuncir.
“Sebenernya udah lama. Gue waktu itu setuju, terus Oik bilang dia masih mau mikir-mikir. Dan kemaren, dia nerima tawaran itu. Happy banget gue Ag, huwa huwa..” Cakka melompat-lompat kecil di tempatnya duduk. Agni tersenyum. Berusaha menyembunyikan air matanya,
“Baru 1 minggu kita pura pura jadian aja, udah cemburu ya, dia. Artinya.. Dia sayang banget sama lo,” Ucap Agni bergetar. Cakka yang mendengar suara Agni yang bergetar perlahan menatap Agni. Tapi Agni menampakkan wajah santainya. Membuat Cakka kembali menatap lurus ke depan.
“Akhirnya, ya, Ag. Gue lega banget.”
“Artinya hari ini kita gak sandiwara lagi, kan?” Tanya Agni. Cakka menggangguk santai.
“Yup! Tapi kita tetep sahabat selamanya kan?” Cakka menyodorkan kelingkingnya pada Agni. Agni berusaha menahan air matanya, ia tersenyum lalu mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Cakka.
“Kapan acara pertunangan lo?” Tanya Agni, Cakka memutar-mutar matanya.
“Kata bunda tadi sih, 22 Juni nanti.”
“Pas pensi, ya?” Ada rasa kecewa di hati Agni. Itu berarti, Cakka tak akan melihat ‘penampilan terakhir’ nya nanti?
“Iya. Kayaknya terpaksa gue gak ikut pensi nih. Lo pasti datang kan, Ag?”
Kata-kata ‘pasti’ itu membuat dada Agni sesak. Pasti? Pasti Kka? Lo gak tau gimana perihnya hati gue denger berita ini? Dan lo bilang gue pasti dateng? Agni hanya memamerkan seulas senyum kecil pada Cakka. Cakka menghela nafas lega.
“Syukurlah, makasih ya, Ag,” Cakka memeluk Agni. Agni membalas dekapan hangat itu. Mungkin dekapan terakhir. Mungkin setelah ini, tak akan ada lagi dekapan ini. Mungkin. Hanya mungkin.
Agni dan Cakka melepas pelukan mereka. Lalu duduk tanpa bersuara. Menikmati titik-titik hujan yang satu persatu mulai membasahi mereka.
^^
Dan mulai hari itu, hubungan Agni dan Cakka agak merenggang. Bahkan menjauh. Setelah Oik dan Cakka berbaikan, tak ada sedikitpun celah untuk Agni. Cakka pun sepertinya tidak masalah tanpa kehadiran Agni. Mungkin menurut Cakka, Agni hanyalah seorang ‘teman’ yang bermetamorfosis menjadi seorang ‘sahabat sejati’. Agni sendiri sudah merasa puas. Dan akhirnya, Agni pun menyibukkan dirinya dengan belajar menghadapi ujian kenaikan kelas dan berlatih untuk Pentas Seni nanti. Sedikit melupakan masalahnya, dan penyakitnya.
^^
“Agni, hari ini kita ke rumah sakit ya, kita liat barangkali ada yang berbaik hati mendonorkan ginjalnya ke kamu.”
Agni yang tengah sibuk dengan buku IPA nya menggeleng dan membenarkan letak kacamata tipis yang selalu dipakainya ketika membaca, belajar, atau berhadapan dengan komputer.
“Buat apa?” Tanya Agni.
“Buat kesembuhan kamu, sayang.”
“Gaperlu, mah. Agni udah siap kok. Agni gak mau ngabisin waktu terakhir Agni untuk berhadapan dengan alat-alat kimia. Agni mau ngabisinnya dengan hal-hal yang menurut Agni bermanfaat.” Jawab Agni. Mamanya menunduk. Ia tak kuasa membendung air matanya.
“Agni, mama sayang kamu sayang. Sekarang kita kerumah sakit ya, sayang.” Pinta mamanya, Agni berjalan menuju mamanya yang terduduk lesu di samping tempat tidurnya.
“Mama.. Agni gak mau. Agni mau ngabisin sisa hidup Agni untuk membahagiakan orang-orang yang Agni sayang. Walaupun Tuhan cuma ngasih Agni waktu Satu Jam.”
Mama Agni merengkuh tubuh Agni. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan Agni. Agni hanya meneteskan air matanya. Ia terlalu lelah menangis. Toh, memangnya dengan menangis akan menyembuhkan ginjalnya?
^^
Cakka memandang frame foto berwarna hijau yang ada di meja belajarnya. Foto seorang gadis dan seorang lelaki yang tengah tersenyum ceria disana. Tak ada tanda-tanda kesedihan di foto itu. Rasa rindu perlahan menyeruak di dalam hatinya. Ia sangat merindukan sosok di poto itu. Amat sangat rindu. Gadis yang dahulu pernah membuatnya jatuh cinta setengah mati. Sampai sang gadis bilang, bahwa ia tengah mengagumi seseorang. Ia mencoba melupakan cintanya untuk sang gadis, sampai-sampai, ia menerima cinta gadis tercantik disekolah, Oik. Ya, gadis di dalam foto itu Agni. Bersama dirinya.
Dua minggu lagi pertunangan antara Cakka dan Oik dilangsungkan. Tapi entah kenapa, Cakka tak merasa senang dengan segala sesuatu yang sudah siap itu. Ia merasa sebagian relung jiwanya kosong.
Cakka mengambil smartphone nya di saku celananya. Ia mengetikkan beberapa nomor, lalu menunggu sambungan telepon.
“Halo, Kka?” Suara itu membuat seluruh isi hati Cakka bergemuruh. Cakka ingin memeluk gadis itu lagi. Sekali lagi. Tapi tak mungkin. Oik pasti akan memakannya hidup-hidup.
“Apa kabar?” Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Cakka. Sudah hampir 1 setengah bulan mereka tidak berkomunikasi atau sekedar say hello di sekolah. Cakka terlalu sibuk dengan Oik.
“Aku baik, kamu?” Tanya Agni. Hey, sejak kapan Agni mengganti kata sapaannya menjadi ‘aku-kamu’ seperti ini? Apa sudah terlalu lama kami tidak kontakan?
“Baik. Mungkin baik,”
Cakka mendengar suara tawa kecil Agni, “Oh ya, Kka. Kayaknya, tanggal 22 aku gak bisa deh ke pesta pertunanganmu,”
“Yah, kok gitu?” Tanya Cakka. Ada rasa kecewa Cakka rasakan.
“Sorry. Aku tampil di pensi. Penampilan terakhir.”
“Oh. Yaudah. Kalau sempet, aku pasti kesana, ya.”
“Iya, yaudah ya, Kka. Aku mau latihan dulu. Bye.”
Sambungan telepon di matikan. Cakka meletakkan smartphone nya di atas meja belajar. Lalu menjambak rambutnya erat-erat. Kenapa ia merasa kehilangan Agni? Kenapa?
^^
“Kamu yakin mau tampil, Ag?” Tanya Mama Agni ketika Agni tengah sibuk membenarkan posisi dress nya.
“Yakin, ma. Mama doain yang terbaik buat Agni ya, ma. Nanti mama dateng ya, jam 8 malem Agni tampil. Ma..” Agni menatap mamanya yang berlinang air mata, “Maafin Agni ya, mah. Selama ini, Agni selalu buat mama kecewa. Agni gak pernah jadi anak yang baik, selalu buat mama nangis. Selalu buat mama marah. Tapi, Agni sangat menyayangi mama. Agni gak tega ninggalin mama. Agni.. Agni sayang mama, Agni sayang papa.”
“Agni, kamu ngomong apasih? Mama gak mau denger kamu ngomong begini, ngerti?” Bentak mamanya pada Agni. Agni tersenyum.
“Ngomong tentang fakta. Tentang kenyataan hidup. Tentang waktu yang sebentar lagi habis. Waktu Agni gak banyak, Agni pergi dulu ya, Ma. Jaga diri mama baik-baik,” Agni menghadiahi satu kecupan di pipi mamanya. Membuat dada seorang ibu sesak. Apalagi Agni sama sekali tak memiliki tampang bersedih. Ia tersenyum tenang.
“Pah!” Panggil Agni pada papanya yang tengah membaca koran.
“Eh, udah cantik anak papa. Kenapa sayang?” Tanya Papanya. Agni tersenyum. Ia memeluk tubuh ayahnya, lalu berbisik.
“Papa, jagain mama ya. Jangan biarin mama nangisin Agni terus. Agni sayang papa. Agni pergi dulu ya, pa.” Agni menghadiahi papanya sebuah kecupan di pipi kanan. Sementara papanya hanya tersenyum.
“Rayyyy!!!” Teriak Agni begitu melihat kembarannya itu tengah memanasi mobil. Ray berdecak, lalu menatap Agni dari atas ke bawah.
“Oh, mak lampir udah cantik toh,”
Agni mencibir, “Buruan deh, Ray. Lo kan ngisi acara juga.”
“Iya, iya. Bawel idup lo.” Agni duduk di jok penumpang. Ray menyalakan mesin mobil, lalu mulai melesat di padatnya jalanan.
“Eh, Ray.” Panggil Agni,
“Hmm?”
“Gue minta maaf ya selama ini kalo gue punya salah sama lo. Gue jahat sama lo. Gue manggil lo Jamur Kuping, abis rambut kok kayak jamur. Tapi sebenernya, gue sayang kok sama lo. Lo saudara gue yang paling the best! Jagain papa sama mama ya. Jangan biarin mereka kecewa sama lo, seperti mereka kecewa sama gue.”
Ray menatap Agni yang tengah berkaca-kaca. Ray pun ikut berkaca-kaca. Rasanya, tak tega ia melihat saudaranya itu menangis.
“Agni. Jangan ngomong gitu. Gak ada yang tahu batas umur manusia. Gue gak mau lo ninggalin gue! Gue sayang lo. Walaupun lo kadang nyebelin, ngebetein, jelek, dsb lah. Tapi gue sayang lo. Karena lo adalah separuh jiwa gue, Ag.”
Agni merasa bulir-bulir hangat itu telah membasahi pipinya. Ia menyekanya pelan, lalu tersenyum.
“Ray, lo mau ngabulin permintaan gue, gak?” Tanya Agni, Ray menatap Agni dengan tatapan: ‘apaan-permintaan-lo-?’
“Gue mau, orang terakhir yang gue liat sebelum gue tidur dengan tenang itu Cakka. Karena dia, gue bisa semangat hidup, semangat buat ngelanjutin hidup gue yang ngga ada artinya ini. Plis..”
“Iya, mudah mudahan gue kabulin, ya, Ag.”
Agni menggangguk lalu tersenyum tenang.
^^
Cakka memandang jam yang ada di pergelangan tangannya dengan gelisah. Sudah 1 jam setelah ia dan Oik resmi bertunangan. Tapi, entah kenapa ia risau sendiri. Para tamu satu persatu berpamitan pulang. Sementara Cakka, ia sibuk mondar-mandir di kamarnya sambil terus menatap frame di atas meja belajar.
‘Drrrtt.. Drrrtt..’
From: Agni ^^
Ini gue Ray.
Agni bntr lagi mau tampil.
Lo mau ninggalin penampilan terakhir dia?
Gue udh siapin tempat khusus buat lo.
Buruan kesini.
—
To: Agni ^^
Penampilan terakhir?
Maksud lo?
Oke, gue ksn skrg.
—
Tanpa babibu, Cakka menyambar kunci motor yang ada di meja belajarnya. Jas hitam dipadukan dengan kemeja merah maroon belum terlepas dari badan Cakka.
“Kka, mau kemana?” Tanya Oik begitu Cakka berjalan melewatinya.
“Ke sekolah. Bentar aja kok.”
Oik menggangguk. Cakka tersenyum, ia berlari menuju garasi dengan sejuta pertanyaan bergelayut di dalam hatinya.
^^
“Hadirin sekalian, kita sambut penampilan istimewa kita. Agni Tri Nubuwati dari kelas XI IPA-1!”
Tepuk tangan membahana begitu sang pembawa acara menyebut nama Agni. Agni, dengan dress hitam yang dipadukan dengan bando berwarna putih di atas kepalanya duduk di kursi yang telah disediakan. Ia menggendong sebuah gitar. Senyum manisnya terpancar di wajah pucatnya.
“Selamat malam, semua. Lagu ini Agni persembahin buat semua orang yang selama hidup Agni selalu membuat Agni bahagia. Selalu mewarnai hari-hari Agni yang suram karena penyakit mematikan. Gagal Ginjal.”
Orang-orang disana tak percaya mendengarnya. Terlebih seorang lelaki yang sudah hadir sejak beberapa menit yang lalu. Ia menatap ke arah Ray yang tengah duduk santai.
“Baru tau lo sahabat lo itu mengidap penyakit separah itu? Kemana aja, mas?”
Lelaki itu menelan ludah. Ia kembali menatap ke Agni.
“Pertama, Agni ucapin makasih untuk kedua orang tua Agni, Papa dan Mama. Maaf ya, mah, pah, selama ini Agni pasti selalu buat kecewa ya? Hehe. Yang kedua, untuk saudara kembar sial gue, hehe Muhammad Raynald Prasetya, Ray. Walau lo kadang ngebetein, nyebelin, minta dilempar panci, dsb, tapi lo tetep saudara gue yang the best. I love you, bro! Yang ketiga.. 2 sahabat gue yang cantik-cantik.. Ashilla Zahrantiara dan Sivia Azizah. Yang hari ini bawa pasangan masing-masing. Shilla sama Gabriel, dan Sivia sama Alvin. Gue ngucapin makasih banyak buat kalian. Karena kalianlah yang ngajarin gue arti sahabat, arti berbagi, gue sayang kalian berdua!”
Agni menghela nafas, tak sengaja, matanya bertemu dengan lelaki yang tengah menatapnya dengan sejuta pertanyaan. Agni mengembangkan senyumnya lebar.
“Dan yang terspecial.. Sangat special. Terima kasih buat si kalong lapangan basket. Hehe maksud gue Cakka Kawekas Nuraga. Best Friend gue selamanya. BFF gue. Dia yang ngajarin gue apa itu artinya cinta, artinya berkorban, artinya ikhlas, dan apa rasanya patah hati. Semua deh. Lengkap dia kayak martabak. Special pokoknya. Lagu ini, gue nyanyiin. Just for you, Cakka.”
Intro lagu Cinta Terlarang ~ The Virgin memanjakan telinga para penonton malam itu. Agni memejamkan matanya, lalu tersenyum.
Mengapa cinta ini terlarang..
Saat ku yakini kaulah milikku ..
mengapa cinta kita bisa menyatu..
saat ku yakin tak ada cinta selain dirimu..
Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi hanya untuk bersamanya..
ku mencintainya,,sungguh mencintai nya,,.
Rasa ini sungguh ta
saat k
^^
Semua bermunajat memanjatkan doa untuk keajaiban. Kejaiban demi gadis yang berjuang antara hidup dan mati. Lelaki itu memejamkan matanya, seluruh kenangannya bersama gadis itu berputar dikepalanya.
Pintu ruang UGD terbuka. Dokter berkacamata tipis itu menatap kedelapan orang yang tengah menunggu kabar darinya. Orang tua dari Agni lansung berdiri. Ia menatap orang tuanya dengan lesu.
“Sepertinya ia sudah mengetahui. Sudah saatnya.” Ucap dokter itu lemah.
“Sebaiknya, anda berdua mengunjungi Agni terlebih dahulu,”
Mama dan Papa Cakka memasuki ruang UGD. Entah apa yang diucapkan Agni, ketika keluar dari sana, Mama Agni menangis histeris dan tak sadarkan diri. Setelah Orang tua Agni, giliran Sivia dan Alvin yang masuk. Sama halnya dengan Mama Agni, Sivia menangis histeris. Memecahkan keheningan koridor rumah sakit pukul 11 malam. Shilla demikian, begitu keluar dari sana, ia menangis tersedu. Tak histeris seperti Sivia. Sepertinya Gabriel lebih mudah menenangkan Shilla. Tinggal Cakka dan Ray. Ray yang masuk terlebih dahulu. 1 jam sebelum jam 12, Ray keluar. Ia menyuruh Cakka untuk masuk ke dalam.
Dengan langkah gontai, Cakka memasuki ruang bercat putih dengan bau khas rumah sakit yang menusuk hidung. Cakka menatap gadis yang terbaring lemas dengan beberapa selang di tubuhnya.
“Kka..” Panggil Agni. Cakka merasakan seluruh tubuhnya panas dingin.
“Ya, Ag..” Jawab Cakka.
“Sini.. Duduk sini,” suruh Agni. Cakka duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Agni.
“Kka, aku mau duduk,” Pinta Agni. Cakka menggeleng.
“Kamu masih lemah.”
“Gamau. Aku mau duduk, Cakka..” Cakka mengalah. Ia menuntun Agni untuk duduk di tempat tidurnya. Agni menghela nafas. Wajahnya yang ceria hari itu terlihat sangat pucat.
“Sebelumnya.. Aku minta maaf. Maaf. Aku gak ngasih tau kamu tentang penyakitku. Aku gak mau kamu benci aku karena penyakitku,” Lirih Agni. Bulir-bulir itu membasahi pipi Agni. Cakka beranjak dari tempatnya duduk, lalu menghapus air mata itu.
“Gak akan aku benci kamu karena penyakitmu. Aku menyayangimu, Ag. Jauh sebelum aku mengenal Oik. Maaf. Maaf karena aku gak jujur sama perasaanku. Aku takut kamu marah. Apalagi kamu bilang, kamu lagi kagum sama seseorang.” Aku Cakka. Agni menampakkan senyum manisnya. Ia meraih tangan Cakka, lalu dielusnya tangan gembul itu.
“Aku menyayangimu, jauh sebelum kamu mengenalku. Aku menyayangimu. Kamu tau? Aku selalu ngeliatin kamu kalo kamu lagi main basket. Gayamu yang cool dan seksi haha makanya aku suka kamu,” Cakka tersenyum manis.
“Aku suka gayamu yang sok dewasa tapi childish.” Ucap Cakka, Agni tersenyum kecil. Ada jeda di obrolan mereka. Agni menatap jam yang ada di pergelangan tangan Cakka. Pukul 11.30.
“Kka, peluk aku. Plis...” Pinta Agni. Cakka tanpa babibu lansung memeluk tubuh mungil itu. Agni merasakan sejuta perasaan damai memenuhi syaraf di tubuhnya. Agni mulai merasakan tubuhnya meringan. Ia mengeratkan pelukannya pada Cakka. Cakka terus mengeratkan pelukan itu pada Agni. Agni tersenyum damai. Ia menikmati pelukan terakhirnya bersama Cakka.
“Kka..” Lirih Agni.
“Yah?”
“Jagain Oik. Cintai dia.. Seperti kamu mencintaiku. Aku sayang kamu. Sangat.”
“Jangan tinggalin aku, Ag. Aku yakin kamu pasti selamat! Kamu pasti bertahan!.”
“Kka, nyanyi satu bait aja untuk aku. Plis.”
Cakka mendekatkan bibirnya ke telinga Agni, “Kembalilah. Kembali padaku, hanya itu yang membuat aku tenang. Kembalilah, kembali padaku. Aku takkan pernah bisa, hidup.. tanpa Agni.”
Arah jarum jam mulai mendekati angka 10. Agni dapat merasakan jantungnya mulai berdegup pelan. Tak secepat biasanya. Cakka makin mengeratkan pelukannya. Detik demi detik bergulir. Agni mulai merasa semuanya akan berakhir beberapa menit lagi. Ia mulai mendekati telinga Cakka.
“Cakka.. Aku cinta kamu. Sangat.. Men.. Cin.. Tai.. Mu..” Bisik Agni tepat ditelinga Cakka. Cakka mengeratkan pelukannya.
“Aku juga sangat mencintaimu.”
Tek!
Jarum jam panjang telah berhenti di angka 12. Perlahan, tubuh Agni semakin lemas. Cakka dapat merasakannya. Detak jantung Agni tak ia rasakan lagi. Deru nafas Agni pun tak terdengar lagi. Bunyi ‘tiiiiitt’ panjang mengakhiri semuanya. Perlahan, Cakka meletakkan tubuh itu di ranjangnya. Seulas senyum terukir di wajah Agni. Agni pergi dengan tenang. Cakka mengelus rambut Agni untuk yang terakhir kali. Dipasatinya wajah manis itu. Yang tak akan bisa di pandanginya lagi.
“Selamat jalan, Agni. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu.”
Cup. Cakka mencium pipi Agni yang dingin itu. Cakka menggenggam erat jemari Agni. Agni memang telah pergi. Tapi jauh di dasar hatinya, Agni masih hidup.
Cakka keluar dari ruang UGD tersebut. Semua mata memandangnya. Mereka dengar bunyi pendeteksi jantung yang menandakan nafas Agni terhenti. Mereka tersenyum karena melihat Cakka tak menangis. Yang ditemukan mereka hanya seulas senyum.
“Agni telah pergi,”
^^
26 June 2011..
3 hari setelah kematian manisku. Semua menerima kepergiannya dengan lapang dada. Walau ku tahu, semua pasti bersedih karena kematian peri baik hati. Agni Tri Nubuwati.
Hari ini genap ia berusia 17 tahun. Usia remaja yang sudah menuju dewasa. Aku memanjatkan doa untukmu hari ini. Dan seusai ini, kami akan merayakan ulang tahunmu. Aku yakin, kamu pasti masih diantara kami. Aku tunggu di pesta ulangtahunmu. Jam 7 malam nanti.
Happy Birthday Agni. Aku selalu mencintaimu.
- With Love -
Cakka Nuraga
Cakka meletakkan bunga mawar putih di atas gundukan tanah merah itu. Ia mengelus nisan bertuliskan nama gadis yang selalu mengisi relung hatinya. Ia sudah tenang disana. Dan Cakka yakin. Suatu saat nanti, mereka akan dipertemukan kembali. Di dunia yang lain.
^^
Maaf, kutelah menyakitimu.
Kutelah kecewakanmu.
Bahkan, kusia-siakan hidupmu.
Dan kubawa kau seperti diriku.
Walau, memang ini yang terbaik.
Untuk diriku dan dirinya.
Tapi kulakukan semua demi cinta.
Akhirnya juga harus kurelakan.
Kehilangan cinta sejatiku.
Segalanya tlah kuberikan.
Juga semua kekuranganku.
Jika, hanya ini yang terbaik.
Untuk diriku dan dirinya.
Kan kuterima semua demi cinta.
Jujur, aku tak kuasa.
Saat terakhir ku genggam tanganmu.
Namun yang pasti terjadi.
Kita mungkin kan bersama lagi.
Bila nanti esok hari.
Kutemukan dirimu bahagia.
Izinkan aku titipkan.
Kisah cinta kita, selamanya..
Tepuk tangan mengakhiri penampilan Cakka malam itu. Cakka tersenyum sambil membungkukkan badannya. Begitu ia menghadap ke kanan, dari tangga, ia melihat gadis manis berambut sebahu lebih, dengan pakaian serba putih. Senyumnya manis. Ia seperti membentuk sebuah kata dari tangannya. Cakka mengerti maksudnya. Cakka tersenyum lalu mengucapkan kata “love your forever too” tanpa suara. Agni tersenyum, lalu menghilang ketika Cakka menatap ke arah kawan-kawannya.
Aku menunggumu. Menunggu kau hadir kembali di sisiku. Dan menggenggam tanganku erat.
- Agni -
Tunggulah aku. Aku akan menjagamu kelak. Di dunia yang lain. Dunia yang kekal abadi.
- Cakka -
# The End #
Dilema
“Ni, lo yakin mau masuk SMA Nuburaga?” Tanya seorang cowok cakep berambut gondrong. Menatap gadis yang lagi memotong sayuran.
“Ya dong.” Jawab si cewek -Agni – yakin.
“Kenapa lo nggak masuk SMA gue aja?” Tanya si cowok lagi.
“Ray, sayooong. Elo kan tau gue dapet beasiswa di sana. Nggak mungkin dong gue lepasin kesempatan emas?” agni menghampiri Ray yang lagi duduk di meja makan. Di peluknya Ray dari belakang.
“Tapi, Ni. Elo juga tau kan kalo SMA Nuburaga itu musuh bebuyutannya SMA Nuvato. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa. Kalo mereka tau elo itu…”
“Gue bakal, nutupin hubungan kita.” Ucap Agni memotong ucapan Ray.
“Hah?” Ray kaget, tampak tak percaya. “Maksud lo, elo nggak mau ngakuin gue gitu?” Tanya Ray, menatap Agni tajam.
“Bukan gitu Ray.yah, elo kan bilang, gue bakal kenapa-kenapa kalo mereka tau gue ada hubungannya ama lo. Berarti kalo mereka nggak tau, gue aman-aman aja dong.” Jelas Agni.
Ray menatap gadis antic yang sudah berdiri di depannya ini. Ia menghela nafas. Agni bener-bener keras kepala. “Ya udah deh, tapi lo jaga diri ya.”
“siap bos.” Jawab Agni semangat. Senyuman tercetak di wajahnya.
@@@
Baak.. Buuk..
“udah gue bilang, jangan deketin Acha.” Ucap seorang cowok yang berambut harajuku. Buuk… cowok itu memukul rahang lawannya, yang baru berdiri setelah tersungkur. “Tapi, lo malah bikin dia nangis.” Ucapnya lagi.
Cowok berambut gondrong yang dari tadi jadi samaknya Cakka, berdiri lagi. Ia mengelap sudut bibirnya yang berdarah, dengan punggung tangannya. Ia mendengus. “Seppupu lo aja yang jadi cewek kege-eran.” Ujarnya yang membuat amarah Cakk makin memuncak.
Buuk…
Tinjuan Cakka kembali melayang.
@@@
Cakka. Alvin, Gabriel memakirkan motor cagiva masing-masing di depan sebuah warung bakso.
“Biar tau rasaa tuh anak, berani-beraninya dia mainin adek gue.” Ujar Cakka saat memasuki warung bakso. Alvin dan Gabriel mengikutinya di belakang.
“Yo’I bro. biar dia nggak macem-macem lagi ama lo.” Timpal Iel.
“Dan so pasti anak-anak Nuvato nggak berkutik lagi, jagoannya aja udah KO.” lanjut Alvin yang tersenyum puas. Selama ini Cakka sebagai leader mereka nggak mau nyerang duluan, sebab nggak ada alas an yang kuat. Tapi tadi Cakka kalap banget.
“And than, semua itu harus kita rayain.” Ucap Cakka yang sudah duduk di sebuah meja nggak jauh dari pintu masuk. “pesen sepuas kalian gue yang bayar. Sekalian panggil anak-anak yang lain.” Lanjutnya.
“Weess.. tau aja lo bro, kalo gue lagi laper.” Ucap Alvin. #iihapincakepcakepsukanyayanggratisan:D*._.Vpiece,alvinozsta
“Cewek, bro.’ ucap Gabriel, menunjuk dua cewek yang baru memasuki warung bakso *mataIeljelibangetkalongeliatcewel:p* dan lebih hokinya lagi, ceweek iu duduk di meja sebelah Cakka.
Cakka menyeringai, saat melihat cewek yang berambut sepunggung dengan mata dolleyes itu. “Gue yang rambut panjang.” Ucap Cakka.
“kalo gue sih terserah, yang satunya lagi cantik kok.” Timpal Iel.
“Kalo gue sih, mau baksonya aja.” Ucap Alvin yang udah ngeliatin menu dengan nafsunya.
“Yeee, elo mah makan mulu.” Iel meoyor kepala Alvin. “Mending lo telpon Rio aja sono.” Perintah Iel.
“iya,iya. Bawel banget sih, kayak emak-emak aja lo.” Sungut Alvin sambil mengeluarkan hp nya dari saku celana.
Cakka tak mengubris kedua temannya. Dia masih memperhatikan cewek dolleyes. Tak lama Cakka berdiri dan menghampiri dua cewek itu.
“Kerja cepat nih.” Gumam Iel.
Cakka berdehem. “Hai, mau makan bakso ya?’ Tanya Cakka yang sumpah, nggak mutu banget.
Si cewek dolleyes melirik Cakka. “keliatannya?’ Tanyanya balik dengan nada datar.
“kayaknya sih gitu.” Ujar Cakka yang seenak jidatnya duduk di sebelah cewek dolleyes. Si cewek dolleyes tampak risih dengan kehadiran Cakka. Sedangkan temannya tcuma mesem-mesem ngeliat Cakka. “O, iya. Kenalin gue Cakka. Kalian?” Cakka mengulurkan tangannya.
“Sivia, tapi panggil aja Via.” Ujar si teman cewe doleyes, menyabut uluran tangan Cakka. Yang sebenarnya di tujukan pada Agni. Tapi Cakka tetep tersenyum ramah, yang membuat wajah Via bersemu merah.
“Kalo elo?” Tanya Cakka pada si cewek dolleyes.
“Penting buat lo?” Tanya si cewek dolleyes sinis. “Vi, baksonya I bungkus aja ya.” Lanjutnya pada Via. Lalu berdiri meninggalkan Cakka.
“Eh, Agni. Tunggu gue dong.” Teriak Via. “Hmmm.. namanya Agni.” Ujarnya pada Cakka. Via tersenyum sekilas lalu berjalan menyusul Agni.
“Agni? Nama yang unik. See you again, honey.” Gumam Cakka sambil tersenyum misterius.
@@@
“Ag, lo kok jutek banget sih ma tuh cowok. Dia cakep pake banget loh.” Ucap Via saat ia dan Agni berjalan dari warung bakso ke rumah Agni.
“Males aja, ngeladenin cowok ganjen.” Jawab Agni simple.
“ihh Agni,itu bukan ganjen namanya tapi ngajak lo kenalan. Lo aja yang nggak peka.” Dumel Via.
“Au ahh, di hati gue kan udah terukir satu nama.”
“Siapa?” Tanya Via penasaran, pasalnya temannya ini misterius banget. Via nggak pernah tau apalagi ngeliat ortu nya Agni. Agni Cuma pernah ngenalin Ray, itu pun Via nggak tau hubungan meraka apa. Pacaran, maybe?
“JB.” Jawab Agni.
“Justin Bieber maksud lo?”
“Bukan.” Agni menggeleng.
“Trus?”
“Jogja Boy.” Jawab Agni cuek.
“Jogja Boy?’ Via makin mengkerutkan keningnya. Susah deh, ngomong ama Agni.
@@@
“Elo sih, kerjaannya berantem mulu.” Omel Agni sambil mengobati luka Ray.
“Ini bukan salah gue, Ni. Mereka aja yang sirik ama kegantengan gue.” Narsis Ray.
“Huuu.. pantes lo di hajar orang. Elo nyebelin sih.” Sorak Agni.
“Auuww..pelan-pelan,Ni. Sakit tauk.” Ujar Ray manja saat Agni menekakankan handuk kecil ke sudut bibir Ray yang luka terlalu kuat.
“Hehehehe… sorry, sorry.” Agni cengengesan.
“Iya, tapi nggak pake tenaga dalem juga kali.” Sungut Ray.
“Iya, pelan-pelan nih.” Ujar Agni sambil mengusapkan kapas yang di beeri obat merah ke sudut bibir Ray.
@@@
Cakka and friends, lagi nongkrong di parkiran yang tak jauh dari gerbang, saat Cakka melihat sosok itu memasuki gerbang.
“Kalo jodoh emang kagak kemana.” Ujar Cakka. Teman-temannya tampak bingung. Merekakan lagi ngomongin anak Nuvato yang babak belur kemaren, kenapa jadi ke jodoh? Cakka yang menyadari tatapan bingung teman-temannya, menunjuk sosok itu dengan dagunya.
“Siapa tuh?” Tanya Rio. Alvin dan Iel saling lirik sambil tersenyum misterius.
“Cewek gue.” Jawab Cakka simple. “Al, El, cari tau ruang MOSnya.” Perintah Cakka.
“Gampang.” Ujar Alvin, lalu mengotak-atik hp-nya.
“Wait, wait. Itu cewek lo? Lah si Shilla mau lo kemanain?” Tanya Rio bingung.
“Ahh, lo ketinggalan gossip banget sih, Yo. Tuh cewek kan udah di musiumin ama Cakka.” Timpal Iel.
Tiba-tiba Alvin tersenyum sambil menatap hpnya. “Agnia prasetya, ruang 3.” Ujarnya Bangga.
Cakka tersenyum puas. “yo, siapa pengurus ruang 3?” Tanya Cakka.
Rio menyeringai. “Ify.” Jawabnya singkat.
@@@
Agni dan Via memasuki ruang Mos. Kelas sudah cukup ramai. Agni dan Via mencari meja yang masih kosong untuk meraka berdua. Tak lama setelah mereka duduk di meja paling sudut, seorang senior cantik dengan wajah tirus memasuki ruangan. Senior itu terenyum manis pada adik-adik didiknya.
“Hai,semua.” Sapanya ceria. Matanya menatap adik didiknya satu persatu, dan behenti di meja sudut. Ia tersenyum lagi.
“Hai.” Koor peserta MOS.
“Kok lemes banget sih, yang lebih semangat dong.” Ujarnya, masih dengan senyuman. “Pagi,semua.” Sapanya lagi.
“Pagi, kak.” Koor peserta MOS lagi, lebih semangat.
Senior cantik tersenyum puas. “Oke, enjoy with me. Kenalin nama gue Saufika Dartinika, panggil aja Ify, kak Ify, mbak Ify, asal jangan mbok Ify aja.” Ify memperkenalkan diri dengan sedikit candaan.
@@@
Agni menjatuhkan diri di atas kasur empuknya, masih dengan seragam sekolahnya. Senyum-senyum sendiri. Ngebayangin kejadian di sekolah tadi.
“Gila. Kenapa gue jadi mikirin dia ya.” Gumam Agni. “Ternyata orangnya baik yah.” Ucapnya tanpa sadar.
@@@
“Oke, kita main games dulu yuk.” Ucap Ify semangat. Adik didiknya mengangguk setuju. “sekarang, kalian bikin lingkaran gede.” Perintah Ify. Adik didiknya segera melaksanakan titahnya. Ini yang Ify suka dari anak baru, nurut aja apa yang di suruh senior. “Gue punya satu spidol,” Ify mengangkat sebuah spidol tinggi-tinggi, setelah adik didiknya membuat lingkaan besar. “Kita bakal oper-operin ama temen di sebelah kalian sambil nyanyi lagu balonku ada lima. Kalo gue bilang STOP, siapapun yang megang spidol itu bakal gue kasih hukuman. Ngerti?”
“Ngerti, kak.” Koor peserta MOS.
“Oke, mulai.” Ify memberikan spidol itu pada peserta MOS yang ada di sebelahnya. Lagu balonku ada lima bergema di dalam kelas itu.
Balon ku ada lima..
Rupa-rupa warnanya
Hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru
Meletus balon hijau..
“STOP.” Ucap Ify.
Agni yang memegang spidol itu, Cuma cengo. Ify tersenyum dan menghampiri Agni. “Oke, cantik sesuai perjanjian, lo harus di hukum. Ikut gue.” Perintah Ify.
Agni menatap Via melas. Via Cuma bisa membalanya dengan tatapan iba dan menggumamkan. “Good luck.”
Agni mengikuti Ify memasuki ruang MOS 1. “Permisi, kakak-kakak yang ganteng. Gue bawa cewek cantik nih.” Seru Ify saat memasuki ruang itu.
Agni hanya bisa menunduk, malu.
Ify menghampiri cowok berstyle harajuku. “Gini kak, dia mau kenalan tapi malu.” Ujarnya pada cowok itu.
“O ya? Nggak usah malu-malu. Kenalin gue Cakka.” Ucap si cowok. Cakka? Agni yang merasa pernah mendengar nama itu langsung mendongak. Matanya yebelalak saat melihat wajah si cowok. “Hai, manis. Kita ketemu lagi.” Cakka tersenyum pada Agni. Agni diam, tak menjawab.
“Kka, ni anak dapet hukuman game, gue bingung mau kasih hukuman apa. Elo aja deh yang kasih.” Ucap Ify pada Cakka. “Lagian kasian adik-adik gue yang lain.” Lanjutnya. “gue titip adik gue ya.” Ify menepuk bahu Cakka, lalu keluar meninggalkan Agni di wilayah otoritas Cakka.
Cakka tersenyum pada Agni. “Nggak usah takut, gue nggak minta apa-apa kok. Elo cukup jadi cewek gue selama sebulan.” Katanya dengan santai.
Agni lagi-lagi cengo. Tapi seharian itu Agni merasa nyaman di samping Cakka. Cakka baik banget ama dia. Dengan sabar dia menunjukkan satu-satu ruangan yang ada di SMA Nuburaga pada Agni.
Jadi cewek Racakka Feryaldi selama sebulan? Not bad, kayaknya.
@@@
Nggak terasa, satu bulan itu udah mau habis. Walau MOS telah lama berlalu, Cagni makin deket. Cakka suka nangkring di area kelas sepuluh bersama teman-temannya. Bahkan mereka sering jalan berdua. Pokoknya kayak pacaran beneran deh. Malem minggu aja mereka jalan berdua. Kemesaraan mereka –kalo boleh di bilang kemesraan- itu sering kali membuat orang pada iri.
Malam ini, malam minggu terakhir mereka pacaran bohongan. Agni menuruni tangga dari kamarnya, dengan ceria. Ray yang sedang menonton di ruang tengah, menatapnya aneh.
“Ni, sebenernya lo suka keluar ama siapa sih?” Tanya Ray untuk beratus kalinya selama hamper sebulan ini.
“Ama temen, Ray.” Jawab Agni singkat.
“Temen kok keluarnya malem minggu sih?” sungut Ray. Mukanya di tekuk. Cemberut gitu.
“Emang sejak kapan peraturannya, malem minggu nggak boleh jalan ama teman?” Tanya Agni yang sibuk ngeliatin hp nya. Kayak nunggu-nunggu sesuatu.
“Ya, nggak ada sih. Tapi, masa gue di anggurin.” Rengek Ray.
Tiiiinnnn…
“Udah ya, Ray. Temen gue udah dateng tuh. Lo ajak Ozy,ama Deva aje ke sini biar nggak sendirian . Di kulkas ada pudding,bronis,ma es coklat , kalo lo mau camilan.” Ujar agni sebelum berlari keluar.
“Siapa sih temennya itu, ampe-ampe gue di cuekin.” Dumel Ray, yang ngikutin Agni. Ia mengintip dari jendela. Matanya hampir keluar saat motor Cagiva hitam yang sangat ia kenali itu.
“Shiitt.. ternyata tu orang.” Maki Ray.
@@@
Cakka memberikan satu jagung bakar yang di belinya pada Agni. Lalu ia duduk di sebelah Agni. Di bangku panjang sebuah taman.
“Wah, ini malem minggu terakhir kita ya?” Tanya Cakka. Agni mengangguk. “Mau lanjut nggak?” Tanya Cakka.
“Hah?” Agni kaget.
“Hahaha, mukanya lucu banget sih.” Cakka menarik hidung Agni pelan.
“Ihh, apaan sih, sakit tauk.”
“Mau yah?” Tanya Cakka. Manatap Agni dari samping.
“Mau apa?” Tanya Agni balik. Menoleh ke Cakka. Mata mereka bertemu.
“Mauuu..” Cakka mendekatkan wajahnya ke wajah Agni.
“Kak Cak…” Bibir Cakka mendarat di bibir Agni. Lembut, hangat, dan basah. Cakka memainkan bibir bawah Agni. Lembut, tanpa paksaan tapi mengharapkan balasan. Mengambarkan perasaan Cakka? Perlahan Agni membalas ciuman Cakka.
@@@
“Ni, mau berangkat bareng gue nggak?” Teriak Ray.
“iya, tunggu bentar.” Agni balas teriak dari dapur.
“Elo bikin apa sih?” Tanya Ray bingung saat melihat Agni memasukkan potongan roti isi ke dalam kotak bekal.
“Bekal.” Jawab agni pendek, padat, dan jelas.
“ya elah, Ni. Anak kecil juga tau kalo lo bikin bekal. Tapi buat siapa?” Tanya Ray.
“Ihh, lo kok jadi bawel sih. Mending sekarang kita buruan pergi kalo nggak mau lo kesiangan.” Ujar Agni sambil berlalu dari hadapan Ray.
@@@
“Udah, sna buruan lo pergi.” Ucap Agni setelah turun dari boncengan motor Ray.
“Ceritanya, ngusir nih?” Tanya Ray cemberut.
“Bukan ceritanya, tapi sesungguhnya. auh sono pergi lo.” Usir agni.
“Agni mah gitu ahh.” Rengek Ray.
“Ray, nyadar nggak sih lo, lo lagi di mana? Seragam lo itu mencolok banget di sini.” Ucap Agni gemes melihat tingkah Ray.
“ya udah deh, gue pergi nih.” Ray memanyunkan mulutnya. Ngambek.
“OKe, ati-ati ya. Bye.” Agni langsung ngibrit dari hadapan Ray.
Ray tampak tersenyum puas. Dia emang sengaja menurunkan Agni tepat di depan gerbang SMA Nuburaga, bukan di halte dekat sekolah Agni seperti biasanya.
@@@
Agni menhentikan langkahnya saat Cakka tiba-tiba menghadang jalannya. Agni menatap Cakka dengan wajah bingung. Muka Cakka itu loh, kayak orang marah.
“Kak Cakka kenapa?” Tanya Agni.
“Dengan siapa lo dateng tadi?” Tanya Cakka dengan rahang mengeras.
“Hah?” Agni sedikit bingung.
“Gue Tanya ama lo, elo di anter siapa tadi?” Tanya Cakka lagi, suaranya naik sati oktaf. Anak-anak yang ada di koridor langsung menatap mereka bingung.
“Kak Cakka kenapa sih? Dateng-dateng kok marah.tdi gw di anter sama ...” Wajah Agni tampak bingung.
“Apa karena dia lo nggak ngejawab pertanyaan gue kemaren malem?” Tanya Cakka tajam.
Agni menunduk. “Iya..” gumamnya.
Cakka mendengus. “Oke, sekarang gue tau. Anggep aja gue nggak pernah ngomong gitu ama lo.” Cakka mundur beberapa langkah, dan berbalik meninggalkan Agni.
@@@
“Udah dong, Ag. Nggak capek apa dari tadi nagis mulu.” Bujuk Via.
“Hiks, hiks, apa coba salah gue,Vi? Pada hal gue mau nerima dia hari ini.” Ucap Agni di sela tangisnya.
“HAH? Lo mau nerima kak Cakka?” Tanya Via. Agni menangguk. “Trus si Ray mau lo kamanain?” Tanya Via.
“Loh? Apa hubungannya ama Ray coba?” Tanya Agni bingung.
@@@
Cakka mengerem motornya kuat, saat tiba-tiba sebuah motor cagiva putih menhadang jalannya. Cakka mendengus saat menyadari siapa si penghadang. Cakka membuka kaca helm fullface nya.
“Turun lo.” Kata si cowok penghadang. Cakka membuka helmnya dan turun dari atas motornya.
“Mau apa lo? Mau bales dendam?” Tanya Cakka dengan nada remeh.
“Kalo iya, mau apa lo…” Ray melayangkan tinjunya ke wajah Cakka. Cakka tak bisa mengelak dari serangan tiba-tiba itu. Cakka tersungkur di aspal. Ray menarik kerah baju Cakka, sampai Cakka berdiri.
“Kalo lo dendam ama gue soal Acha, itu urusan lo ama gue. Nggak usah bawa-bawa Agni.” Seru Ray di depan muka Cakka. Cakka tersenyum sinis.
“dia aja yang terlalu MURAHAN.” Ucap Cakka menekankan kata murahan.
Buuuk..
Ray memukul perut Cakka sampai kembali tersungkur. “Sekali lagi elo ngehina ADIK gue, gue nggak akan segan-segan ngabisin lo.” Ujar Ray lalu meninggalkan Cakka yang masih tersungkur di aspal sambil memegangi perutnya.
“Adik?” gumam Cakka di sela ringisannya.
@@@
“Jadi Ray, itu kakak tiri lo?” Tanya Via yang kurang percaya dengan cerita Agni.
“Iya, gue ama Ray itu satu ayah. Nyokap gue, istri kedua. Mereka meninggal waktu gue umur 5 tahun, setelah itu gue di besarin ama mama Ira. Sekarang mama Ira ngurusin perusahaan Ayah di singapura. Biasanya pulang sebulan sekali.” Cerita Agni.
“Sumpah, gue nggak pernah ke pikir kalo kalian itu sodara. Gue kira dia pacar lo yang kerjaannya nangkring d rumah lo.” Ucap Via polos.
“Emang kami bener-bener nggak mirip ya?” Tanya Agni.
“Hmmm… kalo di liat-liat lagi, kalian mirip kok. Tapi, orang bakal ngira kalian pacaran, keakraban kalian itu loh, kaya orang pacaran bukan sodara.” Jelas Via.
Seketika mata Agni melebar. “Apa mungkin karna itu Cakka marah ama gue? Karna dia ngira gue ama Ray pacaran.” Seru agni. Via menatap Agni.
“Bisa jadi begitu.”
“Agniiiii…. Rayyyy.. mama pulang.” Teriak seseorang dari lantai bawah.
“Mama?” Via tampak bingung.
“Itu mamanya Ray. Tapi ini kan belum jadwal dia pulang.” Gumam Agni. Dan segera melesat turun ke bawah.
@@@
Setelah 2 hari menghindari Agni, akhirnya Cakka memasuki kelas 10.c. Kelas Agni. Di carinya sosok itu, tapi Agni nggak ada di sana.
“Ehem.. nyari siapa kak?” Tanya Via yang berdiri di belakang Cakka. Cakka langsung membalikkan badannya.
“Eh, Via. Gue nyari Agni nih. Agni ada?” Tanyanya.
“Hmm.. sayang banget dia nggak sekolah kak.” Jawab Via.
“Nggak sekolah? Kenapa? Dia sakit?” Tanya Cakka tampak khawatir.
“nggak kok. Cuma ada acara keluarga aja.” Jawab Via, tersenyum masam. Menatap Cakka iba. Why?
Cakka menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Oh, kalo gitu gue balik ke kelas dulu ya.” Ujarnya, lalu kembali berjalan ke kelasnya dengan tangan kosong.
Via yang melihat itu hanya menghela nafas.
@@@
“Ag, elo yakin mau nerima pertunangan itu?” untuk kesekian kalinya Via melontarkan pertanyaan yang sama.
“Yakin, nggak yakin gue harus nerima pertunangan ini, Vi.” Jawab Agni yang juga untuk kesekian kalinya.
“Trus kak Cakka gimana?”
“ya, nggak gimana-mana.”
“Emang lo nggak bisa nolak?”
Agni menghela nafas. “nggak bisa,Vi. Gue nggak bisa nolak permintaan mama Ira. Dia satu-satunya orang tua gue. Dia yang ngasuh gue dari kecil, Vi. Gue yakin pilihan mama Ira pasti yang terbaik buat gue.” Ujar Agni sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya.
Via memeluk sahabatnya itu. Air matanya ikut jatuh.
Seseorang yang dari tadi menguping pembicaraan meraka pun ikut menitikkan air mata.
@@@
Cakka dengan percaya dirinya memasuki tempat nongkrong anak anak Nuvato. Sontak anak-anak nuvato (termasuk Ozy,Ray,dan Deva) langsung siaga. Mau apa coba musuh masuk markas kita, sendirian lagi, kira-kira begitu lah yang ada di pikiran anak-anak itu.
“Gue ke sini bukan nyari ribut ama lo-lo pada. Gue Cuma nyari Ray.” Ucap Cakka datar.
Anak-anak Nuvato saling tatap. “Mau apa lo nyari gue.” Tiba-tiba seseorang berjalan di antara anak-anak Nuvato.
“Gue perlu ngomong berdua ama lo.” Ujar Cakka melirik anak-nak Nuvato yang siap siaga menerkamnya. Kayak Cakka bakal takut aja.
Ray mengisyarat agar teman-temannya mundur dengan gerakan tangannya. “Mau ngomong apa lo ? kayaknya penting banget, ampe lo nyamperin sarang macan.”
“Ini tentang Agni.”
Ray mengangkat sebelah alisnya. “Agni? Wow, segitu pentingnya kah sodara gue, sampe the King of Nuburaga SHS berani nyerahin nyawanya?” Ejek Ray.
“Ray, gue serius.” Rahang Cakka mengeras. Kalo bukan demi Agni, amit-amit banget dia bakal berramah-tamah ama musuhnya ini.
Muka Ray berubah serius. “Elo terlambat. Malem ini dia bakal jadi tunangan orang.” Ujar Ray sambil menepuk-nepuk pundak Cakka. “Elo yang sabar.” Lalu Ray pergi meninggalkan Cakka yang terdiam. Shock berat.
@@@
“Ni, elo yakin?” Tanya Ray menatap saudaranya itu serius.
“Udah deh, Ray. Jangan bikin gue makin bingung dong.” Seru Agni, matanya mulai berkaca-kaca, ia menatap ke langit-langit, agar air matanya tak jatuh dan merusak hiasannya.
Ray menepuk pundak Agni pelan. “Udah, jangan nangis. Entar dandanannya rusak. Mending sekarang kita turun.” Agni mengangguk. Mreka berdua keluar dari kamar Agni.
@@@
Cakka menatap rumah mewah yang ada di hadapannya. “Pa, papa yakin ini rumah kolega papa yang anaknya mau tunangan?” Tanya Cakka.
“iya, ayok masuk. Kita udah telat nih.” Papa Cakka berjalan di depan Cakka.
“Ayo, Kka. Udah sampe di sini, masa nggak masuk.” Mama Cakka menarik tangan Cakka.
Cakka menelan ludahnya dengan sukar. ‘Tau gini mending nggak dateng sama sekali deh.’ Batinnya.
Cakka memasuki rumah itu, tepat saat seorang cewek cantik menuruni tangga. Cakka menatap Agni terpesona.
“Kalo suka jangan di pelototin aja. Samperin dong.” Bisik mamanya di telinga Cakka. Cakka menoleh ke mamanya. Mamanya tersenyum. “Kalo mamah dan papah bilang kamu mau di tunanganin pasti kamu nolak. Padahal mama udah suka banget ama Agni.” Ujar Mamanya.
“Ja…jadi yang mau di tunanganin ama Agni itu Cakka?” Tanya Cakka, tampak tak percaya. Menatap mama, papa, dan tante Ira. Kompak ketiga orangtua itu mengangguk.
Cakka menoleh ke Agni yang tampak sangat cantik malem ini. “kalo jodoh emang nggak kemana ya.” Ujarnya pada Agni.
Agni menunduk, air matanya mulai jatuh. Cakka yang melihatnya langsung panik. “Loh, loh? Kok nangis?”
“Gara-gara lo nih.” Ucap Agni, memukul dada Cakka.
“Kok gara-gara gue?”ucap Cakka bingung
“iya, gara-gara lo dandanan gue jadi jelek. Gara-gara elo gue jadi bingung, harus milih sodara apa cowok yang di suka.” jelas Agni
“Sekarang nggak bingung lagi kan?” Tanya Cakka.. Agni menggeleng.
“Ekhem, ekhem.. kayaknya ada yang harus minta restu ama calon kaka ipar nih.” Ujar Ray, pura-pura mikir.
“Emang kudu?” Tanya Cakka polos,.
“Wanjirrrrr..awas lo ye..“ Ray mengancam Cakka
“bodo,,ngapain gw minta restu sama ketua genk Nuvato yg rese abiss.. gengsi lah yaww,,weeee“ menghindar sambil menjulurkan lidahnya..yang membuat semuanya tertawa.
~~~~~~~~~~~~~
THE END ~~~~~~~~~~~~~
Detik Terakhir
Agni pov
Aku ? aku hanyalah seorang cewek yang mungkin udah gak ada harapan hidup. Aku divonis terkena kanker hati stadium 3. Belum sampai akut sih, tapi kesempatan aku hidup itu kecil banget. Agni Tri Nubuati itu namaku. Aku beruntung banget mempunyai 2 orang sahabat. Allysa saufika ummari dan Cakka Cawekas Nuraga. Mereka adalah sahabat-sahabat ku dari kecil. Aku juga mempunyai seorang kekasih. Mario Stevano Aditya Haling. Demi mereka aku bertahan hidup. Hanya Cakka yang tau tentang penyakitku. Aku tidak tega untuk memberitaukan kepada ify dan Rio.
Ify pov
Aku Ify, sahabat Agni dan Cakka. Aku sangat sayang sama mereka berdua. Tapi aku menghianati Agni. Aku suka dengan Rio yang notabene adalah kekasih Agni. Aku suka dengan Rio sebelum Agni mengenal Rio. Aku gak mau egois. Aku ingin melihat Agni bahagia, dan aku ingin menjadi sahabat yang baik buat Agni. Aku tau Rio hanya cinta ama Agni. Makanya aku merelakan Rio untuk Agni.
Cakka pov
Cakka Kawekas Nuraga atau cukup dipanggil cakka. Aku sahabat dari Agni dan Ify. Aku kasihan ngeliat Agni. Agni divonis kena kanker hati stadium 3. Aku yang selalu nemenin Agni check up ke rumah sakit. Jujur aku sayang banget ama Agni. Sayang aku ke Agni itu beda ama sayang aku ke sahabat aku Ify. Bahkan bisa dibilang aku itu cinta ama Agni. Agni gak pernah tau apa yang aku rasakan. Aku nggak egois. Aku seneng kalo ngeliat Agni bahagia dengan Rio.
Rio pov
Aku bukan cowok yang bisa dibanggain. Aku bodoh. Jujur di satu sisi aku sayang banget ama Agni, tapi di sisi lain aku juga cinta ama Ify. Aku gak tau aku harus gimana. Aku jalanin aja sekarang yang ada. Aku gak mau kehilangan Agni, dan aku juga pengen milikin Ify.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“Ni, pulang yuk udah sore nih”
“bentar Cak, 5 menit lagi. Aku masih mau nikmatin udara di danau ini”
“besok kan masih bisa Agni. Besok aku janji deh nganterin kamu lagi kesini”
“janji yah, iya deh pulang yuk”
Agni dan Cakka emang sering mendatangi danau,,dimana danau itu adalah danau masa kecil mereka. Sewaktu mereka kecil mereka selalu bermain disana..
@motor Cakka
“pakai jaket aku deh ni, udah sore nih. Ntar kamu sakit lagi” Cakka khawatir dan melepas jaket motif blaster hitam putih miliknya.
“thanks Cak”
Sampai di rumah Agni.
“thanks Cak udah nemenin aku hari ini” ucap Agni ditambah dengan senyum
“samasama Agni” cakka mengacak-acak lembut rambut Agni
“gak mampir Cak?”
“gak ahh, udah mau maghrib nih, aku pulang dulu ya” tolak cakka
“thanks cak” Agni memberikan senyum manisnya lagi
Cakka hanya membalas senyum Agni
----------------------------------------------------------skip-------------------------------------------------------------------------
Keesokan harinya.
“ma, pa, dev, Agni berangkat dulu ya” pamit'a dengan muka yang agak pucat
“kamu beneran mau sekolah sayang ? muka kamu masih pucet tuh, semalem kan penyakit kamu kan kambuh” ucap mamanya
“udah gak apa-apa kok ma. Agni udah di tunggu Rio tuh, dah mama” Agni langsung ngibrit ke depan rumah
Di depan rumah Agni, Rio udah nangkring di atas kap mobil Honda jazz putih miliknya
“hai Yo, udah lama nunggu ?” sapa Agni
“oh enggak kok, baru aja. Ni kenapa muka kamu pucet banget. Kamu sakit ya?” Rio khawatir
“ohh gapapa yo. Aku Cuma pusing dikit aja kok” elak Agni
“ya udah, tapi nanti kalo gak kuat bilang aku ya, biar nanti aku anter kamu pulang” nasihat Rio
“sippo, yuk ahh berangkat. Telat ntar”
@Sekolah
Sepanjang pelajaran Sejarah Agni merasa perutnya sakit sekali. Dia udah berkali-kali ijin ke kamar kecil untuk muntah. Ify semakin khawatir dengan Agni.
“Agni, kamu aku anter pulang yah. Mukamu pucet banget. Kamu kenapa sih ? dari tadi bolak-balik ke kamar mandi?” Tanya Ify saat pergantian jam pelajaran
“hah, aku gapapa kok” katanya dengan memaksakan seulas senyum
‘aku gak yakin kamu gapapa, pasti ada yang kamu sembunyiin dari aku’ ucap Ify dalam hati
Tiba-tiba Agni merasakan sakit di perutnya. Beda dari bisaanya, kali ini sakitnya berkali-kali lipat. Agni meremas perutnya, dan menyembunyikan sakitnya itu. Tapi akhirnya ia tidak bisa menahannya.
“awww.. pee..rr..uutt. gu..uu.eee .ss.aaa..kk..i.iitt .bba.nn.gggeeett .ff.ffy” ucap Agni terbata-bata
“aduh Ni tahan bentar ya aku telfon Rio dulu” ucap Ify tergesa-gesa
“halo yo,cepetan ke kelas gw. Agni sakit, katanya perutnya sakit banget. Cepet yo” ucap Ify tergesa-gesa
“iya iya aku ama cakka langsung kesana” Rio langsung ngibrit ke kelas Agni
“cak, ikut gue ke kelas Agni ama ify katanya Agni sakit” Rio langsung menarik cakka
Agni masih berusaha menahan rasa sakitnya itu. Tapi lama-kelamaan pandangan Agni buram dan akhirnya ia jatuh pingsan. Ify semakin bingung sekarang. Tak lama kemudian Rio dan Cakka datang
“kenapa ama Agni fy?” Tanya Rio khawatir
“aku juga gak tau tiba-tiba aja dia sakit perut” kata ify
“kita bawa ke rumah sakit aja sekarang” ucap cakka
Rio dan cakka langsung membopong Agni ke mobil Rio. Agni ditidurkan di jok tengah, sedangkan ify memangku kepala Agni. Cakka masih di sekolah meminta ijin guru piket.
Sesampainya di rumah sakit Ify menelpon orang tua Agni
Tak lama kemudian orang tua Agni dengan Deva datang.
“gimana dengan Agni, fy ?” Tanya mama Agni cemas
“ify belum tau tante, Agni masih ditangani dokter” ucap ify
“emangnya Agni kenapa tan ? Agni sakit ?” Tanya Rio serius
“sebenarnya…… Agni terkena penyakit ka..nn..kkkee…rr hhaa…tt…ii… sta..dium 3” ucap mam Agni ragu
Ify dan Rio shock mendengarnnya. Ify langsung menangis sejadinya di pelukan cakka.
“gak, gak mungkin tan.. gak, tante bohong kan , tante Cuma becanda kan ? bilang ama kita tan kalo tante Cuma bohong. Bilang tan” ucap Rio tidak percaya
Cakka yang sudah tau hanya bersikap biasa.
“itu bener yo” mama Agni hanya menunduk
Rio yang awalnya berdiri bersandar di tembok kemudian merosot ke bawah dan duduk di lantai. Kedua kakinya ia tekuk dan meremas kepalanya..
“arrrggggggghhhh” teriak Rio dan mengepalkan tangannya kuat-kuat
Deva menghampiri Rio dan menenangkan Rio.
“sabar kak, kita berdoa aja semoga kak Agni gak kenapa-napa” ucap deva sembari menepuk pundak Rio
‘aku tau yo kamu pasti sakit banget ngedenger kabar ini. Aku yakin Agni sekarang ini lagi butuhin kamu, aku relain Agni buat kamu yo. Aku mau yang terbaik buat Agni’ ucap cakka dalam hati
‘Agni, aku gak mau kehilangan kamu, aku gak mau kehilangan sahabat aku. Aku mau kamu kuat ni.. Aku masih mau kamu nenemin aku. Aku sekarang relain Rio buat kamu, aku tau kamu ngebutuhin Rio. Aku iklas ni. Asal kamu bahagia’ batin ify yang sekarang nyender di bahu cakka
‘ahhhhhhhh aku bodoh, aku cowok macem apa? Jujur aku udah gak ada rasa ama Agni, tapi aku gak mau kehilangan dia. Agni butuh aku sekarang, aku harus nyingkirin dulu perasaan suka aku ke ify. Aku juga gak mau kehilangan kamu ni. Aku sayang ama kamu, meski gak sesayang dulu’ batin Rio
Mereka bertiga sibuk dengan perasaannya masing-masing
2 jam kemudian
Dokter keluar dari ruang ICU. Orang Tua Agni menghampiri dokter.
Rio tersadar dari tidurnya yang sudah berpindah tempat di sebelah ify langsung menghampiri dokter.
“gimana keadaan Agni dok” Tanya papa cemas
“Agni baik-baik aja kan dok?” Tanya Rio khawatir
Ify dan cakka terbangun juga dari tidurnya dan menghampiri dokter
“emm sebenarnya penyakit Agni ini sudah mencapai stadium akhir, dan kami sudah tidak bisa lagi untuk menyembuhkan penyakit Agni. Salah satu caranya adalah dengan cara transpalasi hati” ucap dokter tersebut
Ify kembali menangis, ia sudah tidak kuat menahannya. Rio memeluk ify bermaksud untuk menenangkan ify.
“tapi kemungkinan Agni sembuh masih ada kan dok?” Tanya cakka
“saya tidak bisa memperkirakan, kemungkinan itu sangat kecil sekali” ucap dokter tersebut
Mama Agni tak sanggup mendengarnya,ia menangis sejadi-jadinya di pelukan papanya agni. Deva pun juga menangis.
“pak bu, ada yang mau saya bicarakan, bisa keruangan saya?. Oh ya agni sudah sadar, kalian boleh menjenguknya” ucap dokter lagi
“makasih dok” ucap cakka
Mereka masuk ke kamar agni, orang tua agni ke ruangan dokter yg menangani agni
“elah, napa kalian semua pada merah noh mata?” agni berusaha untuk tidak terlihat lemah
“jangan sembuyiin rasa sakit kamu ni” ucap cakka
“sakit apaan sih? Aku gak sakit tau, aku Cuma kecapean” elaknya
“tega kamu ni boongin aku , aku tau kamu sakit kanker hati, udah gak usah sandiwara buat nutupin penyakit kamu ni” bentak ify yang masih sesenggukan
“maaf” ucap agni
“napa kamu gak cerita sama aku, dan ify ni? “ ucap rio lembut
“aku gak mau ngerepotin kalian, aku gak mau bikin kalian sedih, aku gak mau jadi beban kalian. Aku mau nikmatin detik detik terakhir aku” tak terasa buliran air mata agni jatuh
“stoooppp aku gak mau kamu bilang kalo ini itu detik terakhir kamu, aku yakin kamu sembuh. Aku mau kita sama-sama lagi” ucap ify dengan nada yang awalnya tinggi menjadi melemah
“aku gak yakin aku bisa sembuh”
“o ya yo, aku mau ngomong ama kamu”
Weeeeehh kayaknya kita musti keluar nih cak, kami tunggu di luar ya ni” pamit ify yang langsung narik tangan cakka untuk keluar.
“idih santai aja mbak nariknya , sakit tau” ucap cakka saat mereka sudah berada di luar
Ify melepaskan tangannya dan langsung memeluk cakka sambil menangis. Cakka yang mengerti perasaan ify hanya mengelus kepala ify dan menuntun ify untuk duduk di kursi panjang
“aku bego cak, udah tau rio itu pacar agni. Kenapa aku harus naruh hati ama rio? Aku udah terlalu cinta ama dia cak. Aku ga mau agni kecewa ama aku. Tapi aku juga cemburu kalo ngeliat mereka” ucap ify sesenggukan
“aku juga sama fy” ucap cakka sambil menatap lurus ke depan
“maksudnya?” Tanya ify bingung
“jujur aku sayang ama agni, tapi rasa sayang aku ke agni ini beda dengan rasa sayang aku ke kamu. Aku cinta ama agni. Jauh sebelum agni kenal rio….”
“aku gak mau egois fy, aku ngerelain agni buat rio. Aku mau dia bahagia meski bukan dengan aku.” Sambung cakka
“aku gak tau harus berbuat apa sekarang, aku gak mau kehilangan agni” ucap ify
“kamu harus relain rio fy, sama seperti aku harus relain agni.” Jawab cakka sambil menatap mata ify
“aku akan berusaha cak” balas ify
Sementara di kamar rawat agni
“yo, aku rasa aku bukan yang terbaik buat kamu” ucap agni sembari menundukkan kepalanya
“sssssttttt” rio meletakkan jari telunjuknya di bibir manis agni
“kamu yang terbaik buat aku, dan aku sayang ama kamu ni” ucap rio
“masih banyak yo cewek yang lebih sempurna dari pada aku, dan masih ada cewek yang bisa mencintai kamu lebih dari aku” ucap agni
“tapi gak ada yang sesempurna kamu. Dan gak ada yang lebih baik dari pada kamu ni”
Rio menatap mata agni lembut, terpancar jelas bahwa agni lemah sekarang
“makasih yo” ucap agni
“u’r welcome my princess” kata rio
Keesokkan harinya agni sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah stabil.
@agni home
“mama, agni besok boleh sekolah lagi yah ma “ bujuk agni
“agni sayang kondisi kamu itu asih lemah, masa besok mau sekolah” tegas mamanya
“yah mama aku kan kangen temen-temen, boleh yah ma. Mama baik deh” rayu agni
“jaaaahhhh ada maunya aja ngerayu mama kamu kak” deva nyahut
Agni cuma nyengir kuda
“ya udah deh, tapi nanti kalo kamu emang gak kuat, kamu ijin pulang aja” mama pasrah
“yeeeeee mama baik deh, makasih mommy” Agni memeluk dan mencium pipi mamanya
“ckckckckck girang amet dah” ucap deva
“sewot kamu dev”
Keesokan harinya
“pagi ma, pagi pa, pagi belo” sapa agni yang langsung ngambil roti dan mengolesinya dengan selai kacang
“setdah kak, bagus dikit napa manggilnya masa belo sih.” Deva manyun
“ahahahahaha, emang kamu belo kan?” ledek agni
“what ever” deva tambah manyun
“o ya dep, kamu anterin aku ya. Rio ada rapat osis, jadi dia berangkat duluan”
“kagak. Kamu udah manggil aku belo, nd manggil nama aku dep. Nama aku itu DEVA kakak, bukan DEPA or BELO” dengan sedikit penekanan pada kata yang di capslock penulis
“iye iye deva, anterin aku yah” rayu agni
“iye, yuk ahh cabut”
“ma pa deva ama agni berangkat dulu ye”
“daaaaaaa mama daaaaa papa” pamit mereka berdua
@sekolah
“agnooonnnnnnnggggggg, aku kangen kamu Agni sayonngg” ify histeris dan angsung meluk agni yang baru datang
“busssseeeeet dah lu fy, baru kemaren kagak ketemu aja udah kangen kamu, gimana kalo aku udah gak ada”
“pliiiissss deh ni , aku gak mau kamu omongin tentang itu. Aku gak mau dengernya” ucap ify
“yah yah yah, ehh mana cakka?”
“auu ahh elap, mungkin dikelasnya”
Tak berapa lama bu ira selaku wali kelas mereka datang
-Skip-
Teeeeeeeeeeeeeeeeetttttttttttteeeeeeeeeeeeeeettttttttttttt
(gak enak banget dah belnya)
@kantin
“buseeettt dah fy ulangan matematika tadi susah banget.”
“bahahahaha perasaan mudah banget dah , kamu nya aja yang kagak belajar”
Mereka berdua ngobrol tentang ulangan matematika tadi semabari meminum jus tomat yang mereka pesan
“heihhoooo my sob” sapa cakka yang baru datang menyerobot jus agni dan meminumnya hingga habis
“ya elah cak, aku baru minum dikit tuh jus udah kamu abisin, ganti kagak kamu.”
“neh minum aja punya ify” cakka mengambil paksa jus ify dan memberikannya pada
“woy gembel, ini punya aku teplon. Gantiin noh jus agni” ify merebut kembali jusnya
“iye iye bentar aku pesenin” cakka kemudian membeli jus
Selang beberapa detik rio datang
“hey” sapa rio sambil tersenyum ke arah ify dan agni
“hey juga” balas agni
Ify hanya tersenyum ke arah rio
“mana cakka ? tumben berdua doang?” Tanya rio
“lagi pesen minum” jawab ify
Tak berapa lama cakka datang membawa jus
Selama istirahat berlangsung mereka hanya mengobrol dan bercanda ria di kantin
Teeeeeeeeeeeeeeetttttttttttt
Bel tanda pelajaran terakhir pun berbunyi, mereka kembali menuju kelas masing-masing
Selama pelajaran berlangsung, Agni merasakan perutnya sakiiitt sekali. Ia berusaha menyembunyikannya dari ify. Tapi sial, ia mengerang kecil
“ni, penyakit kamu kambuh lagi?”
“hh gak apaapa fy hh” ucap Agni menahan rasa sakitnya
“ya ampun ni, hidung kamu berdarah, kamu kenapa ?”
“hhhhh sa…kkiiittt fyyy hhh” ucapnya terbata-bata
Ify bergegas meminta ijin dengan bu winda dan membawa Agni ke uks
@kelas cakka dan rio
“yo perasaan aku gak enak nih”ucap cakka setengah berbisik
“maksud kamu?”
“aku ngerasa ada hal buruk yang terjadi ama agni”
“aku juga”
Tak berapa lama pesan masuk dari hp cakka dan rio
From: ify ‘allysa’
buruan ke uks, agni kambuh
Lalu mereka berdua ijin untuk ke uks
@uks
Agni pingsan di uks , mereka bertiga
langsung membawanya ke rumah sakit.
@rumah sakit
“udah fy jangan nangis terus dong, agni gak butuh tangisan kamu. Dia butuh senyuman dan semangat” rio merangkul ify dan menenangkan ify
Cakka sedang berusaha menelpon orang tua agni
10 menit kemudian orang tua agni datang ke rumah sakit
“gimana agni nak cakka?” Tanya papa agni
“dia kritis om”
Mama agni menangis sejadinya, ify masih menangis di pelukan rio, sedangkan cakka terus”an berdoa agar agni selamat
Tak berapa lama dokter keluar
“gimana dengan agni dok?” Tanya mama agni setengah sesenggukan
“keadaan agni semakin memburuk, saya akan terus berusaha bu, o ya agni sudah siuman kalian boleh meliahatnya. Dan ibu dan bapak boleh ke ruangan saya ? ”
baik dok” ucap papa agni
Usap air matamu
Dekap erat tubuhku
Tatap aku sepuas hatimu
“agnnnnniiiiiiiiiiiiiii..” jerit ify dan langsung memeluk agni
Agni hanya tersenyum simpul
“jangan nangis fy” ucap agni
Ify melepas pelukannya
“hay sayang” sapa rio dan tersenyum kearah agni
“hay” balas agni
“oh ya yo, mulai sekarang kita putus ya” ucap agni sambil tersenyum
Cakka, rio, dan ify kaget
“kenapa ?? Kan aku udah bilang ke kamu kalau aku itu tetap nerima kamu apa adanya” jawab rio cepat
“maaf yo, aku udah gak suka lagi sama kamu. Aku mencintai seseorang” jawab agni
“hmmm, kalau itu maumu aku gak maksa” kata rio tersenyum
“masih ada cewek yang lebih cinta kamu yo” ucap agni sambil melirik ke ify
“siapa?” Tanya rio
“tuh sebelah kamu”
Muka ify langsung merah
“ahhhhhh” erang agni
agni merasakan bahwa perutnya kembali sakit
“agni kamu kenapa ? aku panggil dokter ya” ucap cakka cemas
“biar aku aja yang panggil dokter” cegah rio
“NI tahan bentar ya” ucap cakka sambil menggenggam erat tangan agni
Ify hanya menangis kecil sembari mengelus rambut agni
Rio berlari keluar mencari dokter yang menangani agni
Tak lama kemudian dokter datang dan segera memeriksa agni
Mereka semua menunggu diluar dengan cemas
30 menit berlalu dokter keluar dari ruang rawat
“ada yang bernama cakka? Pasien mencari orang yang bernama cakka” ucap dokter
“saya cakka dok”
“pasien mencari anda”
Cakka masuk ke ruangan
“Ni” panggil cakka pelan
“hay cak” sapa agni dengan nada lemah
“cak, aku cinta ama kamu” ucap agni dengan lemas
“serius ni? Aku juga cinta ama kamu” jawab cakka dengan wajah gembira
Agni mencoba duduk, dan dibantu oleh cakka
“cak, temenin aku ke danau” pinta cakka
“hah? Yang bener aja ni? Kondisi kamu lemah banget”
“pliiissssss, permintaan terakhir ku” Agni memohon
“okedeh, aku coba ngomong ama dokter”
Agni tersenyum lega, setelah pro kontra dengan dokter akhirnya cakka di perbolehkan mengantar Agni ke danau
@danau
Nikmati detik demi detik
Yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
Yang mingkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gudahmuu….
Mereka berdua duduk di depan danau, agni meletakkan kepalanya dipundak cakka. Tangan cakka berada dipundak Agni
“cak, aku sayang banget sama kamu” ucap Agni pelan
“aku juga sangat sayang sama kamu” balas cakka sembari mengelus pipi Agni lembut
“aku mau di detik terakhir aku, aku slalu sama kamu” ucap Agni
“jangan ngomong gitu ahh, aku gak mau kehilangan kamu nii” ucap cakka lembut
“tapi aku ngerasa waktu gak lama lagi cak, aku udah lelah dengan penyakit ini” ucap Agni dengan nada pasrah
“aku sayang sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu”
Cakka mengecup kening Agni lama
“cakk, nyanyi buat aku dong” pinta Agni
Kan ku abaikan segala hasratku
Agar kaupun tenang dengannya
Ku pertaruhkan semua ragaku
Demi dirimu bintang
Biarkanku menggapaimu
Memelukmu, memanjakanmu
Tidurlah kau dipelukku
Dipelukku , pelukanku
Biarku pendam
Seluruh hasratku
Tuk miliki dirimu
Karna semua
Tlah tersiratkan
Dirimu kan milikku
Biarkanku menggapaimu
Memelukmu, memanjakanmu
Tidurlah kau dipelukku , dipelukku
Pelukanku
“makasih cak, kalo aku sudah gak ada, kamu mau gak nyanyiin lagu itu sebelum aku dimakamin?” pinta Agni
“nah ngaco lagi kan”
“serius cak, jawab dong mau gak”
“everything for you my princess” cakka mengacak-acak rambut Agni
Cakka memeluk Agni hangat. Agni merasa waktunya sudah habis, ia memejamkan matanya. Cakka merasa Agni tidak bergerak
“Agni, bangun ni, pulang yuk” cakka membangunkan Agni
“ni… Agni sayang” cakka mengusap-usap pipi Agni tetapi tak bereaksi
“AGNNNNNNNNNIIIIIIIIII……….” Teriak cakka sambil menangis
Akhirnya cakka menggendong Agni kembali ke rumah sakit, Agni segera ditangani oleh dokter
Ify dan mama Agni tak henti-hentinya menangis. Rio memeluk ify erat . deva ikut menangis. Cakka tampak takut akan kehilangan Agni
20 menit kemudian dokter keluar
“gimana dok? Anak saya selamat kan” Tanya mama Agni beruntun
“maaf bu pak, kami pihak rumah sakit telah berusaha untuk menyembuhkan. Tapi Tuhan berkata lain”
Semuanya shock mendengarnya . ify menangis sejadinya, rio ikut menangis kecil, mama Agni pingsan, deva menangis, cakka memeluk deva dan menangis kecil
“GAK… GAK MUNGKIN DOK, DOKTER BECANDA KAN,” ify tdk percaya
“udah fy, Agni udah tenang” rio menenangkan ify
“ARRRRGGGGGHHHHHHHH” cakka berteriak dan mengepalkan tangannya kemudian menghentakkan ke tembok.
“TUHAN KENAPA KAU AMBIL AGNI SECEPAT INI?” teriak cakka
“sudahlah kak cakka, kak Agni pasti gak mau kita semua sedih”
Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali
Mereka semua masuk ke ruangan Agni dan melihat tubuh Agni pucat dan tampak sekali ketenangan disana. Cakka menghampiri tubuh itu dan menyanyikan sebuah lagu yang dipinta oleh Agni
Biarkan ku menggapaimu
Memelukmu, memanjakanmu
Tidurlah kau di pelukku
Di pelukku , pelukanku
“I love you nii” bisik cakka dan mengecup kening Agni
2 tahun kemudian
“terima kasih buat semuanya yang sudah hadir di acara pelepasan murid-murid kelas XII. Baiklah sekarang kita tampilkan perform dari Rio dan ify” ucap MC
“kami akan menyanyikan sebuah lagu untuk mengenang sahabat kami yang sudah tiada Agni dan cakka. Kami harap mereka tenang disana dan di terima di sisi Tuhan” ucap rio
Yah.. cakka telah meninggal menyusul agni 2 minggu setelah kematian agni. Cakka mengalami kecelakaan maut yang harus merenggut nyawanya.
Kemudian mereka mulai di posisi masing-masing. Ify memainkan grand piano, sedangkan rio memainkan gitar. Dan mereka mulai bernyanyi
*RIO* berjanjilah wahai sahabatku
Bila kau tinggalkan aku tetaplah tersenyum
Meski hati sedih dan menangis
Ku ingin kau tetap tabah menghadapinya
*IFY* bila kau harus pergi
Tuk meninggalkan diriku
Jangan lupakan aku
*RIFY* semoga dirimu disana
Kan baik-baik saja
Untuk selamanya
Disini aku kan selalu
Rindukan dirimu
Wahai sahabatku
*IFY* berjanjilah wahai sahabatku
Bila kau tinggalkan tetaplah tersenyum
*RIO* meski hati sedih dan menangis
Ku ingin kau tetap tabah menghadapinya
*ify* bila kau harus pergi
Tuk meninggalkan diriku
Jangan lupakan aku
*RIFY* semoga dirimu disana
Kan baik-baik saja untuk selamanya
Disini aku kan selalu
Rindukan dirimu
Wahai sahabatku
*RIO* rindukan dirimu
Mereka menyudahi permainan mereka. Tidak sedikit orang yang memberikan standing applause. Tanpa mereka sadari, cakka dan Agni melihat permainan mereka dan tersenyum.
“kami sayang kalian rify” ucap Agni dan cakka
Langganan:
Postingan (Atom)