“Ni, lo yakin mau masuk SMA Nuburaga?” Tanya seorang cowok cakep berambut gondrong. Menatap gadis yang lagi memotong sayuran.
“Ya dong.” Jawab si cewek -Agni – yakin.
“Kenapa lo nggak masuk SMA gue aja?” Tanya si cowok lagi.
“Ray, sayooong. Elo kan tau gue dapet beasiswa di sana. Nggak mungkin dong gue lepasin kesempatan emas?” agni menghampiri Ray yang lagi duduk di meja makan. Di peluknya Ray dari belakang.
“Tapi, Ni. Elo juga tau kan kalo SMA Nuburaga itu musuh bebuyutannya SMA Nuvato. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa. Kalo mereka tau elo itu…”
“Gue bakal, nutupin hubungan kita.” Ucap Agni memotong ucapan Ray.
“Hah?” Ray kaget, tampak tak percaya. “Maksud lo, elo nggak mau ngakuin gue gitu?” Tanya Ray, menatap Agni tajam.
“Bukan gitu Ray.yah, elo kan bilang, gue bakal kenapa-kenapa kalo mereka tau gue ada hubungannya ama lo. Berarti kalo mereka nggak tau, gue aman-aman aja dong.” Jelas Agni.
Ray menatap gadis antic yang sudah berdiri di depannya ini. Ia menghela nafas. Agni bener-bener keras kepala. “Ya udah deh, tapi lo jaga diri ya.”
“siap bos.” Jawab Agni semangat. Senyuman tercetak di wajahnya.
@@@
Baak.. Buuk..
“udah gue bilang, jangan deketin Acha.” Ucap seorang cowok yang berambut harajuku. Buuk… cowok itu memukul rahang lawannya, yang baru berdiri setelah tersungkur. “Tapi, lo malah bikin dia nangis.” Ucapnya lagi.
Cowok berambut gondrong yang dari tadi jadi samaknya Cakka, berdiri lagi. Ia mengelap sudut bibirnya yang berdarah, dengan punggung tangannya. Ia mendengus. “Seppupu lo aja yang jadi cewek kege-eran.” Ujarnya yang membuat amarah Cakk makin memuncak.
Buuk…
Tinjuan Cakka kembali melayang.
@@@
Cakka. Alvin, Gabriel memakirkan motor cagiva masing-masing di depan sebuah warung bakso.
“Biar tau rasaa tuh anak, berani-beraninya dia mainin adek gue.” Ujar Cakka saat memasuki warung bakso. Alvin dan Gabriel mengikutinya di belakang.
“Yo’I bro. biar dia nggak macem-macem lagi ama lo.” Timpal Iel.
“Dan so pasti anak-anak Nuvato nggak berkutik lagi, jagoannya aja udah KO.” lanjut Alvin yang tersenyum puas. Selama ini Cakka sebagai leader mereka nggak mau nyerang duluan, sebab nggak ada alas an yang kuat. Tapi tadi Cakka kalap banget.
“And than, semua itu harus kita rayain.” Ucap Cakka yang sudah duduk di sebuah meja nggak jauh dari pintu masuk. “pesen sepuas kalian gue yang bayar. Sekalian panggil anak-anak yang lain.” Lanjutnya.
“Weess.. tau aja lo bro, kalo gue lagi laper.” Ucap Alvin. #iihapincakepcakepsukanyayanggratisan:D*._.Vpiece,alvinozsta
“Cewek, bro.’ ucap Gabriel, menunjuk dua cewek yang baru memasuki warung bakso *mataIeljelibangetkalongeliatcewel:p* dan lebih hokinya lagi, ceweek iu duduk di meja sebelah Cakka.
Cakka menyeringai, saat melihat cewek yang berambut sepunggung dengan mata dolleyes itu. “Gue yang rambut panjang.” Ucap Cakka.
“kalo gue sih terserah, yang satunya lagi cantik kok.” Timpal Iel.
“Kalo gue sih, mau baksonya aja.” Ucap Alvin yang udah ngeliatin menu dengan nafsunya.
“Yeee, elo mah makan mulu.” Iel meoyor kepala Alvin. “Mending lo telpon Rio aja sono.” Perintah Iel.
“iya,iya. Bawel banget sih, kayak emak-emak aja lo.” Sungut Alvin sambil mengeluarkan hp nya dari saku celana.
Cakka tak mengubris kedua temannya. Dia masih memperhatikan cewek dolleyes. Tak lama Cakka berdiri dan menghampiri dua cewek itu.
“Kerja cepat nih.” Gumam Iel.
Cakka berdehem. “Hai, mau makan bakso ya?’ Tanya Cakka yang sumpah, nggak mutu banget.
Si cewek dolleyes melirik Cakka. “keliatannya?’ Tanyanya balik dengan nada datar.
“kayaknya sih gitu.” Ujar Cakka yang seenak jidatnya duduk di sebelah cewek dolleyes. Si cewek dolleyes tampak risih dengan kehadiran Cakka. Sedangkan temannya tcuma mesem-mesem ngeliat Cakka. “O, iya. Kenalin gue Cakka. Kalian?” Cakka mengulurkan tangannya.
“Sivia, tapi panggil aja Via.” Ujar si teman cewe doleyes, menyabut uluran tangan Cakka. Yang sebenarnya di tujukan pada Agni. Tapi Cakka tetep tersenyum ramah, yang membuat wajah Via bersemu merah.
“Kalo elo?” Tanya Cakka pada si cewek dolleyes.
“Penting buat lo?” Tanya si cewek dolleyes sinis. “Vi, baksonya I bungkus aja ya.” Lanjutnya pada Via. Lalu berdiri meninggalkan Cakka.
“Eh, Agni. Tunggu gue dong.” Teriak Via. “Hmmm.. namanya Agni.” Ujarnya pada Cakka. Via tersenyum sekilas lalu berjalan menyusul Agni.
“Agni? Nama yang unik. See you again, honey.” Gumam Cakka sambil tersenyum misterius.
@@@
“Ag, lo kok jutek banget sih ma tuh cowok. Dia cakep pake banget loh.” Ucap Via saat ia dan Agni berjalan dari warung bakso ke rumah Agni.
“Males aja, ngeladenin cowok ganjen.” Jawab Agni simple.
“ihh Agni,itu bukan ganjen namanya tapi ngajak lo kenalan. Lo aja yang nggak peka.” Dumel Via.
“Au ahh, di hati gue kan udah terukir satu nama.”
“Siapa?” Tanya Via penasaran, pasalnya temannya ini misterius banget. Via nggak pernah tau apalagi ngeliat ortu nya Agni. Agni Cuma pernah ngenalin Ray, itu pun Via nggak tau hubungan meraka apa. Pacaran, maybe?
“JB.” Jawab Agni.
“Justin Bieber maksud lo?”
“Bukan.” Agni menggeleng.
“Trus?”
“Jogja Boy.” Jawab Agni cuek.
“Jogja Boy?’ Via makin mengkerutkan keningnya. Susah deh, ngomong ama Agni.
@@@
“Elo sih, kerjaannya berantem mulu.” Omel Agni sambil mengobati luka Ray.
“Ini bukan salah gue, Ni. Mereka aja yang sirik ama kegantengan gue.” Narsis Ray.
“Huuu.. pantes lo di hajar orang. Elo nyebelin sih.” Sorak Agni.
“Auuww..pelan-pelan,Ni. Sakit tauk.” Ujar Ray manja saat Agni menekakankan handuk kecil ke sudut bibir Ray yang luka terlalu kuat.
“Hehehehe… sorry, sorry.” Agni cengengesan.
“Iya, tapi nggak pake tenaga dalem juga kali.” Sungut Ray.
“Iya, pelan-pelan nih.” Ujar Agni sambil mengusapkan kapas yang di beeri obat merah ke sudut bibir Ray.
@@@
Cakka and friends, lagi nongkrong di parkiran yang tak jauh dari gerbang, saat Cakka melihat sosok itu memasuki gerbang.
“Kalo jodoh emang kagak kemana.” Ujar Cakka. Teman-temannya tampak bingung. Merekakan lagi ngomongin anak Nuvato yang babak belur kemaren, kenapa jadi ke jodoh? Cakka yang menyadari tatapan bingung teman-temannya, menunjuk sosok itu dengan dagunya.
“Siapa tuh?” Tanya Rio. Alvin dan Iel saling lirik sambil tersenyum misterius.
“Cewek gue.” Jawab Cakka simple. “Al, El, cari tau ruang MOSnya.” Perintah Cakka.
“Gampang.” Ujar Alvin, lalu mengotak-atik hp-nya.
“Wait, wait. Itu cewek lo? Lah si Shilla mau lo kemanain?” Tanya Rio bingung.
“Ahh, lo ketinggalan gossip banget sih, Yo. Tuh cewek kan udah di musiumin ama Cakka.” Timpal Iel.
Tiba-tiba Alvin tersenyum sambil menatap hpnya. “Agnia prasetya, ruang 3.” Ujarnya Bangga.
Cakka tersenyum puas. “yo, siapa pengurus ruang 3?” Tanya Cakka.
Rio menyeringai. “Ify.” Jawabnya singkat.
@@@
Agni dan Via memasuki ruang Mos. Kelas sudah cukup ramai. Agni dan Via mencari meja yang masih kosong untuk meraka berdua. Tak lama setelah mereka duduk di meja paling sudut, seorang senior cantik dengan wajah tirus memasuki ruangan. Senior itu terenyum manis pada adik-adik didiknya.
“Hai,semua.” Sapanya ceria. Matanya menatap adik didiknya satu persatu, dan behenti di meja sudut. Ia tersenyum lagi.
“Hai.” Koor peserta MOS.
“Kok lemes banget sih, yang lebih semangat dong.” Ujarnya, masih dengan senyuman. “Pagi,semua.” Sapanya lagi.
“Pagi, kak.” Koor peserta MOS lagi, lebih semangat.
Senior cantik tersenyum puas. “Oke, enjoy with me. Kenalin nama gue Saufika Dartinika, panggil aja Ify, kak Ify, mbak Ify, asal jangan mbok Ify aja.” Ify memperkenalkan diri dengan sedikit candaan.
@@@
Agni menjatuhkan diri di atas kasur empuknya, masih dengan seragam sekolahnya. Senyum-senyum sendiri. Ngebayangin kejadian di sekolah tadi.
“Gila. Kenapa gue jadi mikirin dia ya.” Gumam Agni. “Ternyata orangnya baik yah.” Ucapnya tanpa sadar.
@@@
“Oke, kita main games dulu yuk.” Ucap Ify semangat. Adik didiknya mengangguk setuju. “sekarang, kalian bikin lingkaran gede.” Perintah Ify. Adik didiknya segera melaksanakan titahnya. Ini yang Ify suka dari anak baru, nurut aja apa yang di suruh senior. “Gue punya satu spidol,” Ify mengangkat sebuah spidol tinggi-tinggi, setelah adik didiknya membuat lingkaan besar. “Kita bakal oper-operin ama temen di sebelah kalian sambil nyanyi lagu balonku ada lima. Kalo gue bilang STOP, siapapun yang megang spidol itu bakal gue kasih hukuman. Ngerti?”
“Ngerti, kak.” Koor peserta MOS.
“Oke, mulai.” Ify memberikan spidol itu pada peserta MOS yang ada di sebelahnya. Lagu balonku ada lima bergema di dalam kelas itu.
Balon ku ada lima..
Rupa-rupa warnanya
Hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru
Meletus balon hijau..
“STOP.” Ucap Ify.
Agni yang memegang spidol itu, Cuma cengo. Ify tersenyum dan menghampiri Agni. “Oke, cantik sesuai perjanjian, lo harus di hukum. Ikut gue.” Perintah Ify.
Agni menatap Via melas. Via Cuma bisa membalanya dengan tatapan iba dan menggumamkan. “Good luck.”
Agni mengikuti Ify memasuki ruang MOS 1. “Permisi, kakak-kakak yang ganteng. Gue bawa cewek cantik nih.” Seru Ify saat memasuki ruang itu.
Agni hanya bisa menunduk, malu.
Ify menghampiri cowok berstyle harajuku. “Gini kak, dia mau kenalan tapi malu.” Ujarnya pada cowok itu.
“O ya? Nggak usah malu-malu. Kenalin gue Cakka.” Ucap si cowok. Cakka? Agni yang merasa pernah mendengar nama itu langsung mendongak. Matanya yebelalak saat melihat wajah si cowok. “Hai, manis. Kita ketemu lagi.” Cakka tersenyum pada Agni. Agni diam, tak menjawab.
“Kka, ni anak dapet hukuman game, gue bingung mau kasih hukuman apa. Elo aja deh yang kasih.” Ucap Ify pada Cakka. “Lagian kasian adik-adik gue yang lain.” Lanjutnya. “gue titip adik gue ya.” Ify menepuk bahu Cakka, lalu keluar meninggalkan Agni di wilayah otoritas Cakka.
Cakka tersenyum pada Agni. “Nggak usah takut, gue nggak minta apa-apa kok. Elo cukup jadi cewek gue selama sebulan.” Katanya dengan santai.
Agni lagi-lagi cengo. Tapi seharian itu Agni merasa nyaman di samping Cakka. Cakka baik banget ama dia. Dengan sabar dia menunjukkan satu-satu ruangan yang ada di SMA Nuburaga pada Agni.
Jadi cewek Racakka Feryaldi selama sebulan? Not bad, kayaknya.
@@@
Nggak terasa, satu bulan itu udah mau habis. Walau MOS telah lama berlalu, Cagni makin deket. Cakka suka nangkring di area kelas sepuluh bersama teman-temannya. Bahkan mereka sering jalan berdua. Pokoknya kayak pacaran beneran deh. Malem minggu aja mereka jalan berdua. Kemesaraan mereka –kalo boleh di bilang kemesraan- itu sering kali membuat orang pada iri.
Malam ini, malam minggu terakhir mereka pacaran bohongan. Agni menuruni tangga dari kamarnya, dengan ceria. Ray yang sedang menonton di ruang tengah, menatapnya aneh.
“Ni, sebenernya lo suka keluar ama siapa sih?” Tanya Ray untuk beratus kalinya selama hamper sebulan ini.
“Ama temen, Ray.” Jawab Agni singkat.
“Temen kok keluarnya malem minggu sih?” sungut Ray. Mukanya di tekuk. Cemberut gitu.
“Emang sejak kapan peraturannya, malem minggu nggak boleh jalan ama teman?” Tanya Agni yang sibuk ngeliatin hp nya. Kayak nunggu-nunggu sesuatu.
“Ya, nggak ada sih. Tapi, masa gue di anggurin.” Rengek Ray.
Tiiiinnnn…
“Udah ya, Ray. Temen gue udah dateng tuh. Lo ajak Ozy,ama Deva aje ke sini biar nggak sendirian . Di kulkas ada pudding,bronis,ma es coklat , kalo lo mau camilan.” Ujar agni sebelum berlari keluar.
“Siapa sih temennya itu, ampe-ampe gue di cuekin.” Dumel Ray, yang ngikutin Agni. Ia mengintip dari jendela. Matanya hampir keluar saat motor Cagiva hitam yang sangat ia kenali itu.
“Shiitt.. ternyata tu orang.” Maki Ray.
@@@
Cakka memberikan satu jagung bakar yang di belinya pada Agni. Lalu ia duduk di sebelah Agni. Di bangku panjang sebuah taman.
“Wah, ini malem minggu terakhir kita ya?” Tanya Cakka. Agni mengangguk. “Mau lanjut nggak?” Tanya Cakka.
“Hah?” Agni kaget.
“Hahaha, mukanya lucu banget sih.” Cakka menarik hidung Agni pelan.
“Ihh, apaan sih, sakit tauk.”
“Mau yah?” Tanya Cakka. Manatap Agni dari samping.
“Mau apa?” Tanya Agni balik. Menoleh ke Cakka. Mata mereka bertemu.
“Mauuu..” Cakka mendekatkan wajahnya ke wajah Agni.
“Kak Cak…” Bibir Cakka mendarat di bibir Agni. Lembut, hangat, dan basah. Cakka memainkan bibir bawah Agni. Lembut, tanpa paksaan tapi mengharapkan balasan. Mengambarkan perasaan Cakka? Perlahan Agni membalas ciuman Cakka.
@@@
“Ni, mau berangkat bareng gue nggak?” Teriak Ray.
“iya, tunggu bentar.” Agni balas teriak dari dapur.
“Elo bikin apa sih?” Tanya Ray bingung saat melihat Agni memasukkan potongan roti isi ke dalam kotak bekal.
“Bekal.” Jawab agni pendek, padat, dan jelas.
“ya elah, Ni. Anak kecil juga tau kalo lo bikin bekal. Tapi buat siapa?” Tanya Ray.
“Ihh, lo kok jadi bawel sih. Mending sekarang kita buruan pergi kalo nggak mau lo kesiangan.” Ujar Agni sambil berlalu dari hadapan Ray.
@@@
“Udah, sna buruan lo pergi.” Ucap Agni setelah turun dari boncengan motor Ray.
“Ceritanya, ngusir nih?” Tanya Ray cemberut.
“Bukan ceritanya, tapi sesungguhnya. auh sono pergi lo.” Usir agni.
“Agni mah gitu ahh.” Rengek Ray.
“Ray, nyadar nggak sih lo, lo lagi di mana? Seragam lo itu mencolok banget di sini.” Ucap Agni gemes melihat tingkah Ray.
“ya udah deh, gue pergi nih.” Ray memanyunkan mulutnya. Ngambek.
“OKe, ati-ati ya. Bye.” Agni langsung ngibrit dari hadapan Ray.
Ray tampak tersenyum puas. Dia emang sengaja menurunkan Agni tepat di depan gerbang SMA Nuburaga, bukan di halte dekat sekolah Agni seperti biasanya.
@@@
Agni menhentikan langkahnya saat Cakka tiba-tiba menghadang jalannya. Agni menatap Cakka dengan wajah bingung. Muka Cakka itu loh, kayak orang marah.
“Kak Cakka kenapa?” Tanya Agni.
“Dengan siapa lo dateng tadi?” Tanya Cakka dengan rahang mengeras.
“Hah?” Agni sedikit bingung.
“Gue Tanya ama lo, elo di anter siapa tadi?” Tanya Cakka lagi, suaranya naik sati oktaf. Anak-anak yang ada di koridor langsung menatap mereka bingung.
“Kak Cakka kenapa sih? Dateng-dateng kok marah.tdi gw di anter sama ...” Wajah Agni tampak bingung.
“Apa karena dia lo nggak ngejawab pertanyaan gue kemaren malem?” Tanya Cakka tajam.
Agni menunduk. “Iya..” gumamnya.
Cakka mendengus. “Oke, sekarang gue tau. Anggep aja gue nggak pernah ngomong gitu ama lo.” Cakka mundur beberapa langkah, dan berbalik meninggalkan Agni.
@@@
“Udah dong, Ag. Nggak capek apa dari tadi nagis mulu.” Bujuk Via.
“Hiks, hiks, apa coba salah gue,Vi? Pada hal gue mau nerima dia hari ini.” Ucap Agni di sela tangisnya.
“HAH? Lo mau nerima kak Cakka?” Tanya Via. Agni menangguk. “Trus si Ray mau lo kamanain?” Tanya Via.
“Loh? Apa hubungannya ama Ray coba?” Tanya Agni bingung.
@@@
Cakka mengerem motornya kuat, saat tiba-tiba sebuah motor cagiva putih menhadang jalannya. Cakka mendengus saat menyadari siapa si penghadang. Cakka membuka kaca helm fullface nya.
“Turun lo.” Kata si cowok penghadang. Cakka membuka helmnya dan turun dari atas motornya.
“Mau apa lo? Mau bales dendam?” Tanya Cakka dengan nada remeh.
“Kalo iya, mau apa lo…” Ray melayangkan tinjunya ke wajah Cakka. Cakka tak bisa mengelak dari serangan tiba-tiba itu. Cakka tersungkur di aspal. Ray menarik kerah baju Cakka, sampai Cakka berdiri.
“Kalo lo dendam ama gue soal Acha, itu urusan lo ama gue. Nggak usah bawa-bawa Agni.” Seru Ray di depan muka Cakka. Cakka tersenyum sinis.
“dia aja yang terlalu MURAHAN.” Ucap Cakka menekankan kata murahan.
Buuuk..
Ray memukul perut Cakka sampai kembali tersungkur. “Sekali lagi elo ngehina ADIK gue, gue nggak akan segan-segan ngabisin lo.” Ujar Ray lalu meninggalkan Cakka yang masih tersungkur di aspal sambil memegangi perutnya.
“Adik?” gumam Cakka di sela ringisannya.
@@@
“Jadi Ray, itu kakak tiri lo?” Tanya Via yang kurang percaya dengan cerita Agni.
“Iya, gue ama Ray itu satu ayah. Nyokap gue, istri kedua. Mereka meninggal waktu gue umur 5 tahun, setelah itu gue di besarin ama mama Ira. Sekarang mama Ira ngurusin perusahaan Ayah di singapura. Biasanya pulang sebulan sekali.” Cerita Agni.
“Sumpah, gue nggak pernah ke pikir kalo kalian itu sodara. Gue kira dia pacar lo yang kerjaannya nangkring d rumah lo.” Ucap Via polos.
“Emang kami bener-bener nggak mirip ya?” Tanya Agni.
“Hmmm… kalo di liat-liat lagi, kalian mirip kok. Tapi, orang bakal ngira kalian pacaran, keakraban kalian itu loh, kaya orang pacaran bukan sodara.” Jelas Via.
Seketika mata Agni melebar. “Apa mungkin karna itu Cakka marah ama gue? Karna dia ngira gue ama Ray pacaran.” Seru agni. Via menatap Agni.
“Bisa jadi begitu.”
“Agniiiii…. Rayyyy.. mama pulang.” Teriak seseorang dari lantai bawah.
“Mama?” Via tampak bingung.
“Itu mamanya Ray. Tapi ini kan belum jadwal dia pulang.” Gumam Agni. Dan segera melesat turun ke bawah.
@@@
Setelah 2 hari menghindari Agni, akhirnya Cakka memasuki kelas 10.c. Kelas Agni. Di carinya sosok itu, tapi Agni nggak ada di sana.
“Ehem.. nyari siapa kak?” Tanya Via yang berdiri di belakang Cakka. Cakka langsung membalikkan badannya.
“Eh, Via. Gue nyari Agni nih. Agni ada?” Tanyanya.
“Hmm.. sayang banget dia nggak sekolah kak.” Jawab Via.
“Nggak sekolah? Kenapa? Dia sakit?” Tanya Cakka tampak khawatir.
“nggak kok. Cuma ada acara keluarga aja.” Jawab Via, tersenyum masam. Menatap Cakka iba. Why?
Cakka menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Oh, kalo gitu gue balik ke kelas dulu ya.” Ujarnya, lalu kembali berjalan ke kelasnya dengan tangan kosong.
Via yang melihat itu hanya menghela nafas.
@@@
“Ag, elo yakin mau nerima pertunangan itu?” untuk kesekian kalinya Via melontarkan pertanyaan yang sama.
“Yakin, nggak yakin gue harus nerima pertunangan ini, Vi.” Jawab Agni yang juga untuk kesekian kalinya.
“Trus kak Cakka gimana?”
“ya, nggak gimana-mana.”
“Emang lo nggak bisa nolak?”
Agni menghela nafas. “nggak bisa,Vi. Gue nggak bisa nolak permintaan mama Ira. Dia satu-satunya orang tua gue. Dia yang ngasuh gue dari kecil, Vi. Gue yakin pilihan mama Ira pasti yang terbaik buat gue.” Ujar Agni sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya.
Via memeluk sahabatnya itu. Air matanya ikut jatuh.
Seseorang yang dari tadi menguping pembicaraan meraka pun ikut menitikkan air mata.
@@@
Cakka dengan percaya dirinya memasuki tempat nongkrong anak anak Nuvato. Sontak anak-anak nuvato (termasuk Ozy,Ray,dan Deva) langsung siaga. Mau apa coba musuh masuk markas kita, sendirian lagi, kira-kira begitu lah yang ada di pikiran anak-anak itu.
“Gue ke sini bukan nyari ribut ama lo-lo pada. Gue Cuma nyari Ray.” Ucap Cakka datar.
Anak-anak Nuvato saling tatap. “Mau apa lo nyari gue.” Tiba-tiba seseorang berjalan di antara anak-anak Nuvato.
“Gue perlu ngomong berdua ama lo.” Ujar Cakka melirik anak-nak Nuvato yang siap siaga menerkamnya. Kayak Cakka bakal takut aja.
Ray mengisyarat agar teman-temannya mundur dengan gerakan tangannya. “Mau ngomong apa lo ? kayaknya penting banget, ampe lo nyamperin sarang macan.”
“Ini tentang Agni.”
Ray mengangkat sebelah alisnya. “Agni? Wow, segitu pentingnya kah sodara gue, sampe the King of Nuburaga SHS berani nyerahin nyawanya?” Ejek Ray.
“Ray, gue serius.” Rahang Cakka mengeras. Kalo bukan demi Agni, amit-amit banget dia bakal berramah-tamah ama musuhnya ini.
Muka Ray berubah serius. “Elo terlambat. Malem ini dia bakal jadi tunangan orang.” Ujar Ray sambil menepuk-nepuk pundak Cakka. “Elo yang sabar.” Lalu Ray pergi meninggalkan Cakka yang terdiam. Shock berat.
@@@
“Ni, elo yakin?” Tanya Ray menatap saudaranya itu serius.
“Udah deh, Ray. Jangan bikin gue makin bingung dong.” Seru Agni, matanya mulai berkaca-kaca, ia menatap ke langit-langit, agar air matanya tak jatuh dan merusak hiasannya.
Ray menepuk pundak Agni pelan. “Udah, jangan nangis. Entar dandanannya rusak. Mending sekarang kita turun.” Agni mengangguk. Mreka berdua keluar dari kamar Agni.
@@@
Cakka menatap rumah mewah yang ada di hadapannya. “Pa, papa yakin ini rumah kolega papa yang anaknya mau tunangan?” Tanya Cakka.
“iya, ayok masuk. Kita udah telat nih.” Papa Cakka berjalan di depan Cakka.
“Ayo, Kka. Udah sampe di sini, masa nggak masuk.” Mama Cakka menarik tangan Cakka.
Cakka menelan ludahnya dengan sukar. ‘Tau gini mending nggak dateng sama sekali deh.’ Batinnya.
Cakka memasuki rumah itu, tepat saat seorang cewek cantik menuruni tangga. Cakka menatap Agni terpesona.
“Kalo suka jangan di pelototin aja. Samperin dong.” Bisik mamanya di telinga Cakka. Cakka menoleh ke mamanya. Mamanya tersenyum. “Kalo mamah dan papah bilang kamu mau di tunanganin pasti kamu nolak. Padahal mama udah suka banget ama Agni.” Ujar Mamanya.
“Ja…jadi yang mau di tunanganin ama Agni itu Cakka?” Tanya Cakka, tampak tak percaya. Menatap mama, papa, dan tante Ira. Kompak ketiga orangtua itu mengangguk.
Cakka menoleh ke Agni yang tampak sangat cantik malem ini. “kalo jodoh emang nggak kemana ya.” Ujarnya pada Agni.
Agni menunduk, air matanya mulai jatuh. Cakka yang melihatnya langsung panik. “Loh, loh? Kok nangis?”
“Gara-gara lo nih.” Ucap Agni, memukul dada Cakka.
“Kok gara-gara gue?”ucap Cakka bingung
“iya, gara-gara lo dandanan gue jadi jelek. Gara-gara elo gue jadi bingung, harus milih sodara apa cowok yang di suka.” jelas Agni
“Sekarang nggak bingung lagi kan?” Tanya Cakka.. Agni menggeleng.
“Ekhem, ekhem.. kayaknya ada yang harus minta restu ama calon kaka ipar nih.” Ujar Ray, pura-pura mikir.
“Emang kudu?” Tanya Cakka polos,.
“Wanjirrrrr..awas lo ye..“ Ray mengancam Cakka
“bodo,,ngapain gw minta restu sama ketua genk Nuvato yg rese abiss.. gengsi lah yaww,,weeee“ menghindar sambil menjulurkan lidahnya..yang membuat semuanya tertawa.
~~~~~~~~~~~~~
THE END ~~~~~~~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar